Sabtu, 28 September 2013

Audisi

11.42 0 Comments
Hari ini ngantar teman yang mau audisi. Sebenarnya yang ikut hanya dia. Nggak tau kenapa dia ngajak saya. Nggak pede kalo sendirian, katanya. Yaudah, saya nurut. Tempatnya di daerah Pancoran. Setelah tanya-tanya Satpam ditunjukin tempatnya. Tapi, kok, sepi. Jangan-jangan salah. Muter-muter dulu sebentar.

Balik ke gedung tadi, eh…ternyata ada penjaga yang kelihatan di halaman belakang. Setelah tanya-tanya, bener, ini tempat audisinya. Waktu masuk, baru ada 2 peserta. Sambil nunggu peserta audisi lain, kami ngobrol-ngobrol. Di ruangan sudah disediakan 18 kursi berlapis kain satin putih. Persis sama dengan jumlah peserta. Di sandarannya ditempeli label nama peserta. Wah, berarti nanti saya harus keluar dari ruangan ini. Nunggu di luar, maksudnya.

Hingga jam 10 lebih, ada 3 peserta yang belum hadir. Panitia sudah menghubungi peserta, tapi tidak ada jawaban alias nggak nyambung. Akhirnya audisi pun akan dimulai. Saya segera keluar ruangan. Bersama saya ada 2 orang lagi yang keluar ruangan.
“Lho, nggak ikut audisi?”
“Saya cuma ngantar teman.”
“Oh, jadi kita bertiga sama-sama pengantar.”

Kami bertiga mencari tempat yang nyaman buat santai-santai. Menunggu itu menjemukan, apalagi sampai 1-2 jam. Saat kami duduk di luar ruang audisi, seorang panitia mendatangi kami.
“Berhubung peserta kurang 3 dan pengantar juga 3, maka kami minta Anda bertiga ikut audisi.”
“Tapi kami tidak siap.”
“Nggap papa. Pernah dengar kan, kisah para artis sinetron yang tadinya cuman ngantar teman ikut audisi. Eh, akhirnya dia malah yang kepilih.”

Gubrak, tapi ini bukan audisi menjadi bintang sinetron. Ini audisi cerdas cermat emak-emak. Modalnya bukan tampang dan akting, tapi menghapalkan setumpuk buku yang berisi anggaran dasar, juklak, julkis, dan tentang organisasi wanita! Ikut audisi karena terpaksa itu rasanya…mual, mules, dan mau pingsan. Untung selesai audisi dapat makan siang: nasi kotak gratis. Nggak jadi pingsan, deh…yang ada ketawa ngakak sepanjang perjalanan pulang. Saya yakin kisah pengantar yang malah kepilih itu hanya khayalan belaka.




Mendadak Jadi Editor

11.40 0 Comments
Hanya seminggu setelah ikut kelas editing online-nya Galaregia Project, saya dapat job. Hore…! Klien pertama saya tak lain putri saya sendiri, hihihi…Ceritanya, Nabila mau ikut lomba nulisnya Rohto *gubrak, emaknya aja minder denger lomba yang jurinya Naning Pranoto itu. Yaudah lah, sebagai emak yang baik saya terima pekerjaan itu.

Hmmm…pertama buka naskah saya langsung teriak, maklum saya di ruang tengah Nabila di kamarnya.
“Ini judulnya apa, Sayang?”
“Terserah Ummi aja deh. Baca dulu semua nanti baru dikasih judul.” Emak cantik mulai senyum-senyum.
Setelah saya baca keseluruhan barulah saya edit sesuai dengan ilmu yang baru saya dapatkan.
“Nama tokohnya boleh diganti nggak? Masak yang lain namanya Merry dan Michelle, kok satunya Yuni? Yang kerenan dikit lah, Yuki atau Yully, gitu. Jangan-jangan nama panjangnya Sri Wahyuni, lagi.”
“Enggak boleh diganti, pokoknya Yuni aja.”

Oke, deh. Beberapa kata dan kalimat sempat saya ganti. Masak, menggambarkan suara orang ketakutan kayak tikus mencicit. Kata Nabila, dia pernah baca penggambaran kayak gitu, tapi si emak cantik nggak terima. Ganti! Cara nulis paragraf juga masih berantakan. Percakapan banyak ditulis menjorok, seperti ganti paragraf baru gitu. Yang ini juga mesti dibenerin. Apalagi ya? Pokoknya ada deh yang saya ganti susunan kalimatnya karena nggak enak dibaca.

Setelah selesai proses editing, saya panggil Nabila. Tugas saya sebagai editor sudah selesai. Sekarang dia yang harus melengkapi syarat lainnya seperti biodata dan berbagai lampirannya. Yah…masih dapat tugas satu lagi, besok sebelum ke kantor pos mampir dulu ke mini market beli produk Rohto sebagai salah satu syarat. Oke deh, apa sih enggak buat anak Ummi yang paling cantik ini.
Sebelum saya masuk kamar karena sudah ngantuk berat, saya sempat nanya, “Kenapa sih namanya harus Yuni?”
“Itu kan nama teman sekelasku yang jahat.”

Gubrak, ternyata begini cara dia melampiaskan kekesalannya. Nabila pernah curhat ternyata ada beberapa teman sekelas yang nggak suka kalau Nabila jadi ketua kelas. Kelewat imut kali kamu, Nduk, hihihi…Nah, Nabila bilang kalau dia sering dibully sama teman-temannya itu, salah satunya bernama Yuni. Pas banget dengan cerita yang dia tulis, yaitu tentang adanya praktek bullying di sekolah.


Oke, deh, mudah-mudahan cerita kamu lolos jadi 10 besar. Amin. Kalau pun kalah juga nggak papa. Ummi acungi jempol buat keberanian kamu menjajal ajang nulis cerpen yang menurut Ummi tingkat tinggi alias nyastra banget. Good luck, My Daughter!


Selasa, 24 September 2013

Apa Kabarmu, Rafa?

12.04 0 Comments
Sejak masuk kelas 1 SD, Nabil mulai akrab dengan Rafa. Di mana ada Nabil di situ ada Rafa. Satu kata yang pas buat mereka: soulmate! Padahal mereka berdua berteman sejak TK, tapi dulu nggak terlalu dekat. Sekarang tiap pulang sekolah, Nabil pasti ke rumah Rafa, atau sebaliknya. Itu yang membuat saya akhirnya kenal Bunda Rafa.
            Biasanya Bunda Rafa sms nanyain apa Rafa di rumah Nabil, karena sudah menjelang Maghrib. Saya juga sering sms dia minta tolong Nabil agar pulang karena belum makan. Yang sering terjadi, Bunda Rafa bilang kalau Nabil sudah makan di rumah Rafa. Waduh…bikin malu emakmu aja sih, Bil. Ketahuan kalau Nabil makannya banyak dan ketahuan kalo saya malas masak *tutup muka pake wajan.
            Di mata saya, Bunda Rafa wanita yang lembut dan sabar. Menghadapi Rafa yang polahnya kadang “nakal”, dengan sabar dia menasehati putra sulungnya itu. Tak pernah terdengar bentakan atau kata-kata kasar. Setahu saya dulu Bunda Rafa kerja kantoran di daerah Cengkareng. Tapi sejak Rafa masuk SD, dia selalu terlihat antar jemput Rafa dan adiknya, Sila. Jadi kesimpulannya, sekarang tidak bekerja lagi.
            Suatu hari, saat Rafa sedang main dengan Nabil di rumah, suami menginterogasinya. Biasalah, suami emang suka sok akrab dengan teman-teman anaknya. Saya yang sedang asyik di depan komputer ikut nguping pembicaraan cowok-cowok itu. Saat ditanya tentang ayahnya Rafa menjawab, “Ayahku dinasnya di Makasar. Sudah lama nggak pernah pulang.” Deg!
            Di hari lainnya, tiba-tiba Rafa curhat, “Ayahku jahat, Bunda dimarah-marahin terus. Kita diusir dari rumah, karena Ayah mau tinggal di situ sama istrinya yang lain.” Wah, apalagi ini? Bocah 6 tahun itu bicara tentang istri lain dari ayahnya. Suami cuma bilang, “Rafa nggak boleh ngatain Ayah jahat. Mungkin Ayah sedang emosi, jadi marah-marah.” Saya pikir mungkin Ayah Rafa bertengkar dengan Bunda Rafa, trus keluar kata-kata ancaman itu. Mana mungkin abdi negara punya istri lebih dari satu.
            Beberapa hari setelah Rafa curhat itu, saya lihat Rafa memang tidak tinggal di rumah itu. Bersama Bunda dan adiknya, Rafa tinggal di rumah Eyang, orang tua Ayah Rafa, yang masih satu komplek. Eyang Putri Rafa, alias ibu dari Ayah Rafa, sangat sayang pada cucu dan menantunya. Saat Bunda Rafa ada keperluan dan harus keluar rumah, Eyang Putrilah yang menjaga kedua cucunya yang ganteng dan cantik itu.
         Menjelang Lebaran tahun ini, saya mendengar kabar yang mengejutkan. Rafa sudah mudik ke Bandung, ke tempat orang tua Bunda Rafa. Padahal libur menjelang Lebaran masih seminggu lagi. Dan sehabis Lebaran, Rafa tak kunjung masuk sekolah. Oh, Rafa, ada apa denganmu? Sudah sebulan lebih Ummi nggak dengar kata-katamu yang kadang lebih dewasa dari umurmu. Bahkan kata Nabil, Rafa pindah sekolah di Bandung. Benarkah?
            Akhirnya satu per satu misteri itu terkuak juga. Saat bertemu Eyang Putri, saya tanyakan kenapa Rafa nggak pernah kelihatan. “Bundanya pengin Rafa pindah ke Bandung, tapi Ayahnya nggak mengijinkan. Tanpa kesepakatan kedua belah pihak, sekolah tidak akan membuatkan surat pindah.” Oh…begitu!
            Saat bertemu Ibu dari Bunda Rafa yang sedang menunggui Rafa, saya pengin nangis dengar cerita dari beliau. Ternyata, Ayah Rafa melakukan KDRT terhadap Bunda Rafa, mulai dari menampar, mencekik, dan menginjak-injak tubuh. Masya Allah, Bunda kenapa selama ini Bunda diam dan sabar banget. Dan itu terjadi sejak Ayah Rafa menikah lagi di Makasar dan kini telah dikaruniai dua anak. Ya, Allah, Bunda, saya speechless mendengarnya.
           Menurut beliau, sekarang mereka dalam proses perceraian. Karena atasan Ayah Rafa pun sudah angkat tangan. Sekarang Ayah Rafa dipindahkan ke Jakarta dan sendirian menempati rumah itu. Sementara Bunda dan anak-anak? Beliau tidak mau menyebutkan tinggal di mana. Karena Ayah Rafa masih suka membuntuti mereka, entah untuk apa. Kata Rafa sih, mau menghajar Bunda dan Rafa. Ya, Allah, Rafa, ingin rasanya Ummi memelukmu juga Bundamu.
          Buat Rafa, Ummi cuma bisa mendoakan mudah-mudahan Allah membuka pintu hati Ayah, agar bersikap lebih dewasa. Bukankah dulu memulai perkawinan dengan baik-baik, mengapa sekarang harus dipenuhi dengan dendam dan amarah. Yang jadi korban kan mas Rafa sama dik Sila. Kalau memang harus berpisah, berpisahlah dengan baik-baik pula.
            Hei, apa kabarmu hari ini, Rafa? Ummi kangen ketemu, ngobrol, atau jalan-jalan bareng kamu. Kapan ya itu bisa terjadi? Habis…sekarang Rafa kayak menjaga jarak dengan Nabil sih. Katamu, “Nabil, jangan dekat-dekat aku, nanti kamu dipukuli Ayahku loh.” Ummi sedih banget dengan kondisi kejiwaanmu, Nak. Sekarang yang penting Rafa tetap belajar  dan turuti kata-kata Bundamu yang luar biasa tangguh itu ya. Ummi pengin bantu, tapi bantu apa? Yaudah, Ummi tetep bantu doa semoga badai ini segera berlalu. Ummi pengin melihat kalian bisa tersenyum ceria lagi seperti dulu.

di SD Angkasa 3

di GBK Senayan (Islamic Book Fair)

seru ya...main perosotan di sini

Seru-seruan Bareng Zae Hanan

08.57 0 Comments
Kemampuan berbicara di depan umum alias public speaking sangat diperlukan oleh semua orang termasuk para ibu (ibu-ibu pejabat, tentunya). Mungkin karena pertimbangan itulah, dalam rangka HUT PIA Ardhya Garini ke 54, seksi sosial budaya mengundang Zae Hanan di Gedung Puri Ardhya Garini, tanggal 19 September 2013.

Siapa sih Zae Hanan? Saya juga baru dengar namanya. Kata lelaki kelahiran Cirebon tahun 1972 ini, dia adalah seorang Dream Planner dan Motivator. Kegiatannya seabreg, mengajar di John Robert Powers, ngisi acara on air di radio, kontributor Majalah Genie, dan ngisi seminar di mana-mana. Katanya dia pernah ngajar Mario Teguh dan siapa lagi ya…pokoknya orang-orang terkenal lainnya deh.

Zae memasuki ruangan dengan muncul tiba-tiba dari belakang. Katanya itu tips untuk mengurangi grogi. Menjadi public speaking memang tidak mudah, perlu latihan teratur. Yang tak kalah penting untuk dilakukan adalah latihan otak. Ada sekitar 70-an senam otak. Nah, pagi itu, kita diajarkan beberapa saja. Seperti tangan kanan menggambar segi empat di udara, sementara tangan kiri menggambar segi tiga. Tangan kanan maju mundur, tangan kiri naik turun. Ketika dipraktekkan bersama-sama, ruangan langsung menggema dengan tawa para ibu. Hahaha…ternyata susah bagi yang belum terbiasa.

Berikutnya, Zae mengajarkan tentang cara mengubah image dan kebiasaan. Misalnya, gajah kecil, semut besar, kucing petok, ayam meong, dll. Satu= jari kelingking yang diangkat, dua=jari manis dan tengah, tiga=ibu jari, telunjuk, dan jari tengah, empat= semua jari kecuali jari tengah. Dan kalau bisa saat menekan pin ATM, jangan selalu menggunakan jari telunjuk, pakai jari yang lain secara bergantian.

Tips menguatkan otak ala Zae Hanan:
- sesekali pakailah baju yang tidak disukai warnanya
- hitung mundur sebelum tidur, sambil ucapkan hal-hal positif
- hafalkan 10 nomor telpon/ hari
- bila ada yang diingat, segera lakukan
- banyak makan makanan yang mengandung cholin (ikan, telur, dll)
- matikan lampu saat tidur
- lakukan kreatifitas atau hal baru
- senam otak / brain gym

 Zae juga mengajarkan cara mengatur suara agar enak didengar. Ingat, lihat siapa audience kita. Dewasa, remaja, atau anak-anak? Harus dibedakan cara membawakan suara, dewasa lebih rendah, remaja lebih tinggi, anak-anak lebih tinggi lagi (lebih cempreng). Nafas juga harus diatur, latihan yang bisa dilakukan misalnya dengan berkata:
Satu satu, mereka menyanyi
Satu satu dua dua, mereka menyanyi
Satu satu dua dua tiga tiga, mereka menyanyi
Lakukan sampai angka sepuluh.
“Coba hitung dalam satu kali nafas sampai angka berapa Anda mampu bertahan. Dan angka  itulah umur Anda.” Huaaa…(jitak Zae), lha wong saya cuma mampu sampai angka 30, padahal umur sudah kepala 4, hahaha…Ngaku deh, nafas saya memang pendek, akibat malas olah raga.

Sedikit tambahan, tips Sukses ala Zae Hanan: Do the BEST ( Berani Bermimpi, Enyahkan Malas, Selalu Semangat, Terus Berdoa). Dan ketika presentasi masing-masing ada lagunya loh. B= apa ya, lupa…, E= Diamond-nya Rihana, S=We Are  the Champion (bukan Begadang-nya Bang Haji loh ya), T= Insha Allah-nya Maher Zain. Terakhir, kita berpelukan dengan sejumlah teman di sebelah kita, sesuai angka yang disebutkan Zae. Berpelukan…*ala Telletubies.

Saat keluar gedung, seorang teman berbisik,” Eh, acara tadi kayaknya nggak nyambung ya. Katanya judulnya Public Speaking, kok ada foto aura, susut perut, dll?” Saya langsung komen, “Itu namanya sambil menyelam ngeteh, makan gorengan, dan baca koran, hehehe…ngisi acara sekalian promo usahanya, lah.” Memang benar, selama acara Zae Hanan sesekali promo tentang apa itu foto aura dan manfaatnya, cara mengecilkan perut, dan konsultasi masalah hidup.


Ah, apalah itu, pokoknya menurut saya hari ini seru banget ketemu Zae Hanan. Banyak ilmu yang dia bagikan secara gratis pada kami (termasuk video operasi Caesar yang baru pertama kali saya lihat, hiiii…). Kalau konsultasi pribadi kan bayarnya mahal. Belum lagi dia bilang kalau jadi MC atau ngisi seminar, bayarannya katanya 500 ribu/ menit. Alamaaak…mehong (dan mudah-mudahan nggak bohong).

salah satu buku karya Zae Hanan

Kamis, 19 September 2013

Happy Parenting ala Novita Tandry

23.00 0 Comments
Alhamdulillah, hari ini bisa bertatap muka dan menimba ilmu dengan Novita Tandry, pemilik preschool Tumble Tots, di Puri Ardhya Garini. Sarjana Psikologi lulusan University of New South Wales itu sudah cantik, badannya ramping, multy talent lagi. Kegiatannya seabreg, tapi pintar mengatur waktu untuk diri dan keluarga. Waktu hampir dua jam mendengar sharing ilmunya serasa dua menit saja.

Di awal pertemuan Novita bertanya, “Siapa yang mau menjual anaknya? Saya beli 1,5 M, deh." Tak ada yang mengangkat tangan. Kemudian, "Siapa ibu-ibu di sini yang suka membelikan baju atau sepatu anaknya dengan ukuran satu nomor di atas ukuran aslinya?” Wah, ternyata banyak juga yang mengangkat tangannya. Menurut Novita, jangan memberikan anak sesuatu yang bukan ukurannya. Sebenarnya si anak tidak nyaman, tapi kadang dia tidak berani protes, takut diomelin ibunya. Demikian analogi dalam hal pengasuhan anak.

Dan ini dia secret happy parenting versi Novita Tandry yang sudah beliau praktekkan bertahun-tahun dalam mendidik kedua anaknya maupun murid-muridnya.

Secret 1 : Enjoy each other. Ciptakan suasana nyaman di dalam rumah.
Secret 2 : Swap Stores. Saling berbagi atau bertukar cerita.
Secret 3 : Put the Marriage First. Berikan contoh nyata tentang cinta. Jangan jadikan anak sebagai penyuplai kasih sayang.
Secret 4 : Break Bread Together. Membiasakan sebuah hubungan. Makan bersama minim 4 x seminggu.
Secret 5 : Play Together. Lakukan satu atau dua kegiatan di malam hari. Dongeng atau baca novel.
Secret 6 : Put Family Before Friends. Keluarga lebih diprioritaskan disbanding teman-teman.
Secret 7 : Limit Children’s After Scholl Activities. Batasi aktivitas setelah pulang sekolah. Ganti dengan kegiatan yang memiliki tujuan, misalnya bermain sepatu roda, bersepeda, lari, jogging, berlatih gym, atau berenang.
Secret 8 : Build and Honor Rituals. Ritual bisa yang bersifat religious, nasional, atau acara keluarga yang lebih spesifik.
Secret 9 : Keep Your Voice Down. Ciptakan lingkungan yang nyaman agar tumbuh kembang anak bisa optimal. Bicara- buat aturan yang jelas- beri hukuman yang sepantasnya. Jangan sampai kehilangan kontrol atau memarahi mereka sambil berteriak.
Secret 10 : Never Fight in Front of Kids. Terkadang perkelahian atau pertengkaran mungkin saja bisa terjadi. Segera minta maaf dan katakan bahwa Ayah Ibu hanya berbeda pendapat, tapi sekarang semuanya baik-baik saja.
Secret 11 : Don’t Work Too Much. Terus bekerja dan tidak punya waktu luang bisa membuat hubungan dengan anak menjauh.
Secret 12 : Encourage Sibling Harmony. Buatlah anak akrab dengan anggota keluarga lainnya.
Secret 13 : Have Private Jokes. Ada gurauan dan canda tawa.  Panggil dengan nama julukan atau panggilan sayang.
Secret 14 : Be Flexible. Akan ada perubahan dalam keluarga baik dari usia maupun jumlah anggota keluarga. Ada yang menikah, meninggal, yang remaja akan tumbuh dewasa.
Secret 15 : Communicate. Selalu berkomunikasi satu sama lain.

 Di akhir acara diputarkan 2 tayangan singkat (salah satunya saya pernah lihat, iklan tahun baru Cina) tentang keluarga yang bikin mewek sebagian ibu-ibu (termasuk saya), hiks…Habis, mengena banget. Saat orang yang kita cintai tidak ada, baru terasa betapa kita merindukan hal-hal tentang dia, termasuk hal yang kita tidak sukai sebelumnya.


Apa yang disampaikan Novita Tandry hari ini membuat saya ingin segera pulang dan berlari memeluk ketiga buah hati saya. Maafkan Ummi yang ilmu pengasuhan anaknya sangat terbatas ini ya, Nak. Masih banyak kesalahan yang sering Ummi lakukan. Ummi berjanji akan terus belajar dan berusaha agar menjadi ibu yang baik buat kalian bertiga * peluk dan cium satu-satu.

harta paling berharga yang saya miliki

Selasa, 10 September 2013

(Akhirnya) Ketemu Bang Boim

20.46 0 Comments
Sudah lama saya pengin ketemu Bang Boim Lebon, penulis komedi senior yang baik hati dan imut (dibaca: item mutlak) itu. Alasannya simple aja, pengin menimba ilmu dari beliau. Saya tuh pengin banget punya buku bergenre komedi. Entah, apa motivasinya. Pokoknya pengin dan suka aja. Pernah sekali bikin novel komedi. Dikirim ke Penerbit Bukune, setahun kemudian baru dikasih jawaban: naskah ditolak! Hiks…* maklum masih garing, krik…krik…

Dan, ternyata Allah mendengar suara hati saya terdalam itu. Dijembatani oleh IIDN Jabodetabek, akhirnya saya bisa bertemu dengan beliau. Hore…! * joget-joget pake pom-pom. Hari Sabtu, 7 September 2013, jam 9 pagi (kurang dikit) dengan semangat membara saya naik Kopaja 57 ke Gedung KINDO, Jalan Duren Tiga Raya. Nyampe di TKP ternyata masih sepi, karena masih jam 9 lebih dikit. Di luar perkiraan, ternyata wilayah Kalibata nggak macet kayak biasanya.

Langsung nyari kantornya IIDN di lantai 3 nomer 303. Eh, ketemu Teh Lygia dengan pakaian serba ungu, seperti biasanya. Tak lama kemudian datang Tia Marty, Mbak Etty Budiharjo, Mbak Erma, dan Mbak Irhayati Harun. Walau yang datang cuma 6 ibu-ibu, acara tetap berlangsung. Kalau sampai batal, beneran saya mau nangis guling-guling di situ, hehehe…*lebay.

Kira-kira jam 11-an, Bang Boim datang berdua dengan istrinya. Saya dah pernah dengar sebelumnya dari teman-teman FLP Jakarta, kalau ngundang Bang Boim pasti satu paket. Ternyata benar juga. Begitu datang Bang Boim langsung memperkenalkan diri dengan membacakan biodata beliau di layar LCD. Dilanjut dengan sharing ilmu kepenulisan cerpen, novel, dan drama komedi. Ini dia yang saya tunggu-tunggu.

Menurut Bang Boim, ide menulis cerita komedi bisa datang dari mana saja. Bisa dari pengalaman lucu masa kecil, bisa juga dari memotret kejadian sehari-hari. Nah, kalo judul Bang Boim suka mlesetin judul film atau novel yang sedang booming saat itu. Lihat saja judul bukunya, ada Suster Ngepot, Cemburu Berdarah Dingin, dan Ayat Amat Cinta. Tahu, kan, itu plesetan film atau novel apa?

Karena itu, pasang mata dan telinga, cari tahu apa yang sedang trend saat ini. Mulai dari film, novel, atau berita yang sedang ramai dibicarakan orang saat ini. Cari sesuatu yang mirip dengan hal itu. Misal saat booming film Badman Begins, Bang Boim bikin novel Badman Bidin. Pokoknya cari yang kedengarannya mirip, gitu.

Hampir semua ibu-ibu yang datang mengeluh soal sulitnya membuat cerita komedi. Bang Boim sendiri mengakui, teman seruangannya saja sampai berkeringat sebiji jagung kalo disuruh membuat cerita komedi. Tips dari beliau, buat aja dulu ceritanya, nanti kita cari celah di mana dimasuki unsur komedi. Misal tokoh utama ganteng tapi oon kayak novel Sotoy, atau cerita percintaan, orang tua si cewek pendengarannya terganggu kayak Bolot, atau tokoh utama berbadan kekar tapi takut pada sesuatu yang kecil seperti kecoak.


Terakhir Bang Boim cerita, kalau beliau punya jam biologis menulis, yaitu setelah sholat Subuh dan sebelum berangkat kerja. Kira-kira 2 jam-an lah, setiap pagi. Rutin! Makasih banyak ya, Bang, sharing ilmunya. Bermanfaat banget. Dan mudah-mudahan setelah pertemuan ini saya jadi semangat membuat novel komedi lagi. Sebenarnya ada satu hal lagi yang ingin saya utarakan langsung, tapi saya nggak enak sama Mbak Ade, istrinya, hehehe…*apa seeeh? Saya cuma pengin bilang, “Bang Boim, maukah kau menjadi mentorku?”



Selasa, 03 September 2013

Anggota Tertua Yang Paling Eksis dan Narsis

22.11 0 Comments
Alhamdulillah, akhirnya saya diberi kesempatan bergabung di komunitas penulis paling populer di negeri ini yaitu Forum Lingkar Pena (FLP). Sudah lama saya memang ingin bergabung di komunitas ini. Saya takutnya di akhirat nanti, ada pertanyaan dari malaikat, “Dulu di dunia pernah gabung dengan FLP apa belum?” Hehehe…just kidding!

Di FLP Jakarta syarat menjadi anggota lebih mudah daripada di FLP Cabang lain. Tinggal bayar Rp350.000, ikut studium generale, datang di pertemuan rutin 12 kali, trus terakhir, ikut inaugurasi. Di FLP lain malah harus menyertakan karya sastra seperti cerpen atau puisi. Studium generale dilaksanakan pada tanggal 13 Januari 2013, jam 13.00 dengan pembicara Habiburrahman El Shirazy alias Kang Abik di Aula Besar Museum Mandiri, Kota Tua.

Sebulan dua kali, hari Minggu jam 10.00, kami para Pramuda FLP Jakarta Angkatan 17, mendengarkan kajian sastra dari para pakar di serambi masjid Amir Hamzah, Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta. Saya merasa seperti emak-emak di tengah ABG. Memang iya…rata-rata teman saya masih kuliah atau baru lulus kuliah. Sementara saya dan Mbak Nuke sudah menikah dan punya anak masing-masing 3 dan 5.

Eits…jangan salah, biarpun sudah berumur, kami berdua dinyatakan sebagai peserta terbaik kedua dan ketiga, loh. Kalau terbaik pertama, Isti memang hebat. Bahasa Inggrisnya cas cis cus, pernah jadi nominator lomba menulis internasional, jago bikin puisi, jago story telling, dan apa lagi ya…pokoknya hebat deh. Lha, saya sama Mbak Nuke? Nggak salah tuh panitia milih kita berdua?

Apa karena saya dan Mbak Nuke pernah nraktir para senior makan siang di kantin TIM waktu itu ya? Hehehe…Tapi yang pasti kita berdua memang rajin datang di pertemuan rutin. Saya kayaknya cuma bolos satu kali deh, waktu pertemuan di Taman Ayodya, sekitar Blok M. Habis, jauh sih *ngeles. Kalau Mbak Nuke nggak pernah bolos kayaknya, kalau datang telat pernah sih * itu mah biasa.

Ya, sudah lah, apapun keputusan para pengajar, saya terima saja. Tapi cukup jadi beban buat saya, karena itu artinya saya harus membuktikan kelebihan saya dalam bentuk karya sastra. Padahal ilmu saya masih cetek, belum ada apa-apanya dibandingkan para senior. Bahkan di kalangan teman Pramuda 17, saya juga termasuk pas-pasan. Dan, mudah-mudahan saya dipilih sebagai salah satu peserta terbaik bukan karena usia saya yang sudah tidak muda, jadi mereka sungkan dengan saya, hehehe…


Mau lihat bukti kenarsisan saya? Ini dia penampakan saya di acara inaugurasi di Kebun Raya Bogor, 25 Agustus 2013…

si manis jembatan merah

7 bidadari di tengah hutan

persiapan sebelum pentas

sertifikat plus hadiah berupa novel

liat kamera langsung pada bergaya