Selasa, 17 Desember 2013

Buku Antologi Ketiga Putriku

18.43 5 Comments
SMS dari Mas Aeron tanggal 11-11-2013 itu cukup membuat saya terkejut sekaligus surprise. Dia bilang buku Trio Behel, Popular Wannabe sudah terbit. Alhamdulillah… Ketika saya kabarkan kepada Nabila, dia juga terkejut. Bukan apa-apa. Itu cerpen dia tulis sekitar 3 tahun yang lalu, saat masih duduk di kelas 8. Lha sekarang kan sudah kelas 11. Tulisannya jelas khas anak-anak banget.

Tak sabar menunggu bukti terbit, kemarin saya dan Nabila beli di Gramedia Matraman. Saat membaca nama penulis di cover belakang, mata Nabila terbelalak, “Lha, namanya kok Nabila Hiraku?” Nama pena dia sebenarnya kan Nabila Hikaru. Saya mencoba menenangkan, “Sabar, siapa tahu nama yang di dalam bener. Lagian yang namanya salah cetak itu biasa di dunia penerbitan.”

Sambil menunggu hujan reda, kamu duduk sebentar di tangga pintu masuk. Sampul plastik pun disobek. Ternyata oh ternyata semuanya tertulis Nabila Hiraku. Gubrak! Sabar ya, Nak *puk puk. Mulailah katak-kata protes keluar dari mulutnya. Sebagai emak yang baik, bijaksana, dan smart (ceile), saya segera mengeluarkan kata-kata bijak, kata-kata mutiara, sampai quotes dari tokoh terkenal *halah. Emosinya mereda setelah saya menjanjikan akan mentraktir takoyaki di PGC, hehehe…Kami pun segera ke halte Trans Jakarta Tegalan diantar adik kecil pengojek payung.

FYI, buku ini adalah antologi ketiga Nabila. Yang membuat sang emak ngiri adalah ketiga buku antologi Nabila dijual di toko buku, alias diterbitkan penerbit mayor. Sementara antologi sang emak kebanyakan indie, hiks… Dan yang istimewa cerpen Nabila di buku itu berjudul Trio Behel, persis seperti judul buku. Sementara Popular Wannabe cerpen karya Putri Salsa yang tak lain adalah putri Mbak Asma Nadia, CEO Asma Nadia Publishing House.


Oh, ya, karena ini proyek amal, 100 % royalty penulis disumbangkan untuk membantu 105 perpustakaan dhuafa dan kegiatan sosial kemanusiaan. Sejak awal, selesai mengikuti Fun Writing Workshop for Kids, Nabila sudah diberitahu tentang hal itu. Nggak papa ya, Nak. Ini buat pengalaman kamu bahwa efek samping dari menulis itu banyak. Seperti bisa dapat uang, bisa beramal, juga bisa jalan-jalan ke luar negeri. Huaaa…yang terakhir itu mimpi kami berdua. Mudah-mudahan menjadi nyata, ya Allah * tolong aminkan ya sodara-sodara. Satu lagi, tahun 2014 kami berdua punya target punya buku solo. Yuk, kita bersaing secara sehat dan saling mensupport, Nak. Mudah-mudahan tercapai target kita. Amiiin...

Nabila dan buku terbarunya



Sabtu, 07 Desember 2013

Serunya Akhir Pekan di Museum Nasional

20.11 0 Comments
Postingan di FB. Boneka Ndandut tentang workshop chibi doll, membuat mata saya terbelalak. Ini dia yang saya cari! Saya yang haus ilmu tentang boneka flannel, langsung komen di postingan itu. Ikuut, Mbak Linda.

Beberapa hari sebelum hari H, saya baru tahu kalau hari Minggu, 24 November 2013 itu, bukan hanya Boneka Ndandut yang mengadakan workshop. Total ada 8 pakar crafter akan berbagi ilmu. Ada workshop origami (Mbak Eka Hikmawati), kerajinan tutup botol (Mbak Indah Apsari), melukis kaleng, macrame, paper quilling, dll. Wah, mupeng pengin ikut paper quilling juga.


Sayang di hari H, saya banyak kerjaan, maklum pengacara *tsaah. Akhirnya, jam 9.30 baru jalan dan tiba di TKP satu jam kemudian. Persis jadwal workshop chibi doll. Tapi, yang namanya Indonesia kalo nggak telat itu kurang afdol *piss! Jadi saat saya tiba, Mbak Linda masih ngajar kelas sebelumnya : couple birdie brooch.

Sambil menunggu saya kenalan dengan sesama peserta yang ternyata turun bareng dari Trans Jakarta. Nama cewek ABG berkulit putih dan bermata sipit itu Linda. Wah, ada 2 Linda nih. Kami juga melihat-lihat situasi di ruang kaca museum itu. Dalam waktu bersamaan berlangsung aneka workshop di meja-meja lain. Tapi meja Mbak Linda kayaknya paling banyak peminatnya. Bahkan Mbak Dina Dindun yang pakar boneka dan sering ngisi workshop aja juga ikutan. Keren, kan?

Sekitar 15 menit kemudian, workshop dimulai. Tanpa perkenalan, Mbak Linda langsung memulai kelas. Karena semua peserta sudah bisa tusuk feston, langsung deh bikin kepala  boneka chibi yang gedhe (dibandingkan tubuhnya yang imut). Saya kayaknya yang paling banyak nanya. Mumpung ketemu pakarnya, ya…harus disedot ilmunya, hehehe…

Setelah asyik menjahit selama hampir 2 jam, selesai juga chibi doll buatan saya. Ada logo C di dadanya. Artinya bisa Cicik, bisa chibi, bisa juga Conan, maklum bentuknya mirip Detektif Conan sih. Saya coba bandingkan dengan buatan teman kanan kiri saya. Hmm…buatan Linda kelihatan rapi, jahitannya kecil-kecil. Punya saya gede-gede, karena faktor U sih *jagoan ngeles.


Sayang nggak ada foto bersama kayak kelas sebelumnya. Jadi saya foto bareng duo Linda dulu sebelum pamit sholat Dzuhur dan pulang. Senangnya hari ini, bisa menuntut ilmu sama Mbak Linda Ndandut yang kalem dan baik hati. Banyak hal baru yang saya dapatkan dari beliau. Makasih Mbak Linda atas sharing ilmunya. Insya Allah sangat berguna dan akan saya praktekkan.

suasana workshop

ramainya...

pemandangan di luar museum

me & duo Linda

kayak ibu dan anak

duo pakar boneka flanel

Kamis, 21 November 2013

Melihat Kekayaan Seni Budaya Indonesia Lewat Konserta

20.01 0 Comments
Beruntung saya mendapat 2 tiket gratis nonton pagelaran teater musikal “Swarga di Khatulistiwa” di Taman Ismail Marzuki (TIM) tanggal 5 November 2013 lalu. Tiket aslinya dihargai 75 ribu (pelajar), 100 ribu (regular), 250 ribu (VIP), dan 350 ribu (VVIP). Semua tak lepas dari peran Nabila. Ya, Nabila ikut serta sebagai penari dalam konserta yang diselenggarakan oleh Sanggar Anak Akar itu. Beberapa bulan terakhir, Nabila meminta ijin untuk ikut latihan nari di sebuah rumah singgah di daerah Kalimalang, yang biasa dia sebut dengan “sanggar”.

Usahanya berlatih keras hingga sering menghabiskan akhir pekannya di sanggar, membuahkan hasil. Konserta itu sukses di mata saya, sebagai orang awam yang penikmat seni. Paduan aneka seni yang semuanya nyaris sempurna. Musiknya pas, kadang syahdu mendayu-dayu, kadang menghentak, dan kadang berirama riang gembira. Tariannya yang melibatkan anak-anak hingga dewasa, menampilkan beberapa tarian daerah dan manca negara. Paduan suara dari anak-anak SMP Don Bosco II Choir juga ciamik banget. Lagu daerah, lagu India, lagu Cina, dan lagu perjuangan, semua dibabat habis.

Secara garis besar, konserta ini menceritakan tentang sejarah Jakarta alias Sunda Kelapa dari jaman dulu sampai jaman kemerdekaan. Mulai dari jaman sebelum penjajahan, saat dijajah Potugis, Belanda, Jepang, sampai masa kemerdekaan. Lengkap dengan aneka budaya asing yang mempengaruhi dan menambah cita rasa budaya lokal seperti budaya Cina dan India.

Bintang tamu 4 nenek-nenek dosen seni tari, Sahita, membuat aula Teater Jakarta, TIM, menjadi riuh dengan tawa. Logat bahasa Jawa-nya yang medok, tarian energiknya, juga celetukan-celetukannya di tengah konserta, membuat konserta semakin memikat. Acara ditutup dengan menyanyi lagu Indonesia Pusaka oleh semua pendukung acara. Sebelumnya terdengar suara Bung Karno saat membacakan teks proklamasi. Merinding rasanya setiap mendengar lagu-lagu yang membangkitkan rasa nasionalisme seperti itu.

Oh, ya, selama menyaksikan konserta, saya tidak melihat sosok Nabila. Saya malah mengenali sosok sahabat-sahabat Nabila seperti Lauren dan Herlina. Sampai saya berkata pada suami, “Jangan-jangan Nabila nggak jadi tampil.” Saking penasarannya, begitu pentas selesai kami langsung maju ke panggung. Eh, ketemu juga. Sosoknya yang mungil dan hampir serupa dengan penari lainnya, membuat saya tak bisa mengenalinya. Bayangkan, hampir semua penari berkaus lengan panjang ketat hitam, memakai kain batik, dan rambut dicepol. I’m so sorry, my daughter…


Usai konser, kami harus pulang duluan tanpa Nabila. Pertunjukan berlangsung 2 kali, jam 15.00 dan jam 20.00. Kami dapat tiket yang jam 15.00, jadi masih ada satu pertunjukan lagi. Kami dukung keinginan kalian untuk membantu saudara-saudara kita yang kondisinya tidak seberuntung kita. Ya, katanya hasil konserta itu akan digunakan untuk membantu sahabat Sanggar Anak Akar yang membutuhkan. Good luck, Gals!

awal yang syahdu

penampilan lintas seni & generasi

Sahita yg menyegarkan suasana

tarian nusantara dan manca

akting dulu...

usai pentas

Rabu, 20 November 2013

Launching Buku “101 Perempuan Berkisah”

11.40 1 Comments
Tahun 2012 lalu, sebenarnya saya sudah bersumpah (dalam hati), bahwa saya tidak akan menulis buku antologi. Kecuali yang mengadakan penerbit keren. Bukan apa-apa, saya pengin naik kelas jadi penulis solo *tsahh…Tapi hati saya luluh juga saat ada proyek menulis untuk charity. Tujuannya untuk membantu kaum perempuan marginal, lagi. Langsung saja saya tunjuk tangan, ikuuut…

Tulisan opini saya yang dikumpulkan pada panitia, bersama dengan puisi, cerpen, dan kisah inspiratif karya 101 perempuan lainnya, akhirnya menjadi wujud buku di tahun 2013. Memang bukan perkara mudah, mengumpukan 101 macam tulisan dengan beragam tema dan bentuk. Yang paling pusing tentu editornya, si penulis buku serial Detektif Imai, Mbak Diah P Rinni. Eh, tapi dia kan dah pengalaman lama jadi editor. Jadi katanya prosesnya hanya satu bulan saja *prok…prok…prok…good job, Mbak Di.

Acara launching buku berjudul “101 Perempuan Berkisah” pun digelar hari Sabtu, 16 November 2013. Bertempat di resto Rempah Iting, Jl. Sunda no.7, samping Plaza Sarinah, Thamrin, yang letaknya agak masuk ke dalam. Tepatnya di belakang Harvest. Meski agak masuk, tapi suasananya cozy banget. Begitu masuk nuansa pink sangat terasa. Bayangkan backdrop warna pink, sampul buku pink, kaus yang dipakai hadirin juga pink.
sebelum acara dimulai, foto2 dulu

penampakan buku "101 Perempuan Berkisah"


Meski bintang tamu, Oki Setiana Dewi, batal hadir karena acara khitbah, tak mengurangi kemeriahan acara launching itu. Jam 11 acara dimulai dengan sambutan dari ketua panitia, Mbak Dwi Wuryan, dilanjutkan dengan bedah buku oleh ketua WSC, Mbak Deka Amalia, wakilnya, Mbak Ade, dan Mbak Diah selaku editor. Mendengar cerita di balik kelahiran buku “101 Perempuan Berkisah” itu memang tidak segampang membalikkan tangan. Tak heran buku itu prosesnya memakan waktu 1 tahun.

Buku itu sengaja diterbitkan secara indi, dengan berbagai pertimbangan. Panitia menjual buku setebal 375 halaman itu seharga Rp 79.000 dan seluruh hasil penjualan akan digunakan untuk proyek charity. Rencananya di hari Ibu nanti, WSC akan mengadakan bakti sosial pada perempuan marginal di Jakarta. Jadi acara launching ini baru langka awal menuju ke sana. Usai bedah buku, Mbak Tris Anova membacakan puisi karya Mbak Deka Amalia yang ada di buku itu.



Jam 12.00 sampai jam 13.00 acaranya ishoma. Resto Rempah Iting menjadi sponsor dengan menyediakan makan siang dengan menu nasi bakar iga. Wow, rempahnya terasa banget.Habis makan dilanjut dengan sholat Dzuhur. Mushola yang letaknya di seberang resto, membuat saya sadar kalau di luar ternyata hujan. Itulah yang menyebabkan saya terkantuk-kantuk di sesi berikutnya *penyakit lama, kalo habis makan pasti kenyang dan ngantuk.

Gimana nggak ngantuk, acara berikutnya adalah pesan-pesan sponsor. Alias satu per satu pihak sponsor mempromosikan produknya, mulai dari bank, asuransi, produk kecantikan, sampai CD lagu anak-anak. Makanya ketika ada sesi kuis, saya sama sekali tidak berminat. Pikiran saya sudah ke rumah, mengingat tadi pagi Nabil sudah menghitung berapa jam saya berada di luar rumah. Maafkan Ummi ya, Nak, kalau terlalu lama meninggalkanmu.


Akhirnya, jam 14.00 saya dan beberapa teman di sebelah, pamit pada panitia. Maaf ya, saya mendahului, saya sudah terlalu lama meninggalkan rumah, dari jam 08.00 loh. Tadi Nabil sudah menghitung, ”Jadi Ummi perginya 6 jam, ya?” Wah, kalau ditambah waktu nunggu dan naik Trans Jakarta, jadi lebih deh. Tapi, yang pasti hari ini saya senang, sudah bersilaturrahmi dengan teman-teman WSC, tambah ilmu, dan tambah teman. Ini salah satu cara “me time” versi saya. Semoga masih ada kesempatan untuk bertemu lagi di acara berikutnya.
foto bareng di akhir acara
secuil aku

Emak (ingin) Nonton Hellofest

10.51 0 Comments
Kali ini saya menuruti keinginan Nabila untuk melihat Hellofest di Komplek Kolam Renang GBK Senayan. Tahun sebelumnya dia ke sana bareng teman-temannya. Saya sendiri penasaran ingin tahu lebih banyak tentang Hellofest, juga ketemu para crafter yang buka lapak di sana. Hellofest adalah event pop culture tahunan, yang merupakan wadah bagi komunitas kreatif dan untuk meningkatkan industri kreatif di tanah air. Tahun 2013 ini sudah masuk kali ke-9.

denah Hellofest 9


Harga tiket masuk 15 ribu, kalo beli presale lewat Indomaret sebenarnya cuma 10 ribu. Tapi nggak kepikiran, karena sibuk mikirin yang lain *tsaaah. Begitu masuk yang dilihat tentu denah yang terpampang besar di dekat pintu masuk. Ehm..enaknya ke mana dulu ya. Masuk ke Theatre Area, ada demo cosplay tapi tiap peserta cuma diberi waktu 1 menit gitu. Ah kayaknya nggak seru, jalan ke tempat lain dulu. Masuk ke Polar I lanjut Polar II, eh, ini dia yang saya cari.

Di sana para creator dan crafter tumpah ruah ngumpul. Mupeng liat barang-barang kreatif bikinan anak negeri. Di barisan crafter ada Cemprut, Papayamangos, Pyur Handmade, Hey You, dll. Oh, ya, komunitas IIHC (Ibu-ibu Hobi Craft) juga buka stand loh. Katanya ada 5 orang yang berpartisipasi. Meski nggak ketemu Mommy Nurul ketemu Mbak Niknik (Denik Craft) yang lagi jaga stand. Di bidang seni kreatif lainnya ada stand Plot Point, 2Madison, Antagonis Shop, Fast, Aqar Comic, dll.

hasil karya para crafter senior


Keluar dari Polar I dan II banyak berjajar stand yang jualan kaos, pernak-pernik, dan paling ujung…food court. Wah, sengaja saya nggak bawa uang banyak, takut kebobolan. Tapi karena kepikiran dengan mini green board di sebuah stand Pyur Handmade, akhirnya pertahanan bobol juga. Ambil uang dulu di mobile ATM di depan arena. Dan akhirnya mini greenboard pun berpindah tangan. Ini barang sudah lama saya impi-impikan * eh, mimpinya mini blackboard kan?

akhirnya kebeli juga papan tulis mini


Oh, ya, ada peraturan unik tentang berpakaian di Hellofest. Kalau berpakaian biasa dapat 1 jempol, kalau pake topi baret ala Pak Tino Sidin atau Anggun, dapat 3 jempol, dan kalo pake kostumasa atau cosplay dapat 5 jempol *jempol siapa aja tuh. Makanya, di sana bersliweran orang beraneka kostum, mulai dari tokoh animasi Jepang, sampai tokoh Indonesia. Nabila penasaran ingin berfoto dengan tokoh Mak Lampir yang selalu ketiwi hihihi…*persis banget. Sayang, ketika saya bilang minta foto dia malah menjawab dengan suara seramnya, “Sebentar, mau betulin make up dulu.” Jiah…dia ngeloyor pergi.

Nabila in action


Jalan-jalan plus foto-foto ternyata bikin pegel kaki juga, ya. Akhirnya, saya dan Nabila memutuskan muluruskan kaki dan ngadem dulu di Theatre Area (lagi). Di sana sedang diputar mini film animasi dengan judul Garden of Words atau judul Jepangnya: Kotonoha no Niwa, karya Motohiro Hata. Baru kali ini saya nonton film animasi full. Komentarnya? Asyik juga, filmnya mellow-mellow galau gitu. Cinta yang disatukan oleh hujan dan sepatu. Nabila malah berkomentar, “Aku pengin bikin film kayak gitu.” Amin, emakmu cuma bisa mendoakan, Nak.


Membayangkan harus jalan kaki plus naik Trans Jakarta untuk bisa nyampe rumah, kami jadi males. Kaki kami pegal banget, tau. Akhirnya, saya ada ide *ting! Telpon suami, minta dijemput. Alhamdulillah, suami mau jemput. Dan ketika di panggung sedang ada bintang tamu Faza Meong, komikus Indonesia yang kondang itu, saya dan Nabila segera cabut. Jemputan sudah datang. Meski lelah, tapi saya puas, sudah tidak penasaran lagi, tahu seperti apa suasana Hellofest seperti yang dibicarakan teman-teman.

numpang foto di stand Cemprut

sama Mbak Niknik IIHC

Selasa, 22 Oktober 2013

Kopdar Emak-emak Crafter

11.07 0 Comments
Tak ada yang lebih menyenangkan dalam komunitas online, selain yang namanya kopdar alias kopi darat. Itu juga yang terjadi dengan komunitas IIHC (Ibu-ibu Hoby Craft). Admin komunitas meminta para anggotanya untuk kopdar per wilayah serentak pada bulan Oktober. Wah, serunya…Bagi emak-emak, kopdar itu juga bisa jadi Me Time. Sekali-sekali keluar lah dari rutinitas pekerjaan rumah dan juga nge-craft.

Untuk wilayah Jakarta, kopdar diadakan hari Sabtu, 19 Oktober, di Eat and Eat, Kota Kasablanka. Berhubung belum pernah ke sana, daripada nyasar-nyasar (kayak biasanya), saya barengan sama Mbak Dilla. Kita ketemuan di depan Ayam Tulang Lepass, PGC. Begitu turun dari ojek saya langsung menebak, ini pasti Mbak Dilla. Sebaliknya, Mbak Dilla juga mengenali saya. Kan pake dress code-nya coklat. Hahaha…ketahuan deh!




Dari PGC naik 06 ke Kampung Melayu, lanjut naik 44, turun persis di seberang Kokas. Oh, ya, di Kampung Melayu, ada tambahan rombongan yaitu Mbak Perta. Jadilah kami bertiga ngangkot bareng dan tiba di Kokas sebelum mall buka. Bisa ditebak, kami bertigalah yang terpilih sebagai peserta yang datang pertama dan berhak mendapat door prize. Hore!


wajah-wajah peserta teladan (baca: on time)


Jam 10 lewat dikit, acara dimulai dengan perkenalan masing-masing anggota. Mommy Nurul selaku admin, sekaligus PJ acara, meminta kami menyebutkan nama, tempat tinggal, dan craft yang ditekuni. Saat saya memperkenalkan diri, terpaksa break sejenak karena ada anggota yang datang. Akhirnya satu demi satu semua yang hadir memperkenalkan diri. Mommy Nurul meminta kami pesan makanan dan minuman dulu sebelum lanjut ke acara berikutnya.

Di sesi berikutnya, membahas tentang tempat dan acara kopdar selanjutnya. Berhubung saya nggak konsen (sambil makan mie kangkung, sih), saya dengernya samar-samar. Kayaknya, kopdar selanjutnya di Gandaria City, bulan Desember. Trus nanti ada beberapa emak-emak yang akan sharing ilmu nge-craft (kayaknya yang berhubungan dengan benang). Info lebih lanjut akan dibahas di grup.

Nah, berhubung semua kado sudah terkumpul, saatnya tukar kado yang dibungkus dengan kertas koran. Tapi sebelumnya, Mommy Nurul bagi-bagi door prize bagi yang bisa menjawab pertanyaannya. Saya dapat satu, hanya karena duluan mengacungkan tangan. Pertanyaannya pas gampang sih, dari mana asal seni origami? Hahaha…anak TK aja tahu.

Acara ditutup dengan dengan ucapan hamdallah dan foto bersama. Back groundnya kelihatan artistik, siapa dulu yang milih tempatnya? Yang pasti bukan saya. Alhamdulillah, acara kopdar IIHC Jakarta berjalan lancar dan banyak yang hadir. Semua yang hadir tampak senang dan tak sabar untuk hadir di acara kopdar berikutnya. Buat yang belum bisa hadir kali ini karena alasan keluarga (biasa lah namanya emak-emak), semoga di kopdar berikutnya bisa hadir dan meramaikan.


cantiknya!

seru!


Walau sudah ditutup, ada beberapa emak yang penasaran dengan seni merajut (entah apa namanya)-nya Mbak Dilla. Alat bantunya seperti sumpit yang buat makan mie, hihihi…Maka, terjadilah kursus kilat ala Mbak Dilla. Saya jelas nggak ikutan, karena butuh waktu lama untuk belajar sesuatu yang belum saya kuasai *maklum lemot.


cik gu in action


Oh, ya, karena penasaran dengan sesuatu di balik bungkusan kertas koran, saya langsung membukanya di TKP. Ternyata, isinya 10 benang woll, sementara salah satu door prize dari panitia berupa 2 benang rajut. OMG, apa maksudnya semua ini? Apakah ini berarti saya harus mulai belajar merajut, crochet, amigurumi, dan saudara-saudaranya *garuk-garuk tembok.


door prize dari panitia

hasil tukar kado




Rabu, 02 Oktober 2013

Suatu Hari di Taman Suropati

20.37 0 Comments
Saya baru tahu, ternyata di Jakarta ada taman yang sejuk dan nyaman untuk sekedar bersantai ria. Hihihi…ketahuan nggak pernah jalan-jalan. Namanya Taman Suropati. Letaknya di daerah Menteng. Siang itu saya punya kesempatan datang ke sana, karena undangan dari komunitas penulis untuk ketemuan dan halal bihalal (kebetulan masih bulan Syawal).



Kami duduk santai di salah satu bagian trotoar. Terasa adem, karena banyak pepohonan tinggi di sekitar taman. Di sekitar kami banyak orang yang sedang berolah raga dan bersantai bersama keluarga. Di pertemuan itu kami hanya berbincang santai sambil memperkenalkan diri satu per satu peserta yang hadir. Sayang, suara para senior terganggu oleh suara gesekan biola.

para senior sedang berbagi ilmu

yang ini kok malah narsis foto2an


Ya, tak jauh dari tempat kami lesehan, ternyata merupakan tempat latihan biola. Mereka tergabung dalam komunitas Taman Suropati Chambers (TSC). Setiap Minggu pagi berkumpul di Taman Suropati untuk latihan bersama. Memang saya perhatikan, di sekitar kami duduk mobil satu per satu parkir, lalu keluarlah satu keluarga. Sang anak belajar biola, sementara kedua orang tuanya menunggui. Yang belajar bukan cuma anak-anak, ada juga remaja bahkan dewasa.



Kata teman saya, Mbak Nuke, dulu belajar di situ gratis. Tapi lama-lama seiring bertambahnya peminat, tiap peserta kursus biola harus bayar sekitar 150 ribu per bulan. Iya, sih, hari gini mana ada yang gratis. Semakin siang suasana semakin gerah. Oh, ternyata mau turun hujan. Saat terdengar adzan Dzuhur, gerimis mulai turun. Kami segera berlari menyeberangi jalan dan sampailah ke masjid Sunda Kelapa.



Kami istirahat sejenak untuk sholat, sambil menunggu hujan reda. Ternyata, jam 2-an masjid mau dipakai untuk acara akad nikah. Di tempat sholat pria sudah tersedia meja akad nikah yang sudah dihias bunga-bunga. Selesai sholat, kami duduk melingkar di serambi dalam masjid untuk melanjutkan pembicaraan tadi yang sempat terputus.

sebelum pulang, foto dulu di tangga masjid



Jam setengah tiga, acara ditutup. Sebagian dari kami, makan siang di depan masjid yang merupakan tempat jajan. Berbagai menu makanan di tawarkan mulai dari siomay, sate padang, bakso, rujak buah, dll. Saya sendiri tadi sehabis sholat sudah menikmati secobek tahu gejrot yang yummy. Jadi ya…pamitan dulu deh. Sampai jumpa lagi di sebuah taman yang asri di Jakarta. Eh, tapi di mana ya…

Ceritaku di Hari Batik

19.43 0 Comments
Hari Batik Nasional, ya? Ah, tapi hari ini nggak mau pake baju batik ah…pake blus polos aja. Biar beda dengan yang lainnya. Pagi, ke BRI Cililitan, pegawainya pake batik (kecuali Pak Satpam, ya?). Siang naik Trans Jakarta, petugasnya pake batik. Ke Gramedia Matraman, pegawainya juga pake batik. Tuh, kan, pada pake baju batik semua.

Hari ini, saya memang sengaja mau refreshing, jalan-jalan ke Gramedia Matraman, yang ternyata pas ada bazaar buku murah. Trus lanjut ke Pasar Jatinegara, tepatnya ke Toko Setia Jaya yang jualan bahan-bahan craft. Ah, tempatnya nggak menarik.

Lanjut jalan lagi ke toko pigura, masih di Pasar Mester. Nanya-nanya harga pigura yang buat mahar uang. Hmm…dah tau harganya sekarang. Tak lupa beli pigura yang saya kira 3 dimensi. Sampai di rumah pas dibuka, eh…ternyata pigura biasa. Bingkainya aja tebal kayak 3 D, gitu…Yaudah lah, nasi sudah menjadi bubur. Tambahin sayuran aja biar jadi bubur Manado. Kan enak dan sehat. Apa seeh…kok jadi ngomongin bubur. Pokoknya yang namanya crafter itu harus bisa merubah yang biasa jadi luar biasa. OK?


Kembali ke topik utama soal Batik Day, saya termasuk Batik Lovers loh (siapa yang nanya?). Apalagi batik jaman sekarang banyak pilihan warna, corak, dan harganya. Kalau ada pertemuan dengan ibu-ibu, saya pasti pake baju batik. Karena menurut saya itu yang paling aman dan nyaman. Nggak bakalan jadi pusat perhatian, karena baju batik saya biasa saja dan harganya murah meriah. Di acara santai dengan teman komunitas, saya juga sering pakai baju batik santai lengan pendek (dipadu kaos panjang, tentunya). Nggak percaya? Ini buktinya…

ini pas jadi model baju daster

sama teman komunitas emak2

sama ibu2 sosialita (jiakakak...)

Sabtu, 28 September 2013

Audisi

11.42 0 Comments
Hari ini ngantar teman yang mau audisi. Sebenarnya yang ikut hanya dia. Nggak tau kenapa dia ngajak saya. Nggak pede kalo sendirian, katanya. Yaudah, saya nurut. Tempatnya di daerah Pancoran. Setelah tanya-tanya Satpam ditunjukin tempatnya. Tapi, kok, sepi. Jangan-jangan salah. Muter-muter dulu sebentar.

Balik ke gedung tadi, eh…ternyata ada penjaga yang kelihatan di halaman belakang. Setelah tanya-tanya, bener, ini tempat audisinya. Waktu masuk, baru ada 2 peserta. Sambil nunggu peserta audisi lain, kami ngobrol-ngobrol. Di ruangan sudah disediakan 18 kursi berlapis kain satin putih. Persis sama dengan jumlah peserta. Di sandarannya ditempeli label nama peserta. Wah, berarti nanti saya harus keluar dari ruangan ini. Nunggu di luar, maksudnya.

Hingga jam 10 lebih, ada 3 peserta yang belum hadir. Panitia sudah menghubungi peserta, tapi tidak ada jawaban alias nggak nyambung. Akhirnya audisi pun akan dimulai. Saya segera keluar ruangan. Bersama saya ada 2 orang lagi yang keluar ruangan.
“Lho, nggak ikut audisi?”
“Saya cuma ngantar teman.”
“Oh, jadi kita bertiga sama-sama pengantar.”

Kami bertiga mencari tempat yang nyaman buat santai-santai. Menunggu itu menjemukan, apalagi sampai 1-2 jam. Saat kami duduk di luar ruang audisi, seorang panitia mendatangi kami.
“Berhubung peserta kurang 3 dan pengantar juga 3, maka kami minta Anda bertiga ikut audisi.”
“Tapi kami tidak siap.”
“Nggap papa. Pernah dengar kan, kisah para artis sinetron yang tadinya cuman ngantar teman ikut audisi. Eh, akhirnya dia malah yang kepilih.”

Gubrak, tapi ini bukan audisi menjadi bintang sinetron. Ini audisi cerdas cermat emak-emak. Modalnya bukan tampang dan akting, tapi menghapalkan setumpuk buku yang berisi anggaran dasar, juklak, julkis, dan tentang organisasi wanita! Ikut audisi karena terpaksa itu rasanya…mual, mules, dan mau pingsan. Untung selesai audisi dapat makan siang: nasi kotak gratis. Nggak jadi pingsan, deh…yang ada ketawa ngakak sepanjang perjalanan pulang. Saya yakin kisah pengantar yang malah kepilih itu hanya khayalan belaka.




Mendadak Jadi Editor

11.40 0 Comments
Hanya seminggu setelah ikut kelas editing online-nya Galaregia Project, saya dapat job. Hore…! Klien pertama saya tak lain putri saya sendiri, hihihi…Ceritanya, Nabila mau ikut lomba nulisnya Rohto *gubrak, emaknya aja minder denger lomba yang jurinya Naning Pranoto itu. Yaudah lah, sebagai emak yang baik saya terima pekerjaan itu.

Hmmm…pertama buka naskah saya langsung teriak, maklum saya di ruang tengah Nabila di kamarnya.
“Ini judulnya apa, Sayang?”
“Terserah Ummi aja deh. Baca dulu semua nanti baru dikasih judul.” Emak cantik mulai senyum-senyum.
Setelah saya baca keseluruhan barulah saya edit sesuai dengan ilmu yang baru saya dapatkan.
“Nama tokohnya boleh diganti nggak? Masak yang lain namanya Merry dan Michelle, kok satunya Yuni? Yang kerenan dikit lah, Yuki atau Yully, gitu. Jangan-jangan nama panjangnya Sri Wahyuni, lagi.”
“Enggak boleh diganti, pokoknya Yuni aja.”

Oke, deh. Beberapa kata dan kalimat sempat saya ganti. Masak, menggambarkan suara orang ketakutan kayak tikus mencicit. Kata Nabila, dia pernah baca penggambaran kayak gitu, tapi si emak cantik nggak terima. Ganti! Cara nulis paragraf juga masih berantakan. Percakapan banyak ditulis menjorok, seperti ganti paragraf baru gitu. Yang ini juga mesti dibenerin. Apalagi ya? Pokoknya ada deh yang saya ganti susunan kalimatnya karena nggak enak dibaca.

Setelah selesai proses editing, saya panggil Nabila. Tugas saya sebagai editor sudah selesai. Sekarang dia yang harus melengkapi syarat lainnya seperti biodata dan berbagai lampirannya. Yah…masih dapat tugas satu lagi, besok sebelum ke kantor pos mampir dulu ke mini market beli produk Rohto sebagai salah satu syarat. Oke deh, apa sih enggak buat anak Ummi yang paling cantik ini.
Sebelum saya masuk kamar karena sudah ngantuk berat, saya sempat nanya, “Kenapa sih namanya harus Yuni?”
“Itu kan nama teman sekelasku yang jahat.”

Gubrak, ternyata begini cara dia melampiaskan kekesalannya. Nabila pernah curhat ternyata ada beberapa teman sekelas yang nggak suka kalau Nabila jadi ketua kelas. Kelewat imut kali kamu, Nduk, hihihi…Nah, Nabila bilang kalau dia sering dibully sama teman-temannya itu, salah satunya bernama Yuni. Pas banget dengan cerita yang dia tulis, yaitu tentang adanya praktek bullying di sekolah.


Oke, deh, mudah-mudahan cerita kamu lolos jadi 10 besar. Amin. Kalau pun kalah juga nggak papa. Ummi acungi jempol buat keberanian kamu menjajal ajang nulis cerpen yang menurut Ummi tingkat tinggi alias nyastra banget. Good luck, My Daughter!


Selasa, 24 September 2013

Apa Kabarmu, Rafa?

12.04 0 Comments
Sejak masuk kelas 1 SD, Nabil mulai akrab dengan Rafa. Di mana ada Nabil di situ ada Rafa. Satu kata yang pas buat mereka: soulmate! Padahal mereka berdua berteman sejak TK, tapi dulu nggak terlalu dekat. Sekarang tiap pulang sekolah, Nabil pasti ke rumah Rafa, atau sebaliknya. Itu yang membuat saya akhirnya kenal Bunda Rafa.
            Biasanya Bunda Rafa sms nanyain apa Rafa di rumah Nabil, karena sudah menjelang Maghrib. Saya juga sering sms dia minta tolong Nabil agar pulang karena belum makan. Yang sering terjadi, Bunda Rafa bilang kalau Nabil sudah makan di rumah Rafa. Waduh…bikin malu emakmu aja sih, Bil. Ketahuan kalau Nabil makannya banyak dan ketahuan kalo saya malas masak *tutup muka pake wajan.
            Di mata saya, Bunda Rafa wanita yang lembut dan sabar. Menghadapi Rafa yang polahnya kadang “nakal”, dengan sabar dia menasehati putra sulungnya itu. Tak pernah terdengar bentakan atau kata-kata kasar. Setahu saya dulu Bunda Rafa kerja kantoran di daerah Cengkareng. Tapi sejak Rafa masuk SD, dia selalu terlihat antar jemput Rafa dan adiknya, Sila. Jadi kesimpulannya, sekarang tidak bekerja lagi.
            Suatu hari, saat Rafa sedang main dengan Nabil di rumah, suami menginterogasinya. Biasalah, suami emang suka sok akrab dengan teman-teman anaknya. Saya yang sedang asyik di depan komputer ikut nguping pembicaraan cowok-cowok itu. Saat ditanya tentang ayahnya Rafa menjawab, “Ayahku dinasnya di Makasar. Sudah lama nggak pernah pulang.” Deg!
            Di hari lainnya, tiba-tiba Rafa curhat, “Ayahku jahat, Bunda dimarah-marahin terus. Kita diusir dari rumah, karena Ayah mau tinggal di situ sama istrinya yang lain.” Wah, apalagi ini? Bocah 6 tahun itu bicara tentang istri lain dari ayahnya. Suami cuma bilang, “Rafa nggak boleh ngatain Ayah jahat. Mungkin Ayah sedang emosi, jadi marah-marah.” Saya pikir mungkin Ayah Rafa bertengkar dengan Bunda Rafa, trus keluar kata-kata ancaman itu. Mana mungkin abdi negara punya istri lebih dari satu.
            Beberapa hari setelah Rafa curhat itu, saya lihat Rafa memang tidak tinggal di rumah itu. Bersama Bunda dan adiknya, Rafa tinggal di rumah Eyang, orang tua Ayah Rafa, yang masih satu komplek. Eyang Putri Rafa, alias ibu dari Ayah Rafa, sangat sayang pada cucu dan menantunya. Saat Bunda Rafa ada keperluan dan harus keluar rumah, Eyang Putrilah yang menjaga kedua cucunya yang ganteng dan cantik itu.
         Menjelang Lebaran tahun ini, saya mendengar kabar yang mengejutkan. Rafa sudah mudik ke Bandung, ke tempat orang tua Bunda Rafa. Padahal libur menjelang Lebaran masih seminggu lagi. Dan sehabis Lebaran, Rafa tak kunjung masuk sekolah. Oh, Rafa, ada apa denganmu? Sudah sebulan lebih Ummi nggak dengar kata-katamu yang kadang lebih dewasa dari umurmu. Bahkan kata Nabil, Rafa pindah sekolah di Bandung. Benarkah?
            Akhirnya satu per satu misteri itu terkuak juga. Saat bertemu Eyang Putri, saya tanyakan kenapa Rafa nggak pernah kelihatan. “Bundanya pengin Rafa pindah ke Bandung, tapi Ayahnya nggak mengijinkan. Tanpa kesepakatan kedua belah pihak, sekolah tidak akan membuatkan surat pindah.” Oh…begitu!
            Saat bertemu Ibu dari Bunda Rafa yang sedang menunggui Rafa, saya pengin nangis dengar cerita dari beliau. Ternyata, Ayah Rafa melakukan KDRT terhadap Bunda Rafa, mulai dari menampar, mencekik, dan menginjak-injak tubuh. Masya Allah, Bunda kenapa selama ini Bunda diam dan sabar banget. Dan itu terjadi sejak Ayah Rafa menikah lagi di Makasar dan kini telah dikaruniai dua anak. Ya, Allah, Bunda, saya speechless mendengarnya.
           Menurut beliau, sekarang mereka dalam proses perceraian. Karena atasan Ayah Rafa pun sudah angkat tangan. Sekarang Ayah Rafa dipindahkan ke Jakarta dan sendirian menempati rumah itu. Sementara Bunda dan anak-anak? Beliau tidak mau menyebutkan tinggal di mana. Karena Ayah Rafa masih suka membuntuti mereka, entah untuk apa. Kata Rafa sih, mau menghajar Bunda dan Rafa. Ya, Allah, Rafa, ingin rasanya Ummi memelukmu juga Bundamu.
          Buat Rafa, Ummi cuma bisa mendoakan mudah-mudahan Allah membuka pintu hati Ayah, agar bersikap lebih dewasa. Bukankah dulu memulai perkawinan dengan baik-baik, mengapa sekarang harus dipenuhi dengan dendam dan amarah. Yang jadi korban kan mas Rafa sama dik Sila. Kalau memang harus berpisah, berpisahlah dengan baik-baik pula.
            Hei, apa kabarmu hari ini, Rafa? Ummi kangen ketemu, ngobrol, atau jalan-jalan bareng kamu. Kapan ya itu bisa terjadi? Habis…sekarang Rafa kayak menjaga jarak dengan Nabil sih. Katamu, “Nabil, jangan dekat-dekat aku, nanti kamu dipukuli Ayahku loh.” Ummi sedih banget dengan kondisi kejiwaanmu, Nak. Sekarang yang penting Rafa tetap belajar  dan turuti kata-kata Bundamu yang luar biasa tangguh itu ya. Ummi pengin bantu, tapi bantu apa? Yaudah, Ummi tetep bantu doa semoga badai ini segera berlalu. Ummi pengin melihat kalian bisa tersenyum ceria lagi seperti dulu.

di SD Angkasa 3

di GBK Senayan (Islamic Book Fair)

seru ya...main perosotan di sini