Jumat, 29 Maret 2013

Di Balik Syuting Cinta O Channel

09.23 0 Comments

Mbak Kiki, teman dumay saya, tiba-tiba sms, “Mbak, ikutan syuting acara di O Channel, yuk?” Hmm...syuting? Seolah tahu kebingunan saya, dia sms lagi, “Liat aja di grup WSC!” Segera saya buka kompi dan liat info itu. WSC akan syuting acara Cinta (Cerita Wanita) di O Channel, hari Rabu, 20 Maret 2013, jam 09.00. Kayaknya seru juga ya. Nggak nyampe hitungan menit, saya langsung ndaftar.

Tanggal 20 Maret, usai ngantar si kecil sekolah, saya langsung ke perempatan PGC, tempat saya janjian sama Mbak Kiki untuk berangkat bareng ke Hotel Ambhara, Blok M. Jam 07.00 kami naik kopaja 57. Tau sendiri yang namanya jam orang kantoran berangkat kerja....macet ruar biasa. Untuk mengurangi stres akibat macet, kami berdua ngerumpi ngalor ngidul pake bahasa Jawa. Hihihi...yang bukan orang Jawa silakan buka kamus.

Akhirnya jam 09.00, nyampe juga kami berdua di Dirgantara II Ballroom, Hotel Ambhara. Dari 30 orang yang diminta, hanya ada 20 yang hadir. Tau sendiri kan yang namanya emak-emak, tiba-tiba anak atau suami sakit. Padahal disediakan 3 round table @ 10 orang. Jadilah 1 round table lagi diisi oleh ibu-ibu dari Rudi Choirudin Fans Club (RCFC). Saat kami berdua tiba tempat duduk sudah terisi dan sudah ada sedikit pengarahan dari Woman Radio dan O Channel. Yah...ketinggalan dikit deh. Untung masih ada waktu buat kami berdua untuk ngeteh dulu, sekedar mengurangi lelah dan haus akibat syai dari terminal Blok M ke Hotel Ambhara, hihihi...



Acara syuting pun dimulai setelah sang host, Intan Erlita, muncul di panggung. Bersama 2 narasumber WSC, Deka Amalia dan Ade Ummi Fikri, syuting berlangsung lancar jaya. Ada beberapa adegan yang harus ditake ulang gara-gara mike-nya mati, jadi nggak ada suaranya. Sesi terakhir syuting adalah membuat cerita berantai, masing-masing 1 kalimat. Beruntung, saya yang nggak jago bikin kata-kata indah ini sudah ada yang mbuatin. Jadi tinggal baca aja, hihihi...curang ya.



Setelah WSC, syuting Cinta kedua dengan RCFC. Kami diminta duduk di kursi penonton dulu untuk meramaikan suasana. Bedanya dengan WSC,  saat syuting RCFC nara sumbernya bukan Rudi Choirudin, tapi Sigit Risat, seorang motivator. Temanya tentang Mindset Bahagia. Sesi terakhirnya, para peserta diminta joget sambil nyanyi, “Buat melodi di hati 3 x....sambil beraksi.” Sebagian aggota RCFC yang usianya nggak muda lagi, nyanyi dan jogetnya heboh banget. Hihihi...gapapa ya, ibu-ibu, sekali sekali joget, biasanya kan masak terus.



Usai syuting, dua komunitas ini dipersilakan makan siang. Menunya banyak, bervariasi, dan mak nyus. Udah kenyang makan, pulang deh. Ini dia goody bag dari O Channel. Alhamdulillah dapat notes book baru, yang lama dari Al Fath pas habis.



Sebelum pulang, sholat Dzuhur dulu bareng-bareng di lantai bawah, trus poto-poto dah. Dasar emak-emak narsis, di komunitas mana apa pun sama aja. Banyak yang ketularan virus narsis, termasuk saya, hihihi...Ini dia penampakannya.




Oh, ya, tadi Mbak Kiki pamit pulang duluan karena ditelpon keluarganya. Saya pun pulang sendiri naik kopaja 57. Eh, jadi ingat obrolan kita berdua tadi pagi. Ternyata kita berdua hampir sama pemikirannya. Ikut syuting, karena ingin tambah teman (baca relasi), ingin tahu tentang bagaimana proses syuting, dan  untuk melepaskan diri dari rutinitas yang kadang membosankan. Juga ingin sekedar menghibur diri dari masalah yang sedang kita hadapi. Mbak Kiki, sebenarnya kita berdua sedang menghadapi masalah berat dalam rumah tangga kita masing-masing. Tapi, it’s OK, tenang aja, hadapi saja masalah itu dengan sabar. Kapan-kapan kita jalan berdua lagi, ya...buat ngilangin stres.

Sabtu, 23 Maret 2013

APA PUN MOTORNYA, HARUS DARI YAMAHA

20.46 0 Comments

Sepeda Motor Pertamaku
Peristiwa menabrak  sepeda anak sekolah menimbulkan trauma pada diri saya selama bertahun-tahun. Sejak menikah, suami selalu memaksa saya untuk bisa naik sepeda motor, agar mandiri. Itu karena kami menjalani hubungan jarak jauh. Dia tidak ingin saya selalu tergantung pada orang lain, saat mau pergi keluar rumah.

“Lawan itu rasa takut,” begitu yang selalu dia katakan. Karena itulah baru beberapa kali belajar, saya memberanikan diri ke kantor naik sepeda motor. Yang terjadi, begitu keluar dari gang, saya gas sepeda motor dan brakkk...! Saya membayangkan seandainya yang yang melintas saat itu bukan sepeda tapi mobil truk. Waduh, nggak kebayang seperti apa jadinya.

Selama bertahun-tahun saya naik kendaraan umum ke mana-mana. Hingga akhirnya Yamaha mengeluarlah produk sepeda motor matic bernama MIO. Melihat banyak yang memakai Mio, saya jadi ngiler juga. Apalagi kata rekan kerja saya, orang buntung kakinya aja bisa naik Mio, karena cuma mengandalkan tangan, hehehe...

Saya pun merayu suami minta dibelikan Mio. Kebetulan, saat mengantar saya ke pasar suami melihat ada promosi Yamaha di depan pasar. Saat itu kayaknya lagi promo besar-besaran. Bayangkan, hanya dengan DP seratus ribu bisa membawa Mio warna kuning ke rumah hari itu juga. Sementara saya belanja, suami mencoba test drive. “Enak, cocok untuk wanita,” kata suami.

Sejak itu, hampir setiap hari karyawan Yamaha menelpon suami, tanya kapan mau beli Mio. Lama-lama suami luluh juga, “Oke, kita ambil satu yang warna biru.” Hore...pucuk dicinta ulam pun tiba. Akhirnya saya punya sepeda motor sendiri. Nggak sampai seminggu, motor dikirim ke rumah. Hari Sabtu saat suami di rumah, saya langsung disuruh nyoba. Saya naik Mio sendiri, sementara suami naik sepeda motornya, mengikuti dari belakang. Wah, ternyata memang mudah, nggak perlu mindah gigi atau nginjak rem. Semua mengandalkan kekuatan tangan.

Sejak itu saya ke mana-mana selalu ditemani Mio yang saya beri nama Pussy Blue. Selama hampir empat tahun, Pussy Blue setia menemani saya. Mulai dari mengantar anak-anak ke sekolah, mengantar saya ke kantor, ke pasar, sampai ke rumah orang tua. Akhir pekan bila suami nggak bisa pulang, saya harus berperan ganda. Mengajak ketiga anak saya jalan-jalan ke rumah orang tua atau mertua saya. Tetangga sebelah sampai komentar, “Bu, kok kayak sircus aja, motor satu dinaiki empat orang.” Hahaha...begitulah adanya. Si kecil saya gendong kain di depan, sementara kedua kakaknya duduk di belakang. Ternyata saya menemukan foto lama saat berdua dengan Pussy Blue. Ini dia penampakannya...



Di tahun 2009, saya memutuskan resign dan mengikuti suami tinggal di Jakarta. Dengan sangat terpaksa Pussy Blue saya jual. Waktu itu saya berpikir, mending nanti di Jakarta saya beli motor baru lagi. Pembeli Pussy Blue bukan orang asing kok, keponakan saya sendiri. Akhirnya kami berpisah, saya di Jakarta, Pussy Blue tetap di Semarang.

Tahun pertama tinggal di Jakarta, saya harus mengandalkan transportasi umum. Itu karena uang hasil penjualan Pussy Blue ikut melayang, buat tambahan bikin kamar anak-anak. Ya sudahlah, sabar saja. Alhamdulillah, tahun kedua kebeli sepeda motor second tapi bukan produk Yamaha.

Sepeda Motor Impianku
Bermimpilah setinggi mungkin. Karena mimpi membuat hidup jadi lebih bersemangat. Saya termasuk orang yang  selalu punya mimpi dalam segala hal, termasuk urusan sepeda motor. Saya ingin punya sepeda motor baru ( tetap yang matic), yang bentuknya keren, larinya cepat, dan teknologinya canggih.

Saat membaca brosur tentang New Xeon RC, kayaknya motor ini cocok dengan impian saya. Sudah irit bahan bakar, designnya keren, teknologinya canggih, lagi. Xeon RC itu motor bermesin injeksi dan berteknologi balap, hingga tentu saja larinya cepat.

Semoga suatu hari mimpi saya terwujud. Sepeda motor yang saya pakai sekarang sudah sering jatuh saat dipakai anak saya. Maklum ABG, nggak bisa jalan pelan, maunya kenceng melulu. Kalau saya sih, sesuai kebutuhan. Mengantar anak sekolah yang waktunya mepet, ya harus lebih cepat. Sementara kalau tidak ada acara lain, usai mengantar ketiga anak ke sekolah, ya jalannya santai saja.

Ini dia sepeda motor impian saya. Eh, kalo nanti terwujud, kira-kira dikasih nama apa, ya? Victorius Red, Matic Red, atau Pussy Red, ah, nanti saja deh...




<br />

Rabu, 20 Maret 2013

Serunya Gabung di IIDN

22.42 2 Comments


Tahun 2010
            Setahun setelah memutuskan resign dari pegawai kantoran, saya mulai melirik dunia tulis menulis. Entah, siapa yang menggerakkan hati saya. Yang pasti ini sudah skenario-Nya. Jujur, sejak kecil saya nggak suka atau mahir dalam urusan karang mengarang alias tulis menulis. Saya tertarik untuk belajar menulis setelah membaca tulisan beberapa penulis terkenal.
            Banyak quotes menarik tentang menulis yang saya dapatkan hasil membaca sana sini. Diantaranya, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” (Pramoedya Ananta Toer) dan “Tulisan itu rekam jejak. Sekali dipublikasikan, tak akan bisa kau tarik. Tulislah hal-hal berarti yg tak akan pernah kau sesali kemudian" (Helvi Tiana Rosa). Kata-kata itulah  yang mendorong saya segera mencari info tentang pelatihan menulis.
            Singkat cerita, suatu hari saya membaca pengumuman tentang pelatihan menulis untuk para ibu di FB milik Mbak Indari Mastuti. Saya langsung mendaftar. Acara yang diadakan di Rabbani Kerudung Rawamangun itu berlangsung seru. Bang Aswi mengajari kami proses menulis dari awal. Di sini saya bertemu dengan ibu-ibu dengan berbagai profesi. Di sini pula saya bertemu dengan Mbak Indari Mastuti, pemilik agen naskah Indscript Creative. Beliau, yang saat itu sedang hamil muda, memberi info tentang apa itu agen naskah.


            Usai acara itu, kami diberi selembar kertas yang berisi pertanyaan diantaranya buku apa yang ingin kami tulis. What? Belajar saja baru sekali ini, masak sudah mau nulis buku. Sampai detik ini kertas itu saya biarkan kosong dan kini entah di mana keberadaannya. Saya malah tertarik dengan nama grup yang didirikan Mbak Indari, Ibu-ibu Doyan Nulis. Lucu banget sih istilahnya, doyan nulis, hihihi...
            Semua peserta pelatihan dimasukkan ke Grup IIDN. Dan sejak itulah saya bergabung dengan IIDN. Sebagai orang yang benar-benar memulai belajar nulis dari nol, saya hanya aktif jadi pengamat. Saya masih malu-malu, belum percaya diri walau sekedar menulis komentar. Tapi diam-diam saya mulai mengikuti audisi antologi yang banyak diadakan oleh teman atau grup di FB. Asal tahu saja, saya hanya mampu menulis sebanyak 3 lembar A4 saja. Lebih dari itu, saya akan mengibarkan bendera putih alias menyerah.

Tahun 2011
            Suatu hari saya baca info di grup bahwa IIDN akan membuka stand di acaranya Tabloid NOVA, yaitu Pasar Nova. Dengan sedikit merayu suami, diantarkanlah saya ke Senayan untuk bertemu dengan ibu-ibu anggota IIDN lainnya. Untuk kedua kalinya saya bertemu dengan Mbak Indari Mastuti, dan pertama kali bertemu dengan markom IIDN, Teh Lygia Nostalina. Senang rasanya ketemu ibu-ibu yang selain sibuk mengurus anak, juga senang menulis. Semangat untuk menulis selalu timbul bila bertemu dengan mereka.


            Yang membuat hati saya tambah berbunga-bunga saat suatu hari teman saya bilang, “Mbak, saya kayaknya lihat wajah Mbak ada di majalah Aulia.” Benarkah? Esoknya saya langsung beli majalah itu dan benar, foto saya dan ibu-ibu anggota IIDN saat di Pasar Nova tampil di sana. Sampai sekarang majalah itu selalu saya jaga dan simpan rapi. Norak? Biar saja, itu kan pertama kali wajah saya muncul di media massa, hehehe...



Tahun 2012
            Tahun demi tahun, ternyata IIDN berkembang sangat pesat. Terutama sejak Bu Direktur IIDN menang di berbagai kompetisi seperti Perempuan Inspiratif NOVA 2010, Wirausaha Muda Mandiri 2011, dan Perempuan Wirausaha Kartini Award 2012. Jumlah anggotanya yang semakin banyak, membuat IIDN Pusat membentuk korwil di dalam dan luar negeri. Mbak Indari Mastuti, Indscript Creative, dan IIDN semakin dikenal. Undangan menghadiri berbagai acara pun berdatangan.
Kami yang tergabung di IIDN Jabodetabek ikut kecipratan dampaknya. Hampir setiap bulan ada saja undangan dari media massa atau perusahaan ternama untuk menghadiri acara yang mereka adakan. Dan acara yang sempat saya ikuti adalah adalah seminar kesehatan yang diadakan Majalah Good Housekeeping dan acara Nova Ladies Fair 2012.

Acara terakhir inilah yang meninggalkan kesan paling mendalam di hati saya. Kenapa? Pertama, karena saya bertemu dengan banyak perempuan dari berbagai komunitas di Indonesia. Kedua, karena untuk pertama kali dalam hidup ini, saya menjadi peragawati. Ya, saya ikut berpartisipasi di sesi fashion show on the street dan juga ikut flashmob nari ala Gangnam Style. Dalam dunia nyata mana ada peragawati tubuhnya semampai alias semeter nggak nyampai kayak saya? Hehehe...


Berkat IIDN pula saya bisa bertemu dengan Oom Pepeng. Ya, tanggal 14 Oktober, IIDN mengunjungi Oom Pepeng di rumahnya. Banyak pelajaran yang saya petik dari kunjungan itu. Dalam kondisi sakit yang belum ada obatnya itu, Oom Pepeng tetap tegar menjalani hidup. Beliau bahkan melakukan kegiatan sosial untuk membangun gedung sekolah yang rusak di negeri ini. Subhanallah!



Tahun 2013
Nggak rugi deh gabung di IIDN. Seru abis pokoknya. Selain kesempatan langka seperti saya sebut di atas, saya dapat banyak ilmu tentang kepenulisan, parenting, design, crafting, dan ilmu lainnya. Semuanya free alias gratis. Para ibu yang punya kemampuan lebih nggak pelit sharing ilmu pada ibu-ibu lainnya lewat kelas online yang terjadwal rapi setiap hari.
Walau termasuk anggota lama, tapi belum satu buku solo pun yang saya hasilkan. Bahkan audisi antologi yang diadakan IIDN, tak satu pun tulisan saya yang lolos. Kadang saya iri melihat teman-teman yang baru gabung tapi bisa langsung punya buku solo atau tulisannya muncul di berbagai media. Tapi saya harus sadar diri, kebanyakan mereka sudah mulai menulis sejak muda bahkan sejak kecil. Sedang saya? Baru memulai di usia menjelang kepala empat. Menulis itu bukan bakat tapi perlu ketrampilan. Untuk bisa menjadi trampil harus terus berlatih dan berlatih. Sampai saat ini saya masih terus menulis, menulis, dan menulis. Tiga hal yang harus dilakukan agar bisa jadi penulis hebat.
Sejak mengikuti pelatihan writerpreneur online di IIDN, pikiran saya semakin terbuka. Berbagai ide mulai bermunculan. Semoga tahun ini keinginan saya untuk bisa memiliki buku karya sendiri, bisa terwujud. Tolong diaminkan ya, Saudara-saudara. Saya ingin meninggalkan rekam jejak saya untuk anak cucu berupa karya tulisan alias buku. Terakhir saya kasih pantun deh...
Jalan-jalan ke Kalijati, jangan lupa membeli roti
Dari semua grup yang saya ikuti, hanya IIDN yang paling pas di hati
(hehehe..ini ciyus loh)

Sabtu, 09 Maret 2013

Fungsi Meditasi Bukan Sekedar Melatih Otak

12.44 0 Comments

Kita dapat belajar untuk menyadari kehadiran kemarahan yang datang sebagai tamu tak diundang dengan menyambutnya melalui jamuan positif (Adjie Silarus)
Aktivitas duduk bersila dengan mata terpejam dan pengaturan nafas dalam sebuah meditasi, bukanlah sebuah ritual agama tertentu. Sikap badan seperti itu bisa dilakukan siapa saja, dan bisa memberikan dampak positif yang hebat dalam hidup kita.
Aktivitas tersebut bisa melatih pikiran ke arah lebih positif, alih-alih bisa menghilangkan stres yang sedang mendera. Pola yang digunakan dalam meditasi membantu setiap orang untuk mengendalikan cara berpikir hingga bagaimana cara mengenali siapa diri kita sesungguhnya.
Ketika jiwa Anda terasa hampa, gelap seolah tidak ada cahaya, maka segeralah kembali merenungkan apa tujuan kita hidup. Proses merenung dimana pikiran hanya terfokus pada pada satu hal yaitu DIRI ANDA. Kenali apa kelebihan dan kekurangan diri, pencapaian dan kegagalan yang sudah dilalui, koreksi positif dan negatif yang dimiliki, dan capailah satu kesimpulan, “Buang yang buruk, ambil yang baik.”
Masa lalu bukanlah patokan masa depan Anda. Masa lalu bukan pula target masa kini Anda. Masa lalu, masa kini, dan masa depan menjadi tiga hal yang berbeda. Meditasi membuat Anda fokus pada masa kini. Menjalankan hidup sebaik-baiknya di masa kini, terlepas dari seburuk apa Anda di masa lalu. Jika Anda di masa kini sudah fokus dan mengusahakan yang terbaik, bukan tidak mungkin masa depan Anda akan berkilau selayaknya berlian.
Meditasi membantu Anda untuk menjalankan hidup sepositif mungkin. Sekali lagi, tidak peduli bahwa ada begitu banyak perubahan mengejutkan dalam hidup Anda, Anda tetaplah berada dalam posisi tenang.
Metode meditasi akan membantu Anda mengendalikan arus pikiran, sehingga masalah berat tidak bertambah berat, dan masalah kecil tidak menjadi berat. Sikap Anda pun akan menjadi lebih stabil dan positif.
Adjie Silarus merupakan seorang Meditator yang sudah merasakan hasil dari meditasi yang dilakukan selama bertahun-tahun ini. Adjie, yang pernah memiliki penyakit yang berawal dari stres ini, berusaha menyembuhkan penyakit dengan pola pikirnya, bukan dengan obat-obatan. Dia menggunakan meditasi sebagai sarana penyembuhan fisiknya. Gaya hidup positif yang berawal dari meditasi, dilakukannya secara konsisten, sehingga bukan saja pola pikirnya yang terlatih namun kesehatannya pun pulih jauh lebih baik!
Meditasi yang sering dikaitkan dengan praktik semedi pada kalangan agama tertentu ini, sebenarnya sudah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak dulu, sebagai salah satu bentuk rasa syukur atas kekuatan Mahabesar yang menggerakkan kehidupan. Meditasi menjadi sarana perenungan dan penyatuan diri terhadap alam sekitar. Inilah sebabnya, meditasi sebenarnya bisa dilakukan oleh lintas agama, dengan niatan melatih pikiran untuk lebih bisa menerima keadaan diri.
Bahkan pada masa kini, meditasi modern lebih menekankan pada fungsi melatih pikiran, meskipun ternyata manfaat meditasi bukan sekadar itu saja. Banyak efek positif lainnya yang bisa didapatkan. Diantaranya adalah tumbuhnya kesadaran terhadap diri sendiri, lebih mengenal dan memahami alam sekitar, menumbuhkan kepercayaan diri dan kesabaran untuk rendah hati.
Selain itu, meditasi bisa membuat seseorang dekat dengan Sang Maha Pencipta, mensyukuri apa yang telah digariskan oleh-Nya. Sehingga dengan penerimaan yang positif terhadap Sang Pencipta dan diri sendiri tersebut, lahirlah kesehatan pada tubuh. Fungsi organ tubuh menjadi membaik, dan pada beberapa kasus bisa menyembuhkan berbagai penyakit, seperti yang sudah dirasakan oleh Adjie Silarus.
Jika dengan teratur bermeditasi, seseorang bisa meraih kualitas hidup yang lebih baik dari sebelumnya, lalu apa yang perlu ditunggu? Adjie Silarus akan membantu Anda untuk memulai hari-hari yang lebih cerah dan bahagia dengan meditasi. Sejumlah pelatihan bisa didapatkan untuk mendapat kualitas meditasi yang benar-benar bermanfaat. Bukan hanya sekadar melatih pikiran, namun juga mencerahkan hidup dan meningkatkan kesehatan diri Anda. Jalan sukses akan terbentang lebih lebar manakala kita bahagia dan sehat jasmani rohani!
Pikiran yang jernih dan penerimaan positif akan membuka segala jalan mencapai pertolongan-Nya.(Adjie Silarus)

(Artikel ke-3 dalam rangka mengikuti Personal Branding Award yang diadakan Indscript Creative sebagai Personal Branding Agency

Kamis, 07 Maret 2013

Yang Tersisa dari Jalan-jalan di Bogor

11.35 0 Comments

Senangnya, pertemuan rutin kali ini diadakan di luar Halim, tepatnya Bogor. Maklum tuan rumahnya asli Bogor, jadi sekali-sekali boleh dong nyenengin teman-temannya. Bu Boss meminta kami kumpul jam 7 padahal undangannya sih jam 10. Bu Boss emang suka tepat waktu dan nggak suka kalo dibilang gengnya nyeleneh. Hehehe...itu kan cerita masa lalu, Bu Bosss. Jam 07.15 dua mobil berisi 11 ibu-ibu cantik meninggalkan RSAU Halim.

Jam 8 teng, kami dah nyampe SKI Katulampa Bogor. Kepagian banget, yak...tuan rumah dan yang lainnya aja belum tampak secuil pun. Gapapa, kata Bu Boss, lebih baik kepagian daripada telat. Oke deh sambil nunggu waktu, jalan-jalan lihat sekeliling dulu lah. Maklum saya kan baru pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini. Kalo hari libur tempat ini rame banget pengunjungnya. Fasilitas hiburannya juga lumayan bervariasi, tapi saya nggak sempat mengunjunginya.


Saya hanya berjalan melihat tempat yang dekat dengan parkir mobil. Yang terdekat adalah galeri penjualan tas Tajur yang sudah kondang itu. Barangnya bagus-bagus, mupeng pengin ada yang beliin. Huu...sayang nggak ada satu pun yang bersedia menyisihkan uangnya untuk saya. Kasian deh saya. Di seberangnya ada tempat penjualan sepatu. Yang ini bukan sepatu buatan Tajur, tapi aneka sepatu bermerk buatan pabrik.


Eh...nggak terasa dah jam 10, langsung deh naik ke resto di lantai 2. Asyik, sambutannya cuma sebentar, dilanjut dengan makan siang. Lah, jam 11 sudah makan siang? Gapapa, suasana sejuk ditambah gerimis membuat selera makan meningkat drastis. Bahkan sebelum makanan utama, saya sempat mengambil jajanan pasar yang yummy. Lupakan diet dulu lah. Dan makanan utamanya adalah nasi timbel, sayur asem, ayam goreng, tempe tahu goreng, ikan asin, sambal, dan lalapan. Wow...Sunda banget, kan? Sengaja saya nggak ambil gambarnya, karena piring saya bersih tak bersisa. Hore...Jeng Sri pinter, makannya habis! *eh.

Usai makan, acaranya nyanyi-nyanyi dan joget-joget. Masing-masing geng kirim perwakilan. Untung geng kami punya Mbak Oska yang bisa nyanyi. Lainnya mah cuma punya ketrampilan bisa makan, ngobrol, nyinden, dan marah-marahin anak *eh. Di akhir acara, Bu Ketua mengumumkan bahwa beliau akan lanjut ke Warso Farm, yang terkenal sebagai perkebunan durian dan buah naga. Bu Boss mau gabung, sementara kita milih wisata kuliner sekitar situ aja.


Setelah sholat Dzuhur, mobil pun melaju menuju target pertama, PIA apple pie. Saya nggak beli karena nggak tertarik, daripada mubazir nggak kemakan. Nggak sampe 15 menit, lanjut ke target kedua Macarroni Panggang (MP) Bogor. Suasananya kayak di Bandung, bangunannya tua dan udaranya sejuk. Kami istirahat sebentar  di dalam, menikmati satu MP ukuran sedang, rame-rame. Enak banget...Produk di MP Bogor nggak cuman macaroni panggang doang, ada cinnamon cake, lasagna gulung, puding, dll. Setengah jam kemudian, kami meninggalkan MP Bogor. Eh, ada Yati Surahman juga loh, lagi makan di teras bareng teman-temannya.




Wisata kuliner udah, beberapa anggota geng ngajak ke FO. Yaudah ikut aja. Habis belanja, foto-foto di depan FO trus balik ke Jakarta. Selesai sudah jalan-jalan ke Bogor kali ini. Saya masih penasaran dengan tempat wisata kuliner lain, karena hari ini baru seputar jalan Raya Pajajaran doang loh. Sampai jumpa lagi di jalan-jalan berikutnya with Geng Emak-emak Narsis. Motto kami: Kalau pengin eksis ya harus narsis...



Ini dia oleh-oleh yang saya bawa pulang. Sst...semuanya gratis loh, dibayarin teman-teman saya yang semuanya tajir (istri dokter semua, cyin). Alhamdulillah...





Senin, 04 Maret 2013

Oleh-oleh dari Islamic Book Fair

23.41 0 Comments

Islamic Book Fair tahun ini berlangsung tgl. 1 sampai 10 Maret 2013.  Lokasi masih sama Istora GBK.  Kalau biasanya rombongan sirkus berangkat semua, kali ini hanya ditemani hubby sama duo krucil (Nabil dan soulmate-nya, Rafa). Duo ABG nggak mau ikut, ada aja alasannya. Yaudah, gapapa, the show must go on *halah apaan sih.

Perjalanan menuju Senayan, alhamdulillah lancar. Nyampe sana, langsung deh liat kiri kanan. Duh, mupeng, pengin dibeli semua. Pas nyampe stand Republika, sang penjaga bilang, “Silakan dibeli buku-buku karya Tere Liye. Mau minta tanda tangan juga bisa.” Langsung celingak-celinguk. Oh, mungkin lelaki yang duduk di pojokan itu Tere Liye.

Daripada penasaran kayak lagunya Bang Haji, mending ambil satu buku. Yak...yang terpilih adalah Bidadari-bidadari Surga. Setelah dibayar langsung deh minta tanda tangan penulisnya. Orangnya baik kok, ramah, sambil tanda tangan dia tanya-tanya, “Dah baca berapa buku karya saya?” Gubrak....saya seperti tersengat aliran listrik mendengar pertanyaan mengejutkan itu * lebay nggak sih. Jujur saja, saya baru punya satu yaitu Hafalan Sholat Delisa, hihihi...

Setelah menjawab dengan tergagap-gagap, gantian saya yang nanya.
“Mas kan kerja, trus nulisnya kapan?”
“Ya, rutin tiap hari, setidaknya setengah jam per hari. Hari ini lagi nggak nulis nih.”
 Lha iya lah, masak lagi book signing di pameran disambi nulis, mana bisa konsentrasi. Setelah mengucapkan terima kasih, saya pun berlalu sambil berpikir. Oh, itu ya yang namanya Tere Liye. Banyak orang yang nggak tau kayak apa bentuk asli Tere Liye. Itu karena dia nggak suka difoto bareng penggemar kayak artis lain gitu. Bahkan banyak yang mengira dia perempuan, hihihi...Bagi yang penasaran, ini saya ambil foto dari FB  beliau.


Waktu ketemu saya, ya seperti itulah wajahnya. Pake kaos putih, celana jeans, kupluk abu-abu, dan....sandal jepit (kayak merk Swallow, gitu). Hihihi...sederhana banget, yak? Jadi pelajaran hari ini adalah untuk jadi terkenal nggak harus sering munculin wajah di mana-mana. Munculin aja buku atau tulisan di mana-mana. Pertanyaannya, bisa nggak ya saya seproduktif Tere Liye? Biarlah hati kecil saya yang menjawabnya, Saudara-saudara.

Perjalanan sendirian pun dilanjut. Liat stand satu per satu, liat kalo ada buku yang bagus dan murah. Hingga sampailah saya ke lantai 2. Ternyata ada wahana permainan anak di sini. Langsung saya sms hubby, agar membawa duo krucil ke atas. Yak...akhirnya kami bertemu lagi.

Duo krucil mupeng liat wahana permainan itu. Yaudah...biar nggak ganggu acara me time, saya harus rela merogoh kocek 60 ribu untuk mereka. Gak dibatasi berapa jam, pokoknya sampai capek atau sampai sore pun boleh main-main di situ. Setelah liat sebentar duo krucil bermain, saya jalan-jalan sendiri lagi.

Lantai 2 banyak berisi fashion, makanan, dan obat-obatan islami. Saya sampai harus teriak wow... saat ngliat hem dan gamis dengan desain bagus harga terjangkau. Pertahanan saya bobol juga, akhirnya hem warna ungu itu pun berpindah tangan. Gapapa, siapa tau besok ada acara dengan dress code baju bernuansa ungu * edisi menghibur dan membela diri.

Puas muterin arena IBF, karena sudah jam makan siang, saya balik ke tempat duo krucil dan hubby.
“Ummi, aku pusing nih.”
“Yaudah, brenti dulu maennya. Kita makan dulu, yuk!”
Kita berempat makan di warung yang berjejer di dekat tempat parkir. Dan seperti dugaan saya, makanan di sini pasti mahal. Untuk 2 nasi ayam, 1 nasi soto, dan 1 gado-gado, saya harus membayar 125 ribu. Yaudah, gapapa, rejekinya para pedagang dadakan itu. Kan gak tiap hari ada event pameran kayak gini.

Selesai makan, duo krucil minta balik lagi ke wahana permainan.
“Lha katanya tadi pusing?”
“Iya, pusing karena belum makan. Sekarang kami nggak pusing lagi, sudah segar bugar lagi.”
Oalah, bocah, pinter ngeles ya. Karena masih pakai gelang di tangan, mereka diijinkan masuk lagi. Hihihi...geli liat Nabil nggak bisa naik arena panjat tebing dari balon udara. Kegendutan sih, Dik, lha wong makannya buanyak. Tapi setelah nyoba beberapa kali, akhirnya berhasil juga. Hore...Nabil hebat!

Karena badan mulai capek, saya mengajak hubby pulang. Alhamdulillah, perjalanan pulang juga lancar. Sampai rumah, sambil bongkar oleh-oleh, ngobrol dengan Nabila.
“Nduk, tadi Ummi ketemu sama Tere Liye.”
“Orangnya pake kerudung nggak?”
Hah, apa? *garuk-garuk tembok. Ternyata, anak saya termasuk golongan orang-orang yang nggak tau kalo Tere Liye itu cowok.
“Lha wong namanya Darwis Tere Liye kok cewek.”
“Oh...cowok to?”
Udah ah daripada ngomong terus liat aja oleh-oleh Ummi.





Jumat, 01 Maret 2013

Kunjungan ke Pabrik Sosro

13.19 0 Comments

Saat ada undangan untuk IIDN ke pabrik Sosro, tgl.27 Februari, saya langsung daftar. Nggak ada salahnya kan jalan-jalan, ketemu komunitas, sambil belajar. Dari 30 orang yang pertama mendaftar, mengerucut jadi separuhnya. Biasalah ibu-ibu, tiba-tiba ada acara, tiba-tiba anak sakit, dll. Kami semua sudah maklum itu.

Di hari H, saya malah nyampe TKP molor satu jam dari jadwal. Nggak nyangka Halim- Cakung makan waktu 2 jam. Maklum, saya naik Trans Jakarta disambung angkutan bus 01 jurusan Bekasi. Yang lama itu di Terminal Pulo Gadung, macet luar biasa, maklum hari kerja.

Akibatnya, saat saya nyampe di pabrik Sosro, jalan Sultan Agung km.28 Cakung, semua sudah duduk manis di auditorium. Sudah makan siang semua, lagi. Sementara saya, langsung ikut duduk sambil menahan lapar *salah sendiri telat. Acara dibuka Mbak Elsa dengan salam, “Selamat Pagi!” *wow...kayak di Lele Lela ya, salamnya. Setelah membacakan susunan acara, Tia, selalu korwil IIDN Jabodetabek diminta memberi kata sambutan. Kaget ya, Tia, disuruh pidato dadakan, hehehe...

Tak lama kemudian, kami diperlihatkan tayangan mengenai sejarah dan perjalanan pabrik Sosro dari awal hingga sebesar saat ini. Kami diminta tidak mengaktifkan kamera, artinya kami tidak diperkenankan merekam gambar-gambar di tayangan itu. Usai melihat video itu, kami diminta memakai topi warna orange dan foto bersama. Klik!


Mbak Elsa (yang wajahnya mirip Artha Ivano) segera memandu kami melihat proses pembuatan teh botol. Mulai dari teh yang dikemas botol beling sampai botol plastik. Kami diminta memegang kemasan saat diproses. Ternyata memang benar-benar panas. Kata Mbak Elsa, memang begitulah proses pembuatan teh di pabrik Sosro. Semua dibuat dalam keadaan panas, lalu ditutup. Itulah yang membuat teh botol Sosro tahan lama meski tanpa bahan pengawet. Intinya, selama tertutup rapat dijamin rasa dan warna nggak akan berubah. Sayang mereka nggak menunjukkan proses pembuatan produk juice (Happy Jus atau Country Choice).

Sambil jalan-jalan keliling pabrik, foto sekali lagi. Klik!


Capek keliling pabrik, kami disuguhi aneka teh. Bebas milih, semuanya gratis. Ada yang masih panas, ada juga yang dalam keadaan dingin. Semua dalam kemasan botol beling, kalau di kemasan tetrapack, pasti ada yang mau bawa pulang, hehehe...Kami juga sempat membeli produk Sosro. Dalam satu tas plastik berisi 6 produk seharga 10 ribu, murah kan? Bisa dijual lagi, tuh *dasar otak pedagang.


Acara selanjutnya masuk ruang auditorium lagi untuk sesi tanya jawab. Ada 5 ibu yang bertanya dan dijawab semua dengan jelas oleh Mbak Vina. Sebelum pulang kami diberi bingkisan yang ternyata isinya payung hitam, ih...kok kayak lagu dangdut sih. Tapi lihat penampakannya, cantik loh...


Sekitar jam 16.30, kami semua meninggalkan pabrik dan pulang menuju rumah masing-masing. Sampai jumpa lagi di kunjungan pabrik berikutnya (lho emang mau ke pabrik mana lagi?). Demikian laporan reporter cantik dan imut Jeng Sri  dari atas Trans Jakarta yang salah jurusan dan akhirnya turun di shelter Juanda untuk lanjut ke PGC.

Sorry, ya, Cintaku, emakmu pulang kemalaman gara-gara keder * Mother Keder sesion 2.