Selasa, 22 Oktober 2013

Kopdar Emak-emak Crafter

11.07 0 Comments
Tak ada yang lebih menyenangkan dalam komunitas online, selain yang namanya kopdar alias kopi darat. Itu juga yang terjadi dengan komunitas IIHC (Ibu-ibu Hoby Craft). Admin komunitas meminta para anggotanya untuk kopdar per wilayah serentak pada bulan Oktober. Wah, serunya…Bagi emak-emak, kopdar itu juga bisa jadi Me Time. Sekali-sekali keluar lah dari rutinitas pekerjaan rumah dan juga nge-craft.

Untuk wilayah Jakarta, kopdar diadakan hari Sabtu, 19 Oktober, di Eat and Eat, Kota Kasablanka. Berhubung belum pernah ke sana, daripada nyasar-nyasar (kayak biasanya), saya barengan sama Mbak Dilla. Kita ketemuan di depan Ayam Tulang Lepass, PGC. Begitu turun dari ojek saya langsung menebak, ini pasti Mbak Dilla. Sebaliknya, Mbak Dilla juga mengenali saya. Kan pake dress code-nya coklat. Hahaha…ketahuan deh!




Dari PGC naik 06 ke Kampung Melayu, lanjut naik 44, turun persis di seberang Kokas. Oh, ya, di Kampung Melayu, ada tambahan rombongan yaitu Mbak Perta. Jadilah kami bertiga ngangkot bareng dan tiba di Kokas sebelum mall buka. Bisa ditebak, kami bertigalah yang terpilih sebagai peserta yang datang pertama dan berhak mendapat door prize. Hore!


wajah-wajah peserta teladan (baca: on time)


Jam 10 lewat dikit, acara dimulai dengan perkenalan masing-masing anggota. Mommy Nurul selaku admin, sekaligus PJ acara, meminta kami menyebutkan nama, tempat tinggal, dan craft yang ditekuni. Saat saya memperkenalkan diri, terpaksa break sejenak karena ada anggota yang datang. Akhirnya satu demi satu semua yang hadir memperkenalkan diri. Mommy Nurul meminta kami pesan makanan dan minuman dulu sebelum lanjut ke acara berikutnya.

Di sesi berikutnya, membahas tentang tempat dan acara kopdar selanjutnya. Berhubung saya nggak konsen (sambil makan mie kangkung, sih), saya dengernya samar-samar. Kayaknya, kopdar selanjutnya di Gandaria City, bulan Desember. Trus nanti ada beberapa emak-emak yang akan sharing ilmu nge-craft (kayaknya yang berhubungan dengan benang). Info lebih lanjut akan dibahas di grup.

Nah, berhubung semua kado sudah terkumpul, saatnya tukar kado yang dibungkus dengan kertas koran. Tapi sebelumnya, Mommy Nurul bagi-bagi door prize bagi yang bisa menjawab pertanyaannya. Saya dapat satu, hanya karena duluan mengacungkan tangan. Pertanyaannya pas gampang sih, dari mana asal seni origami? Hahaha…anak TK aja tahu.

Acara ditutup dengan dengan ucapan hamdallah dan foto bersama. Back groundnya kelihatan artistik, siapa dulu yang milih tempatnya? Yang pasti bukan saya. Alhamdulillah, acara kopdar IIHC Jakarta berjalan lancar dan banyak yang hadir. Semua yang hadir tampak senang dan tak sabar untuk hadir di acara kopdar berikutnya. Buat yang belum bisa hadir kali ini karena alasan keluarga (biasa lah namanya emak-emak), semoga di kopdar berikutnya bisa hadir dan meramaikan.


cantiknya!

seru!


Walau sudah ditutup, ada beberapa emak yang penasaran dengan seni merajut (entah apa namanya)-nya Mbak Dilla. Alat bantunya seperti sumpit yang buat makan mie, hihihi…Maka, terjadilah kursus kilat ala Mbak Dilla. Saya jelas nggak ikutan, karena butuh waktu lama untuk belajar sesuatu yang belum saya kuasai *maklum lemot.


cik gu in action


Oh, ya, karena penasaran dengan sesuatu di balik bungkusan kertas koran, saya langsung membukanya di TKP. Ternyata, isinya 10 benang woll, sementara salah satu door prize dari panitia berupa 2 benang rajut. OMG, apa maksudnya semua ini? Apakah ini berarti saya harus mulai belajar merajut, crochet, amigurumi, dan saudara-saudaranya *garuk-garuk tembok.


door prize dari panitia

hasil tukar kado




Rabu, 02 Oktober 2013

Suatu Hari di Taman Suropati

20.37 0 Comments
Saya baru tahu, ternyata di Jakarta ada taman yang sejuk dan nyaman untuk sekedar bersantai ria. Hihihi…ketahuan nggak pernah jalan-jalan. Namanya Taman Suropati. Letaknya di daerah Menteng. Siang itu saya punya kesempatan datang ke sana, karena undangan dari komunitas penulis untuk ketemuan dan halal bihalal (kebetulan masih bulan Syawal).



Kami duduk santai di salah satu bagian trotoar. Terasa adem, karena banyak pepohonan tinggi di sekitar taman. Di sekitar kami banyak orang yang sedang berolah raga dan bersantai bersama keluarga. Di pertemuan itu kami hanya berbincang santai sambil memperkenalkan diri satu per satu peserta yang hadir. Sayang, suara para senior terganggu oleh suara gesekan biola.

para senior sedang berbagi ilmu

yang ini kok malah narsis foto2an


Ya, tak jauh dari tempat kami lesehan, ternyata merupakan tempat latihan biola. Mereka tergabung dalam komunitas Taman Suropati Chambers (TSC). Setiap Minggu pagi berkumpul di Taman Suropati untuk latihan bersama. Memang saya perhatikan, di sekitar kami duduk mobil satu per satu parkir, lalu keluarlah satu keluarga. Sang anak belajar biola, sementara kedua orang tuanya menunggui. Yang belajar bukan cuma anak-anak, ada juga remaja bahkan dewasa.



Kata teman saya, Mbak Nuke, dulu belajar di situ gratis. Tapi lama-lama seiring bertambahnya peminat, tiap peserta kursus biola harus bayar sekitar 150 ribu per bulan. Iya, sih, hari gini mana ada yang gratis. Semakin siang suasana semakin gerah. Oh, ternyata mau turun hujan. Saat terdengar adzan Dzuhur, gerimis mulai turun. Kami segera berlari menyeberangi jalan dan sampailah ke masjid Sunda Kelapa.



Kami istirahat sejenak untuk sholat, sambil menunggu hujan reda. Ternyata, jam 2-an masjid mau dipakai untuk acara akad nikah. Di tempat sholat pria sudah tersedia meja akad nikah yang sudah dihias bunga-bunga. Selesai sholat, kami duduk melingkar di serambi dalam masjid untuk melanjutkan pembicaraan tadi yang sempat terputus.

sebelum pulang, foto dulu di tangga masjid



Jam setengah tiga, acara ditutup. Sebagian dari kami, makan siang di depan masjid yang merupakan tempat jajan. Berbagai menu makanan di tawarkan mulai dari siomay, sate padang, bakso, rujak buah, dll. Saya sendiri tadi sehabis sholat sudah menikmati secobek tahu gejrot yang yummy. Jadi ya…pamitan dulu deh. Sampai jumpa lagi di sebuah taman yang asri di Jakarta. Eh, tapi di mana ya…

Ceritaku di Hari Batik

19.43 0 Comments
Hari Batik Nasional, ya? Ah, tapi hari ini nggak mau pake baju batik ah…pake blus polos aja. Biar beda dengan yang lainnya. Pagi, ke BRI Cililitan, pegawainya pake batik (kecuali Pak Satpam, ya?). Siang naik Trans Jakarta, petugasnya pake batik. Ke Gramedia Matraman, pegawainya juga pake batik. Tuh, kan, pada pake baju batik semua.

Hari ini, saya memang sengaja mau refreshing, jalan-jalan ke Gramedia Matraman, yang ternyata pas ada bazaar buku murah. Trus lanjut ke Pasar Jatinegara, tepatnya ke Toko Setia Jaya yang jualan bahan-bahan craft. Ah, tempatnya nggak menarik.

Lanjut jalan lagi ke toko pigura, masih di Pasar Mester. Nanya-nanya harga pigura yang buat mahar uang. Hmm…dah tau harganya sekarang. Tak lupa beli pigura yang saya kira 3 dimensi. Sampai di rumah pas dibuka, eh…ternyata pigura biasa. Bingkainya aja tebal kayak 3 D, gitu…Yaudah lah, nasi sudah menjadi bubur. Tambahin sayuran aja biar jadi bubur Manado. Kan enak dan sehat. Apa seeh…kok jadi ngomongin bubur. Pokoknya yang namanya crafter itu harus bisa merubah yang biasa jadi luar biasa. OK?


Kembali ke topik utama soal Batik Day, saya termasuk Batik Lovers loh (siapa yang nanya?). Apalagi batik jaman sekarang banyak pilihan warna, corak, dan harganya. Kalau ada pertemuan dengan ibu-ibu, saya pasti pake baju batik. Karena menurut saya itu yang paling aman dan nyaman. Nggak bakalan jadi pusat perhatian, karena baju batik saya biasa saja dan harganya murah meriah. Di acara santai dengan teman komunitas, saya juga sering pakai baju batik santai lengan pendek (dipadu kaos panjang, tentunya). Nggak percaya? Ini buktinya…

ini pas jadi model baju daster

sama teman komunitas emak2

sama ibu2 sosialita (jiakakak...)