Sabtu, 20 Juni 2015

Nikmatnya Nasi Beralas Daun Jati, Nasi Jamblang

10.25 0 Comments
Sudah dua kali mudik Lebaran, saya meminta pak sopir ganteng untuk lewat kota Cirebon. Biasanya sih dari Cikampek lewat jalan tol, jadi nggak lewat tengah kota Cirebon. Alasan pertama saya dulu, pengin makan nasi jamblang. Alasan yang kedua kalinya, ketagihan pengin makan nasi jamblang lagi, hehehe...

Asal tahu aja, yang saya makan bukan nasi jamblang yang paling terkenal di sana yaitu nasi jamblang Ibu Nur. Asal nemu aja, saat keluar tol tanya sana sini, warung jamblang terdekat mana. Yaudah, itu saja yang saya nikmati. Yang pertama dulu, dapet di dekat sebuah rumah sakit. Warungnya kecil tapi masakannya enak. Apa karena lagi lapar pas buka puasa ya, semuanya terasa nikmat.

Kalo yang kedua, lagi balik ke Jakarta kita mampir di warung jamblang dekat sebuah masjid. Sekalian sholat Ashar gitu. Yang ini masakannya cenderung manis. Dan total uang yang saya keluarkan 75 ribu. Wow...lumayan juga, apa karena masih suasana Lebaran ya, jadi masih mahal. Padahal di warung nasi kucing langganan saya di Pondok Gede, 50 ribu sekeluarga sudah kenyang banget. Ini nasinya dikit banget dan saya belum kenyang, Saudara-saudara.

Buat yang belum tahu nasi jamblang, yang pasti itu bukan nasi plus buah jamblang. Itu makanan khas kota Cirebon berupa nasi sedikit (seukuran nasi kucing) yang dibungkus daun jati. Lauknya tinggal pilih sendiri. Ada sayur tahu, ayam goreng, semur daging dan lidah, blakutak alias cumi, udang goreng, tempe goreng, dan perkedel. Di rumah makan Ibu Nur malah katanya ada 40 macam lauknya. Wow...pasti bingung milihnya.

Yang membuat nasi jamblang terasa nikmat itu karena pengaruh aroma daun jati, kayaknya. Dulu waktu saya masih kecil ada di daerah pelosok Kendal yang mengalasi makanan dengan daun jati. Itu juga rasanya nikmat banget. Konon katanya, sejarah dipakainya daun jati di Cirebon itu peninggalan jaman penjajahan Belanda. Para pekerja pembuat jalan Dandels antara Anyer-Panarukan menggunakan daun jati sebagai alas makan mereka. Bagi yang penasaran dengan nasi beralas daun jati, harus menikmati nasi jamblang saat lewat di kota Cirebon. Dijamin ketagihan kayak saya, hehehe...

aneka lauk, silakan pilih

enak, kata anak lanang

nasinya dikit, lauknya yg buanyak

Angeline, Bidadari yang Malang

09.38 0 Comments
Selama sebulan terakhir media nasional dipenuhi berita tentang Angeline, gadis cantik 8 tahun yang kisah hidupnya tragis. Terlahir di Bali dari pasangan suami istri asal Banyuwangi yang ekonominya pas-pasan. Bapaknya buruh bangunan, ibunya pramuwisma. Karena tak sanggup membayar biaya persalinan di klinik, sang bayi pun berpindah tangan. Diadopsi pasangan bule dan perempuan lokal.

Nasib gadis berwajah cantik itu sangat tragis. Sejak sang bule meninggal, kisahnya bak Cinderella lengkap dengan dua saudari angkatnya. Setiap hari diberi tugas memberi makan binatang peliharaan sang ibu angkat yaitu ayam, anjing, dan kucing. Tubuh semakin kurus, bau tak sedap selalu tercium dari baju sekolahnya yang lusuh. Dan yang paling nelangsa, Angeline yang dilaporkan hilang sejak pertengahan Mei, akhirnya ditemukan sudah tak bernyawa 3 minggu kemudian. Jenasahnya ditanam di halaman belakang rumah sang ibu angkat yang (katanya) seorang psikopat.

Ya, Robb, hujan air mata negeri ini. Mulai dari penyidik, wartawan, artis, sampai masyarakat awam pun menangis saat berita ini terkuak. Begitu kejamnya orang-orang di sekitar memperlakukan sang bidadari mungil ini. Apa sih motifnya? Apa pun itu, seorang anak yang belum dewasa harusnya disayang dan dilindungi. Bukannya diperlakukan tidak manusiawi, disuruh mengerjakan pekerjaan orang dewasa, dan tidak diberi makanan yang layak.

Kekerasan terhadap anak-anak sebenarnya sering sekali kita jumpai di sekitar kita. Upaya pencegahan sebaiknya dimulai dari yang terkecil, dari diri kita sendiri, dan mulai dari sekarang. Belajar menjadi orang tua yang baik dan sholeh. Bersikap peduli terhadap kekerasan yang terjadi di lingkungan terdekat kita, dengan cara menegur dan mengingatkan.


Kita semua pasti tak mau ada kekerasan terhadap anak yang berujung kematian di negeri ini. Sudah cukup kisah Arie Hanggara puluhan tahun lalu. Dan semoga kasus Angeline ini, menutup kisah tragis kekerasan terhadap generasi penerus bangsa ini. Beristirahatlah dengan damai, wahai Bidadari cantik. Kehidupan di dunia ini terlalu kejam untukmu. Bermainlah sepuasnya di taman surga dengan senyum manismu.





Selasa, 16 Juni 2015

Umbul Sidomukti, Serasa Mandi di Pucak Bukit

11.27 0 Comments
Kabut menyelimuti sisi gunung Ungaran ketika kami memasuki kawasan Umbul Sidomukti, Ungaran. Umbul alias pemandian yang terletak atas bukit itu memang menyedot banyak pengunjung setiap akhir pekan. Terbukti hari Minggu itu, motor dan mobil berjalan merayap menuju lokasi. Membuat pak sopir ganteng saya sedikit menggerutu, “Ngapain sih milih ke sini? Jalannya sempit, belum diaspal lagi.” Putri saya yang ngajak ke sana langsung njawab, “Kan kita belum pernah ke sini. Biar pengalaman. Lagian kan bisa ambil foto-foto, pemandangannya bagus.”

Jujur saya penasaran saat melihat foto-foto di Mbah Gugel juga melihat tayangan televisi. Apalagi saat itu yang lagi berenang Pak Siswono, mantan menteri yang pernah tinggal di Kendal. Kayaknya keren, kolam renang di atas bukit, trus bisa melihat pemandangan di bawah. Sayang, karena kabut tebal siang itu, kami tak bisa melihat hutan dan kota Semarang di bawah sana.

Bagi yang belum pernah ke Umbul Sidomukti, patokannya gampang kok. Dari Semarang naik menuju Ungaran/ Solo. Sampai di Pom bensin Lemahabang, ada plang ke kanan menuju tempat wisata Bandungan. Lurus aja sampai ketemu pasar Jimbaran yang menjual aneka hasil bumi. Dari situ ada penunjuk jalan menuju Umbul Sidomukti. Kalo nggak tahu, tanya aja pada orang di sekitar pasar yang padat itu. Saya aja tanya sama tukang parkir di pinggir jalan.

Rencana hubby berenang pun batal, moodnya dah hilang saat menyetir tadi. Akhirnya hanya si kecil yang berenang sendiri. Kami menunggu sambil melihat-lihat suasana. Kembali hubby protes, tempat wisata ini nggak aman. Belum semua sisi yang berhadapan dengan jurang diberi pagar pembatas. Kalo bawa anak kecil harus wapada dan benar-benar diawasi. Iya, sih, kayaknya masih dalam proses pembangunan di sana sini.

Buat yang suka uji nyali, di Umbul Sidomukti ada arena outbond yang seru. Saya yang takut ketinggian liat orang flying fox melintasi jurang kayak gitu, jantung udah berdesir. Kebayang nggak sih, jatuh ke jurang sedalam 70 meter. Hehehe...tapi tentunya semua permainan itu sudah dilengkapi pengaman lah * saya aja yang lebay. Di sebelahnya tampak juga jembatan gantung yang panjangnya sekitar 100 meteran.

Usai si kecil berenang kami menikmati makanan yang tersedia di warung-warung dekat tempat area parkir. Mau ke Pondok Kopi, harus naik lagi, pak sopir gantengnya nggak mau. Ya sudah, nikmati saja yang ada. Apa sih yang nggak enak dimakan di tempat yang dingin berkabut kayak begini. Maka nasi goreng, mie goreng, mie rebus, coklat hangat pun langsung tandas tak bersisa. Semua pindah ke perut kami.


Sayang, pulangnya kami tidak melewati pasar Jimbaran yang dipenuhi sayur, buah, dan hasil bumi. Padahal tadi saat berangkat melewati pasar, saya sudah lapar mata. Pengin beli wortel, sirsat, ubi, pisang, dan lainnya. Hahaha...nggak jadi jebol deh ini dompet. Yang penting badan dan pikiran sudah segar karena refreshing di tempat yang dingin bareng keluarga.

si kecil renang sendiri

naik kuda, alternatif hiburan

bunga gunung 1

bunga gunung 2



sstt...ada yg lagi pacaran

Masjid Salman, Siang Itu

10.53 0 Comments
Ada urusan ke ITB tapi nggak punya saudara di Bandung? Gampang...datang aja ke masjid Salman. Itu usul dari sopir taksi yang mengantarkan saya dari stasiun Bandung ke kampus ITB. Seakan tahu apa yang ada dalam pikiran saya pagi itu. Ya, saya memang sedang bingung. Saya harus mengantar anak saya ujian menggambar di ITB, sementara saya buta sama sekali dengan kota Bandung.

Benar juga saran pak sopir. Saya bisa numpang mandi, minum kopi dan teh hangat gratis, nge-charge hape, sholat, bahkan tiduran di masjid Salman. Petugasnya baik, nggak pernah marahin kita. Mungkin tahu banyak pendatang dari seluruh penjuru tanah air. Tentunya lelah setelah menempuh perjalanan panjang. Jadi saat ada jamaah ibu-ibu yang ketiduran dibiarkan saja, termasuk saya, hehehe...


tampak depan


Mau cari makanan? Gampang, di sepanjang jalan Ganesha banyak orang gelar lapak. Untuk sarapan pagi kita bisa pilih lontong kari, nasi uduk, atau bubur ayam. Nanti saat siang sampai malam, bisa kita temui aneka makanan enak dan murah. Mulai dari siomay, cilok, susu dan yogurt aneka rasa, aneka penyetan, burger, bakmie, dan lainnya. Tuh kan sampai ngiler saya membayangkannya. Udaranya juga sejuk sih, bikin cepet lapar. Bandung emang surganya makanan. Tinggal nyiapin duit aja pokokna mah.

Beberapa saat menjelang Dzuhur, ada sebuah pengumuman, bahwa adzan akan dikumandangkan 5 menit lagi. Bagi jamaah yang berada di seputar masjid Salman agar segera menghentikan aktivitasnya dan bersiap-siap sholat berjamaah. Jamaah perempuan dipersilakan pindah ke aula yang letaknya di atas kamar mandi perempuan. Sementara lantai 1 masjid digunakan untuk jamaah laki-laki.

tulisan di sepanjang teras

Saya yang masih terkantuk-kantuk segera mengambil air wudhu, meminjam mukena di dekat kamar mandi yang dikoordinir dengan rapi. Ada ibu agak sepuh yang tadi saya lihat membersihkan kamar mandi. Beliau terlihat sibuk mengatur jamaah perempuan agar shafnya rapi dan tak ada celah. Uniknya, jamaah perempuan diatur dari barisan paling belakang. Jadi yang datang telat harus di shaf depannya. Benar-benar pemandangan yang baru saya lihat sekali ini. Demi mengatur shaf, si ibu sepuh tadi rela nggak ikut sholat jamaah.

Subhanallah...syahdu sekali suasana sholat Dzuhur berjamaah siang itu. Lantai 1 masjid dipenuhi jamaah laki-laki, sementara aula dipenuhi jamaah perempuan. Shaf tertata rapi, tak ada celah tempat masuknya setan di antara jamaah satu dengan yang lainnya. Belum pernah saya lihat kondisi seperti ini di masjid yang saya datangi sebelumnya. Apa karena memang saya jarang mengunjungi masjid-masjid ya?


Segera saya lipat mukena pinjaman tadi, diikat karet, lalu dikembalikan ke tempat peminjaman tadi. Anak saya harus segera ikut ujian menggambar di aula timur kampus. Usai mengantarkan anak berangkat tes, saya duduk di teras masjid, menunggu. Sejak jam 7 pagi, beranda masjid dipenuhi berbagai aktivitas. Ada yang setor hafalan Al Quran pada gurunya, ada yang tadarus, ada yang mengerjakan tugas, ada yang melingkar berdiskusi, ada yang ngelesi muridnya. Yang jahit-jahit kain flanel juga ada * siapa ya?
teras masjid

jait2 juga ibadah loh

Senin, 08 Juni 2015

Cuci Mata di Halim Car Free Day

09.14 0 Comments
Alhamdulillah, Minggu, 28 Desember 2014, kembali bisa menikmati suasana komplek Halim Perdanakusuma. Kali ini kami melangkahkan kaki di Car Free Day seputar Makoops atau dekat RS Haji Pondok Gede. Ternyata Halim itu nano nano, perpaduan kota dan desa. Mau bukti, nih dia:

mimi lan mintuno yang langka

kemasannya tradisional banget boo

mie lidi modern

rambut nenek yg jadul

bros shabby

ikan hias

gini lho cara pake hijabnya

Malioboro, Sore itu

08.21 0 Comments
Rencana ke Taman Pintar batal, sudah tutup kata Pak Satpam. Beralih ke Benteng Vredeburg, lagi-lagi sudah tutup kata Pak Satpam. Jogja...Jogja...memang citymewa. Liburan Natal dan Tahun Baru jelang 2015 itu memang bikin Jogja tambah crowded. Inilah gambaran suasana jalan Malioboro sore itu (edisi foto dibuang sayang). Dan sukses membuat rombongan kami balik kanan * pulang ke rumah Adik.








Minggu, 07 Juni 2015

Ternyata Saya Bisa!

20.04 1 Comments
Kadang masih suka nggak percaya. Kok bisa ya, saya yang orangnya dulu minderan, susah ngomong, dan nggak gaul ini bisa jadi founder komunitas. Iya, di awal bulan Desember 2014 saya nekat mendirikan komunitas para crafter di Kendal dengan nama Kendal Crafter. Anggotanya para perempuan yang punya hobi bikin kerajinan tangan. Baik yang saat ini domisili di Kendal maupun orang asli Kendal yang saat ini tinggal di kota lain.

Lucu juga kalo ada yang tanya motivasi saya mendirikan Kendal Crafter (KC). Jadi gini,beberapa bulan sebelum saya pulang kampung ke tanah air tercinta, saya dilanda ketakutan hebat * serius. Nanti di rumah lama, teman saya siapa. Teman tempat kerja dulu jelas semakin sibuk dengan pekerjaannya. Dengan tetangga, saya nggak begitu akrab. Teman sekolah TK, SD, SMP, dan SMA pasti juga sudah menyebar ke berbagai kota.

Maka mulailah saya mencari nama teman di komunitas yang tinggalnya di Kendal dan Semarang. Kalo Komunitas IIDN jelas sudah ada korwil Semarang. Nha, kalo teman sesama crafter? Alhamdulillah, waktu ada beberapa komunitas yang juga membagi para crafter sesuai domisili. Saat nyari yang dari Kendal, ketemulah nama Lope Lope Craft. Ownernya: Nur Diana Aningsih. Dialah orang pertama yang saya inbox FB-nya.

Mulailah saya keluarkan jurus SKSD (sok kenal sok dekat). Ngenalin diri, curhat mau pindah ke Kendal, trus tanya tinggal di mana, bla...bla...bla...Terakhir bilang, “ Kalo dah pindah ke Kendal, nanti aku maen ke rumahmu, ya?” Jurus yang sama juga saya lancarkan ketika menemukan orang kedua yaitu Mbak El Qibty. Hahaha...norak banget pokoknya saya waktu itu.

Setelah benar-benar balik kampung ke Kendal, saya sibuk menenangkan diri sampai berbulan-bulan. Hingga akhirnya menjelang Ramadhan saya benar-benar bertemu muka denga Diana. Saya main ke rumahnya dan sempat beli gamis dagangannya juga * biar lebih akrab. Sementara Mbak El Qibty, malah dia yang datang ke rumah saya saat mau nganterin orderan ke Mbak Octa, sesama crafter. Hmm...tambah satu lagi teman crafter saya.

Dari hasil ngobrol sana sini lewat FB akhirnya kita janji ketemuan di Kolam Renang Tirto Arum tanggal 7 Desember 2014. Hanya dengan mengandalkan saling colek, terkumpullah 8 orang perempuan, para crafter Kendal yang luar biasa. Kelak di saat kita bingung menentukan tanggal berdirinya KC, temen-teman ini sepakat menjadikan tanggal 7 Desember, saat pertemuan pertama itu, sebagai tanggal berdirinya Kendal Crafter.

Lima bulan berjalan, anggota KC bertambah menjadi 30-an orang. Kami rutin bertemu setiap bulan, beranjangsana di rumah anggota, dan saling berbagi ilmu. Dan tepat di hari ulang tahun saya ke-44, taggal 10 Mei 2015, saya mengumpulkan teman-teman di Tirto Arum (lagi). Rasa haru menyeruak di dada, saya nggak ketakutan lagi karena nggak punya teman. Mereka adalah teman-teman saya, mereka kini jadi saudara saya. Mereka yang membuat saya yakin dan percaya diri bahwa ternyata saya bisa! Bisa mengawal mereka menjadi crafter yang lebih produktif. Semoga kita nanti sukses berjama’ah ya, Saudariku.


 
Pertemuan pertama, Desember 2014

Pertemuan Mei 2015

Selasa, 02 Juni 2015

Mereka yang Mendadak Terkenal Gara-gara Medsos

22.21 0 Comments
Seperti halnya internet yang dianggap orang seperti dua mata pisau yang berlawanan, media sosial sama saja. Maka itu cerdaslah dalam memanfaatkan media sosial alias medsos. Sering kita baca gara-gara medsos, ada yang mengalami penipuan, pemerasan, sampai yang paling mengerikan: pemerkosaan. Ih...sereeeem.

Namun ada dampak medsos yang lumayan bikin kita senyum-senyum sendiri. Yaitu orang yang tadinya tidak dikenal tiba-tiba jadi terkenal. Itu gara-gara ada yang meng-upload foto atau video mereka. Memang sih, ada faktor keberuntungan juga. Karena banyak like and share foto/video, akhinya jadilah mereka perbincangan di mana-mana. Bahkan diundang menjadi bintang tamu di berbagai stasiun televisi.

Wew...ini dia 7 orang asli Indonesia yang tiba-tiba jadi trending topic di berbagai media gara-gara medsos:
1. Norman Kamaru. Mantan anggota Polisi dengan pangkat Briptu ini terkenal seantero nusantara gara-gara video lipsing dan joget lagu Caiya-caiya ala Shahrukh Khan.


2. Shinta-Jojo. Duo mojang Bandung ini terkenal gara-gara video lipsing lagu dangdut Keong Racun.


3. Polwan cantik. Nama Brigadir Evvy, Briptu Eka, Briptu Dara adalah nama Polwan yang pernah jadi perbincangan karena kecantikannya.


4. Pegawai KAI ganteng. Petugas KRL Stasiun Juanda, Jakarta ini namanya Yudi Ramdhan dan ternyata memang seorang model/bintang iklan.


5. Tukang tambal ban cantik. Ibu muda asal Malang bernama Nanik Fransiska Dewi ini mendadak terkenal karena ada yang mengupload fotonya.


6. Penjual getuk cantik. Ninih alias Turinih adalah gadis asal Indramayu yang jualan getuk di kawasan Rasuna Said, Jakarta.


7. Pramugari kepresidenan cantik. Nha, kalo yang ini saya kenal, namanya Theresia Mariana Susanti. Kan sebelum mendaftar jadi pramugari pesawat kepresidenan pernah sekantor sama suami saya di Diskesau, Mabes TNIAU. Ciee...Mbak There jadi selebritis nih.




Itu dia 7 orang yang mendadak jadi selebritis versi saya. Kenapa cuma 7? Ya, suka-suka saya lah, kan itu angka favorit saya, hehehe...Bener sih, ada juga Satpol PP cantik, Polisi ganteng, atau Tentara ganteng ( ini mah suami saya). Silakan browsing sendiri kalo pengin menggenapkan jadi 100 orang biasa yang mendadak terkenal.

Senin, 01 Juni 2015

Kuliner Mak Nyus Khas Pontianak

11.04 0 Comments
Hari Minggu kemarin iseng-iseng nimbang berat badan. Alamak, ini rekor terberat seumur hidup, hampir 60 kg! Saya inget-inget apa ya penyebabnya. Iya sih, nafsu makan akhir-akhir ini melonjak naik seiring naiknya dollar * tsaah. Trus senam juga dah jarang seiring kesibukan bikin kreasi flanel. Eh tapi tiba-tiba inget, kan selama di Pontianak kemarin itu kerjaan  saya cuma makan dan tidur aja yak?

Jadi gini, tanggal 14-18 Mei kemarin kan critanya saya ke Pontianak. Nha...selama di sana itu sang tuan rumah aka kakak ketiga itu baiiiik banget. Saudaranya yang dari Jawa nggak boleh pegang kerjaan. Tiap hari kami cuma disuruh makan dan tidur semacam tahanan gitu. Eh nggak juga ding, kadang juga diajak jalan dan makan di luar.

Ternyata, terbukti kalo saya ini omnivora alias pemakan segala. Nggak makanan Jawa, Sunda, Minang, termasuk masakan Melayu, semua terasa maknyus di lidah dan langsung masuk perut tanpa basa-basi. Dan ini dia 7 makanan khas Pontianak yang sempat saya cicipi:
1. Pacri nanas, sayur yang terdiri dari potongan buah nanas dengan kuah kental.


2. Ikan asam pedas, lauk berupa ikan patin kuah kental yang yummy.


3. Bubur Pedas, kalo kakak ipar saya bilangnya sih bubur padas. Terbuat dari beras tumbuk yang disangrai. Tambahannya aneka rempah dan sayuran khas sana seperti pakis. Trus makannya ditaburi kacang tanah goreng dan teri goreng. Bubur ini sehat dan bergizi, karena banyakan sayuran daripada berasnya.


4. Kwetiaw goreng, meski nggak di Kwetiaw Apolo yang kondang itu. Tapi minim dah makan kwetiaw di Pontianak *menghibur diri.


5. Bakso PSP, itu bakso yang cukup kondang di Pontianak. Di meja nggak tersedia saus kayak di Jawa.Yang ada malah jeruk kecil yang manis khas sana.


6. Bingke, kue tradisional yang terbuat dari tepung beras, telur, gula , dan santan. Rasanya manis dan testurnya lembut.


7. Nha ini, kue favorit kami semua, tapi nggak tau namanya. Sejak hari pertama makan kue ini, tiap pagi kami ke pasar minum kopi dan beli kue lezatos ini. Kayak lontong dibungkus plastik, isinya tumisan rebon.



Ada juga makanan unik dengan teknik fermentasi yang sempat saya cicipi yaitu cencalok dan tempoyak. Cara fermentasinya cukup ditambahi garam lalu disimpan selama beberapa hari. Kalo cencalok itu rebon yang difermentasi trus ditambahi bumbu, cabe rawit, dan perasan jeruk nipis. Nha, kalo sambal tempoyak itu daging buah durian yang difermentasi, dicampur bumbu, cabe, dan ditambahi udang.


Huaaa * nangis kejer. Ternyata masih banyak yang belum saya cicipi seperti sotong pangkong, chai kwe, tau swan/bubur gunting, es krim Petrus, kwetiaw Apolo, pengkang, dan yang lainnya. Mudah-mudahan bener kata saudara-saudara ipar kakak ketiga, kalo udah ngrasain air Kapuas, bakalan balik ke Pontianak lagi. Aamiin...Pontianak, tunggu kedatangan saya suatu saat nanti. Akan saya coba semua makanan khas sana sampai puas.

NB: sebagian besar foto saya minta ke Mbah Google ya. Habis...begitu liat makanan bawaannya pengin langsung masuk ke mulut aja.