Selasa, 12 Desember 2017

Menikmati Makanan Tradisional di Tengah Kebun Karet

13.32 4 Comments
Waktu menunjukkan pukul 7 lebih. Jalanan dari Kaliwungu ke arah Boja lumayan lengang. Cuaca yang cerah pagi itu membuat perjalanan motoran kami terasa lebih asyik. Bisa menyaksikan pemandangan kiri kanan yang masih perawan dan udara yang sejuk segar.


Oh, ya, pagi itu empat perempuan perkasa niat banget mau ke Pasar Karetan, destinasi wisata yang baru diresmikan Bupati Kendal dan Kemenpar Semarang tanggal 5 November 2017. Lokasi wisata Radja Pendapa sebenarnya masih di wilayah Kendal, tepatnya Dusun Segrumung, Desa Meteseh, Kec. Boja. Tapi dikelola oleh Kemenpar Kota Semarang dibantu teman-teman GenPI.

Karena masih baru, petunjuk arah ke lokasi masih sederhana, berupa tampah dicat putih trus ditulisi, hihihi...Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di lokasi. Dari lapangan parkir mobil masih harus naik kereta mini melewati rumah penduduk menuju Pasar Karetan. Karena baru pertama kami nggak tau, ternyata ada penitipan motor yang dekat banget dengan TKP. Motor kami sudah terparkir di SD Meteseh 5 dengan uang parkir 2.000, standart lah.

Turun dari kereta mini, kita disuguhi pemandangan hutan karet, sebelum masuk loby. Dan begitu masuk ada tempat penukaran uang dengan girik. Jadi kalo mau menikmati makanan tradisional di dalam, kita pakai uang kayu dengan pecahan 2.500, 5.000, dan 10,000. Biar nggak tercecer, uangnya dimasukin ke dalam kantong belacu. Unik, ya?

dhuwit kayu dan wadhahnya




Kayaknya semua spot di sini instagramable, cucok banget buat foto-foto. Mulai dari pintu masuk sampai arena Pasar Karetan. Di dalam kita bisa menikmati sarapan pagi yang tradisional banget seperti  lontong pecel, gendar pecel, tahu gimbal, lontong opor,  bubur ayam, dan sego jagung. Sementara kalo pengin yang agak ringan ada aneka jenang (baca: bubur manis). Ada juga bakso yang mangkuknya bathok kelapa. Untuk minuman, bisa menikmati dawet atau minuman rempah yang wadahnya juga unik.

Karena anak-anak GenPI ikut mengelola, maka kami menyapa di tengah kesibukan mereka, seperti Agustina yang jadi bendahara, Zain yang hari itu jadi MC, dan yang lainnya. Dari salah satu dari mereka, yang bantu jualan pecel, kami dapat info kalo Pasar Karetan itu sangat membantu para pelaku UKM. Mereka tinggal menempati lapak yang sudah disediakan, tanpa uang sewa hanya dikenai fee 20%. Dari pengamatan kami, hampir semua dagangan yang digelar ludes, bahkan sebelum jam 11 saat penutupan.


aneka jenang

bakul pecelnya diajak ngobrol biar dikasih banyak



Oh, ya, tadi di pintu masuk, kami nukar uang 200 ribu. Maksudnya sekalian, biar nggak bolak-balik. Toh kalau sisa bisa diuangkan lagi. Dua dari kami makan lontong pecel yang dipatok 12.500/porsi, aneka gorengan seribuan. Trus es dawet, bubur, air mineral, dan singkong goreng. Ternyata masih sisa 100 ribu, lumayan irit nih emak-emak.

Puas makan-makan, jalan- jalan, tiduran di pendopo di tengah kolam, plus foto-foto, kami pun berniat pulang. Waktu menunjukkan pukul 11 lebih sedikit ketika MC menyatakan bahwa pasar akan ditutup. Eh, tapi ternyata anggota rombongan masih ada yang ngobrol saat ketemu temannya. Yaudah yang lain pun mencoba permainan tradisional dan foto-foto di panggung yang sudah kosong. Duh, tepok jidat tenan. Ayo, Mak, ingat anak-anak di rumah.

naik panggung tanpa penonton

nyoba maen bakiak

Hujan pun turun dengan derasnya. Semua menunggu di loby, ada juga yang nekat naik kereta mini menuju tempat parkir. Kita milih nunggu, maklum awak tuwo, bisa remuk kalo kehujanan. Akhirnya begitu hujan berhenti kita langsung cap cus. Sampai ketemu lagi ya, Mak, kapan-kapan kita jalan-jalan lagi.


Rabu, 29 November 2017

Duhai, Muslimah, Menulislah

22.58 26 Comments
Akhir-akhir ini banyak sahabat dunia maya saya yang curhat di FB tentang prahara rumah tangganya. Ada yang mengalami KDRT, ada pula yang diselingkuhi suaminya. Mungkin maksudnya agar hati jadi lega karena nggak tahu harus curhat pada siapa ( padahal curhat terbaik kan hanya sama Allah saja). Ada yang curhatnya enak dibaca dan bisa diambil hikmahnya. Ada pula yang curhatnya termehek-mehek, sudah tiap hari nyetatus, statusnya lebay, lagi, maklum mamah muda.

Jaman memang sudah berubah. Kehadiran internet dan media sosial tak bisa dihindari. Bagi Emak-emak seangkatan saya, mau tak mau, suka nggak suka ya harus menyesuaikan diri. Kalau nggak bisa ngikutin perkembangan jaman, siap-siap jadi dinosaurus....alias punah, hihihi. Itulah makanya saya bikin akun FB, Twitter,Instagram, dan WhatsApp, biar nggak punah.

Ingin rasanya saya memberitahu Saudari saya yang suka curhat di FB tentang kegalauan hatinya. Bahwa ada yang namanya Blog, tempat menuliskan isi hati layaknya kita ngisi diary * ups, ketahuan lagi deh umur saya. Banyak loh manfaat nulis di Blog, di antaranya:
1. Berbagi ilmu yang kita punya pada pembaca. Misalnya blog kita fokus berisi resep masakan, maka tentu sangat berguna bagi mereka yang lagi belajar masak, nyusun menu, atau sedang diet.
2. Melatih diri yang sebelumnya jarang nulis jadi semakin terampil. Tak jarang semakin lama tulisan jadi semakin lancar, mengalir, dan enak dibaca. Ada beberapa orang yang tulisan di blognya menjadi sebuah buku, bahkan diangkat ke layar lebar. Salah satunya Raditya Dika.
3. Menuliskan pengalaman pribadi kita yang bisa diambil ibrohnya bagi pembaca. Tuliskan yang baik-baik saja, agar tidak terjebak dalam ghibah atau menjelek-jelekkan orang lain. Kalau pesan orang bijak, simpan dulu cerita sedih atau buruk. Nanti ketika waktunya tepat, barulah kita tuliskan semuanya. Contohnya kisah orang-orang sukses, pada saat di puncak kesuksesan, orang pasti akan ternganga ketika tahu perjuangannya yang berdarah-darah.

Menulis hal-hal yang bersifat pribadi harus hati-hati. Jangan sampai ketika menceritakan tentang suami kita, seperti sedang membuka aib sendiri. Ingat, suami adalah pakaian untuk istri dan sebaliknya istri pakaian untuk suami. Pakaian kan fungsinya untuk menutup aurat, jadi jangan buka aib pasangan hidup kita. Karena itu luruskan niat, bahwa kita menuliskan kisah sedih yang kita alami agar bisa jadi pelajaran bagi pembacanya dan untuk membersihkan kerak hati.

Kerak hati? Ya. Setiap orang pasti punya kerak di dalam hatinya, terutama yang berhubungan dengan masa lalu. Entah rasa takut, malu, sedih, atau trauma. Tanpa disadari, kerak hati itu bisa muncul sebagai penyakit fisik seperti pusing, sakit perut, dan sakit kulit. Agar bisa menjadi pribadi yang positif dan sehat lahir batin, maka kerak itu harus dibersihkan. Nah, menulis bisa menjadi salah satu cara untuk membersihkan kerak hati.

Menurut pakar, menulis itu bermanfaat untuk kesehatan jiwa raga loh, di antaranya:
1. membantu memulihkan emosi
2. semangat hidup lebih meningkat
3. kualitas tidur lebih baik
4. membuat bicara lebih lancar
5. membuat beberapa penyakit hilang

Nah, tunggu apa lagi. Duhai Muslimah, apa pun kondisimu, menulislah. Kalau mengalami kepedihan, tulislah. Kalau punya ilmu, berbagilah dengan menuliskannya. Kalau punya pengalaman berharga, juga menulislah. Dari Blog bisa berubah menjadi Buku. Jadikan tulisan sebagai rekam jejak hidup kita di dunia. Biarkan teman, saudara, dan anak cucu kita tahu siapa kita. Buat mereka bangga punya teman, saudara, ibu, atau nenek yang hebat seperti kita.




#PostinganTematik
#BloggerMuslimahindonesia


"Tulisan ini diikutkan dalam postingan tematik Blogger Muslimah Indonesia"

Senin, 25 September 2017

WS Jualan Via Sosmed oleh Orisinal Indonesia

20.30 0 Comments
Waktu menunjukkan pukul 8 pagi. Saya dan solmed saya, Mbak Ismi nggak sadar kalau hari Ahad di seputar Simpang Lima Semarang ada Car Free Day. Kami lumayan bingung saat diturunkan BRT di Kampung Kali. Alhamdulillah, duo abang ojol yang ganteng aka dua ponakan kesayangan, segera datang. Maka diantarkanlah kami ke Noormans Hotel, tempat akan dilangsungkan acara workshop bertajuk “Sosmed Menggigit, Omzet Melejit” yang diadakan oleh Orisinal Indonesia.


Saat menikmati snack sambil ngobrol dengan teman semeja, panitia mengumumkan bahwa semua harus pake kaos hitam yang barusan dibagikan. Beruntung saya pake gamis hitam, jadi nggak perlu pake kaos pendek kayak Mbak Ismi. Satu round table ada 8 kursi dan di meja kami berisi 7 orang, 3 Emak2, yang 4 mahasiswa Unisula.

Jam 10 acara dimulai dengan pembicara pertama yang nggak lain Foundernya OI, Mas Ikhwan Saefulloh. Dengan gayanya yang khas, santai dan kocak, beliau membawakan materi tentang Branding. Nggak terasa, karena yang dibahas ringan dan lucu (haiyah...kok kayak tagline acara komedi jaman dulu), 2 jam nggak terasa. Hingga akhirnya tibalah saat ishoma.


Usai rehat 1 jam dilanjut Pak Firdaus Adinegoro, founder Komunitas Kuliner Semarang bercerita tentang komunitasnya. Eh, tapi sebelumnya ada founder dan owner Jamu Borobudur, yang bersedia hadir di meja peserta dan share sedikit ilmu. Beliau bercerita sejarah dan jatuh bangunnya perusahaan jamu yang terkenal dengan iklan”...kulit manggis kini ada ekstraknya...”


Usai coffebreak, materinya tentang fotografi. Keren dan asyik banget cara Mas Bayu Sakti Pamungkas ngasih materinya. Karena terbatasnya jumlah fotoboxnya, maka harus gantian foto produknya. Ditambah peserta bisa jalan-jalan, suasana jadi santai, nggak spaneng. Bisa liat cara Mas Bayu bikin foto intip goreng (cemilan dari nasi kering) jadi cakep dan menggiurkan.



Foto-foto hasil motret diupload ke IG Orisinal Indonesia, yang bagus dapet souvenir dari sponsor. Punya saya? Masih kurang memuaskan hasilnya, hehehe...Gapapa, masih harus banyak belajar berarti. Sebelum pulang, para peserta dikasih sertifikat dan mini photobox dari kardus. Tapi karena susah bawanya (maklum, saya dan Mbak Ismi kan ngangkot), kardus itu nggak kami ambil. Yang pasti saya jadi semakin yakin bahwa ini jaman medsos. Kalo mau sukses yang harus tau tips dan triknya jualan via medsos.



Rabu, 20 September 2017

Tahun Baru, Semangat Baru

12.50 0 Comments
Puji syukur kehadirat-Mu ya Robb. Saya dipertemukan dengan orang-orang baik, yang mengajak berhijrah. Saya jadi banyak belajar tentang Islam. Mulai belajar ngaji tajwid, belajar mengaenal angka Arab, bulan-bulan Islam, nama istri  dan anak Rasulullah, dan hal-hal lain yang saya belum tahu. Kadang malu, Hello ke mana aja Lu, Mbakbro? Kok baru jelang 50 tahun baru belajar mengenal agamamu. Segala sesuatu atau setiap kejadian pasti ada hikmah yang bisa diambil. Mungkin cobaan yang saya alami beberapa waktu lalu, inilah hikmahnya * ups, bikin kepo aja.

Jelang tahun Baru 1 Muharram 1439 H tiba-tiba ingat workbook Pak Jamil Azzaini yang berjudul "Tuhan, Inilah Prosposal Hidupku" dan pengin ngisi. Enaknya isinya diupload nggak ya? Tahun baru Masehi kemarin saya sudah buka kartu tentang Resolusi tahun 2017. Dan banyak resolusi yang terwujud. Sungguh Allah Maha Baik...

Bismillah, saya ingin memulai tahun baru ini dengan hal-hal yang baik dan positif. Saya ingin terus bertumbuh jadi pribadi yang sukses mulia. Hehehe...akhir-akhir ini suka liat video motivasi Pak Jamil jadi terpacu untuk jadi insan sukses mulia. Punya kelebihan 4 ta (harta, tahta, kata, dan cinta) dan mau berbagi pada sesama.


Pojok rumah, 20 September 2017



Rabu, 30 Agustus 2017

Belajar Dari Kisah Nabi Ibrahim

20.58 0 Comments
Setiap Hari Raya Idhul Adha, kisah Nabil Ibrahim dan Nabi Ismail selalu diulang-ulang oleh para khotib. Ya, kita memang harus selalu diingatkan agar meneladani kesholehan Nabi Ibrahim. Apa saja yang bisa kita teladani?
1. Berani menantang siapa pun yang tidak percaya pada Allah. Bahkan tidak takut saat dilemparkan ke kobaran api oleh Raja Namrud.
2. Rela berhijrah dari Irak ke Syam ketika keadaan tidak kondusif. Ini sebenarnya hijrah pertama para Nabi. Bagi kita, tinggalkan hal yang haram atau meragukan, pindah ke jalan yang diridhoi Allah.
3. Sebenarnya tidak mau ta’adud, tapi atas saran istrinya, Sarah akhirnya menikahi Hajar demi mendapatkan keturunan agar bisa meneruskan ajaran agama Islam.
4. Semakin tinggi iman, semakin besar cobaannya. Bertahun-tahun tidak punya anak, ketika istrinya, Hajar melahirkan, Allah memerintahkan untuk meninggalkan istri dan bayi yang baru dilahirkan di sebuah lembah yang gersang, tandus, dan jauh dari pemukiman.
5. Taat pada perintah Allah, apa pun itu. Bahkan perintah untuk menyembelih anak yang telah lama terpisahkan. Anaknya pun tak kalah taat. “Kalau memang itu perintah Allah, lakukanlah.”
6. Lebih mencintai Allah, dibandingkan orang tua, istri dan anaknya.
7. Punya istri sholehah dan anak yang sholeh. Di usia senja, Sarah akhirnya hamil dan melahirkan Nabi Luth. Karena punya keturunan yang menjadi Nabi, maka Nabi Ibrahim mendapat sebutan Bapaknya para Nabi. Anak yang sholeh terlahir dari ibu yang sholehah.

Belajar dari Nabi Ibrahim yang rela menyembelih anaknya, anak yang telah lama dinantikan kehadirannya. Dan ketika sudah lahir harus terpisah, bahkan ketika sudah dewasa harus disembelih. Ini mengajarkan kaum muslimin agar rela mengorbankan sedikit hartanya untuk membeli binatang sembelihan (unta, sapi, kambing) lalu dibagi-bagikan.

Lalu mengapa ada orang mampu yang tidak mau berqurban? Mungkin mereka belum tahu hadist ini: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Maka bagi yang mampu, beli dan sembelihlah sapi atau kambing selama hari tasyrik. Selamat Hari Raya Idhul Adha 1438 H.

#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

Mengambil Hikmah Dari Kisah Siti Hajar

19.45 0 Comments
Banyak pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari kisah Siti Hajar. Yang pasti sikap sabar dan taat yang luar biasa. Hajar adalah istri kedua Nabi Ibrahim, yang menikah atas permintaan istri pertama Siti Sarah. Semua demi punya keturunan  agar bisa meneruskan ajaran Islam yang selam ini mereka perjuangkan.

Namun, ketika Hajar akhirnya hamil dan melahirkan, Sarah merasa cemburu dan meminta Nabi Ibrahim membuang Hajar dan bayinya menjauh dari kediaman mereka. Atas perintah Allah, Ibrahim meninggalkan Hajar dan Nabi Ismail yang masih bayi itu di sebuah lembah yang sangat sepi, jauh dari pemukiman. Suatu saat, ketika perbekalan habis, Hajar mencari air dengan berlari dari bukit Shafa ke bukit Marwa sebanyak 7 kali. Atas kuasa Allah, ternyata Allah malah memberi air di dekat kaki Ismail, yang kini dikenal dengan mata air zam zam.

Nah, kisah perjuangan Hajar itu bisa dianalogikan di jaman sekarang, saat kita sedang mengalami cobaan. Untuk mendapatkan solusi dari masalah yang kita hadapi, harus terus berusaha terus menerus semaksimal mungkin. Allah Maha Baik, tidak akan membiarkan hamba-Nya yang berusaha tanpa memberi balasan. Allah akan mengabulkan doa semua hamba-Nya yang meminta. Dan kadang Allah mengabulkan dengan cara yang sulit diterima nalar manusia.

Ini kisah Kang Dewa, seorang pengusaha, yang pernah punya hutang sekian milyard. Bisnis yang dibangun gagal, para investor mengerjar-ngejar uang yang mereka titipkan. Uang di kantong tinggal sekian ribu rupiah saja. Tapi Kang Dewa nggak putus asa, dia tetap berusaha jualan kaos dan makanan yang kalau dihitung dengan kalkulator, butuh waktu puluhan tahun untuk menutup hutangnya. Menurut Kang Dewa, dia harus tetap bergerak, sebagai bukti ikhtiar.

Dan, akhirnya Kang Dewa bertemu seorang teman yang meminta dia untuk menulis buku yang menceritakan tentang kegagalan usahanya. Ternyata di situlah Allah membuka pintu rejeki untuk Kang Dewa. Bukunya laku terjual, padahal ditawarkan dengan sistem PO, dicetak setelah orang pesan. Sekarang, Kang Dewa sudah menerbitkan beberapa buku dan hutangnya...lunas. Dia sering mengingatkan peserta seminar agar terus berusaha di saat diberi cobaan hutang yang menumpuk.

#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

Senin, 28 Agustus 2017

Si Imut yang Rajin Nulis

10.01 0 Comments
“Barokallah laka wa baroka ‘alaika wa jama’a bainakuma fil khoir”, artinya: mudah-mudahan Allah memberkahi engkau dalam segala hal (yang baik) dan mempersatukan kamu berdua dalam kebaikan. Itu doa yang diajarkan oleh Rasullullah kepada orang yang sedang menikah. Dan itu juga yang saya ucapkan pada sahabat saya, Nyi Penengah Dewanti yang hari ini menikah.

Saya belum begitu lama mengenalnya. Ketika masih di Jakarta saya pernah menyapa dia lewat FB, sekedar kenalan, karena tahu dia orang Kendal. Setelah balik ke Kendal pun saya nggak pernah ketemuan dengannya. Hingga akhirnya, suatu saat di pesen boneka flanel karakter untuk temannya yang ulang tahun. Nah, itulah pertama kalinya kita ketemuan di rumah saya.

Sejak itu kita sering chatting. Karena sama-sama blogger, kita sering ngobrol kalo ada kopdar di Semarang. Tolong dicatet, dia blogger aktif sementara saya blogger abal-abal. Sudah 3 kali saya dan dia datang bareng di acara kopdar blogger Semarang. Trus ketika tempat kerjanya Oemah Sedekah ngadain baksos, saya juga pernah ikutan.


Nyi itu fisiknya imut, nggak nyangka kalo umurnya dah kepala 3. Yang belum kenal pasti ngirain dia baru berumur 20 tahunan. Terlahir dari buah cinta lelaki Jawa dan perempuan Bali, sebagai anak tengah dari 3 bersaudara. Kakak dan adiknya cowok semua. Biar kecil tapi dia rajin banget nulis. Tiap habis jalan entah ke tempat wisata atau tempat makan, pasti nulis. Trus dia juga sudah menelurkan beberapa novel remaja. Keren, kan?

Di saat lagi banyak beban, kita sering chatting curhat malam-malam. Saya salut pada dia dan ibunya yang begitu tabah menghadapi cobaan hidup yang luar biasa kerasnya. Nyi pernah terpaksa harus bekerja jadi BMI di Hongkong demi membiayai sekolah adiknya. Ibunya tipe perempuan Bali yang penurut, sabar, dan pekerja keras. Pekerjaan apa pun rela dijalani demi bisa menghidupi keluarganya.

Hari ini, Ahad, 27 Agustus 2017, Nyi telah melabuhkan hatinya pada Mas Hadi, lelaki asal Pemalang yang ketemu di kopdar BukaLapak. Semoga kalian bahagia. Kamu berhak bahagia setelah diterpa badai yang luar biasa. Saya pribadi berdoa semoga Nyi diijinkan suaminya tetap jualan online. Dia kan marketer saya. Selama ini dah banyak bantu jualin dagangan saya loh. Semoga...

#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

Sabtu, 26 Agustus 2017

Poligami ala Nabi Ibrahim

07.47 2 Comments
Poligami ramai dibicarakan lagi. Dulu ketika Aa Gym menikah lagi, masyarakat heboh. Kini, ketika istri penyanyi religi Opick membuat status di medsos tentang kepedihan hatinya karena suaminya menikah lagi secara diam-diam, masyarakat heboh lagi. Inilah resiko hidup di era medsos, satu tulisan bisa jadi viral dan diketahui banyak orang.

Islam memperbolehkan laki-laki ta’adud alias berpoligami. Kita sebagai muslim/muslimah tidak boleh menentangnya. Ajaran Islam itu benar dan kita harus yakin. Eits, tapi bukan berarti saya siap dipoligami loh. Poligami harus didasari ketaqwaan yang tinggi. Kalo sepasang suami istri punya tingkat ketaqwaan yang tinggi, insya Allah jalan menuju ta’adud itu mudah saja.

Coba kita lihat kisah poligami Nabi Ibrahim. Beliau punya istri yang sangat cantik dan sholehah, Siti Sarah. Pada suatu masa, karena rasa malu, Raja Mesir memberi hadiah pada Sarah seorang budak bernama Siti Hajar. Kalo bukan karena tingkat ketaqwaan yang tinggi, nggak mungkin Sarah menyuruh suaminya menikah lagi demi melanjutkan ajaran Islam yang mereka perjuangkan.

Jadi, Sarah lah yang meminta Nabi Ibrahim menikahi Hajar demi mendapatkan keturunan. Nah, kalo poligami yang terjadi di jaman ini banyak yang terjadi tingkat ketaqwaan suami istri masih rendah. Laki-laki menikah lagi karena melihat kecantikan dan kemolekan tubuh, jauh berbeda dengan yang dilakukan para nabi. Sudah gitu nikahnya diam-diam. Maka ketika istri pertama tahu, terjadilah pertikain.

Eh tapi, jaman sekarang ada juga loh ta’adud yang jalannya mulus. Syaratnya ya itu...tingkat ketaqwaan yang tinggi. Saya sering baca postingan mereka di FB loh. Ada istri yang meminta suami menikah lagi karena dia nggak bisa hamil. Dia ingin merawat anak yang nantinya dilahirkan istri muda suaminya. Tapi sayang, yang ini suaminya yang nggak mau.

Yang lainnya, ada perempuan yang sejak sebelum menikah sudah memikirkan ingin punya rumah yang luas. Di bagian belakang nanti ada halaman luas dikelilingi kamar-kamar yang akan ditempati suami bersama istri-istri dan anak-anaknya. Wow...amazing ya, pemikiran yang langka. Dan saat ini memang suaminya punya 2 istri yang tinggal serumah. Mereka semua sibuk berdakwah dan tarbiyah ke mana-mana.

Nah, bagi yang mau ta’adud, coba tanyakan pada diri sendiri, sudah seberapa tingkat ketaqwaan Anda? Kalo masih rendah perbaiki diri dulu. Istiqomahlah sholat fardhu di masjid, sholat tahajud, puasa Senin Kamis, dan belajar ilmu agama agar bisa mendidik anak istri Anda. Kalo masih berat, ya terimalah istri Anda apa adanya. Harta melimpah bukan jaminan poligami sukses lho Pak.

#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

Jumat, 25 Agustus 2017

Baju Nggak Disetrika, Bisa Nggak Ya?

08.03 2 Comments
Kalo ditanya apa pekerjaan yang paling nggak disukai, maka saya akan menjawab : nyetrika! Kalo nyuci baju sih masih mending, tinggal dikucek trus masukin deh ke mesin cuci. Sambil nunggu mesin cuci bekerja, kita bisa buka-buka medsos dulu. Sementara kalo nyetrika itu nggak bisa disambi ngerjain yang lain.

Nah, tiba-tiba saya ingat ada loh Gerakan Tanpa Setrika(GTS) yang 2 tahun lalu pernah jadi bahan rumpi para emak-emak blogger. Ternyata banyak ya emak-emak yang memutuskan nggak  nyetrika baju-baju harian mereka. Yang wajib disetrika hanya baju seragam suami, anak, dan baju kondangan. Lha iya lah, baju kerja yang kusut menunjukkan cara kerja si pemakainya. Nha kalo kondangan pake baju kusut, itu nggak menghormati yang ngundang dong.

Jadi tekniknya menurut mereka begini: dicuci kayak biasa. Nah, pas proses pengeringan, baju dilipat rapi trus masukin mesin deh. Setelah dijemur sampe kering, lipat baju yang rapi trus masukin lemari. Masalahnya, bisa nggak ya saya ikut gerakan macam itu? Sejak lahir saya terbiasa make baju yang disetrika. Risih aja kalo make baju yang nggak disetrika. Kalo keluarga suami kayaknya udah lama deh ikut GTS, hehehe...

Sudah setahun lebih saya hidup tanpa ART, karena di rumah hanya ada 2 orang, saya dan si bungsu. Suami dan kedua anak saya tinggal di luar kota. Waktu awal-awal tanpa ART sering make jasa laundry dekat rumah untuk nyetrikain baju. Tapi kini, seiring makin besarnya biaya hidup (tsaahh), saya harus benar-benar mengencangkan ikat pinggang. Belum lagi ditambah dengan kenaikan TDL, wow!

Critanya, seminggu lalu pas silaturrahim ke rumah mertua, saya perhatikan kakak ipar dan ponakan sedang melipat baju yang sudah kering dijemur. Oh, ternyata kalo ngelipatnya rapi, nggak keliatan kalo nggak disetrika ya. Hmm...pulang dari sana saya coba praktekkan di rumah. Saya lipat rapi jali baju-baju anak lanang kedua yang berserakan di tikar ruang setrika. Saya memang nggak mau nyetrika bajunya. Bukan apa-apa, dia kan udah dewasa. Lagian dia kan lagi libur semesteran, daripada maen terus kan mending nyetrika bajunya sendiri.



Hasilnya? Setelah dilipat dan disusun, ternyata lumayan rapi ya ruang setrikanya, hehehe...Oke, deh, kayaknya saya harus ikut GTS nih. Selain hemat listrik, kan hemat waktu juga. Eh tapi kadang saya masih nyetrika baju harian saya, pas nyetrika seragam sekolah si kecil. Ya namanya juga masih masa peralihan.

#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

Rabu, 23 Agustus 2017

Hijrah Itu Berat, Bro

20.04 1 Comments
Caisar YKS kembali berjoget! Sebagian masyarakat Indonesia heboh. Banyak yang menyayangkan keputusan Caisar kembali muncul di televisi untuk berjoget seperti dulu. Padahal sejak tahun 2015 lalu sudah memutuskan turun panggung, meninggalkan dunia artis yang penuh maksiat. Beberapa kali menjadi bintang tamu dalam pengajian, bercerita tentang masa lalu dan kondisinya sekarang.

Dua tahun terakhir, Caisar sudah berubah. Penampilan berjenggot dan bercelana cingkrang. Untuk menghidupi keluarga berjualan kaos dan makanan. Tapi tiba-tiba masyarakat dikejutkan dengan kemunculan Caisar di sebuah acara dan...kembali berjoget! Disusul dengan isu perceraiannnya dengan sang istri, mantan hijab stylist yang kini bercadar. Mungkin hasil jualannya nggak sebesar saat jadi artis dulu. Mana dia harus membiayai keluarga orangtuanya, selain keluarga kecilnya. Wallahu a’lam.


Sungguh, saya nggak bermaksud ghibah. Ini hanya salah satu contoh di depan mata dan pelajaran hidup bagi saya, bahwa Hijrah itu berat. Jangan dikira setelah hijrah kita tidak diuji. Allah ingin tahu hijrah kita serius atau tidak. Maka banyak orang yang setelah hijrah diberi penyakit, susah cari kerja, nggak punya uang, atau mengalami cobaan yang belum pernah dialami sebelumnya.

Walaupun berat, hijrah harus tetap dilakukan. Manusia itu tempatnya salah dan dosa. Dan Allah Maha Pengampun, maka sebesar apapun dosa kita Allah akan mengampuni kalau kita mau bertobat. Hijrah adalah bagian dari tobat. Karena itu kalau kita ingin mengurangi dosa dan menambah timbangan amal di akhirat, ya segera berhijrah.

Lihat bagaimana para Nabi dan orang beriman jaman dulu berhijrah dan mendapat cobaan. Nabi Ibrahim diperintahkan memindahkan istri dan anaknya, Ismail, yang masih bayi ke sebuah lembah yang gersang. Jauh dari pemukiman dan tidak ada air. Atau kisah Abdurrahman bin Auf, pebisnis ulung yang kaya raya, ketika peristiwa hijrah dari Mekah ke Madinah. Harta bendanya di Mekah sudah habis disedekahkan dan untuk jihad. Ini adalah hijrah yang sempurna.

Ada 4 syarat untuk berhijrah menurut Ustadz Sallim A Fillah:
1. At Tadhiyah, berani berkorban
2. At Tawakkal, berani bersandar hanya pada Allah
3. At Ta’allum, berani terus belajar
4. At Tawadhu’, berani untuk selalu rendah hati

Terakhir, nggak usah menghujat saudara kita yang memilih kembali ke jalan maksiat. Iman seseorang itu bisa naik bisa turun. Lebih baik kita doakan agar kembali ke jalan yang diridhai Allah. Ini juga peringatan buat diri sendiri, agar istiqomah dalam kebaikan, kembalikan semua pada Alquran dan hadist.

#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

Selasa, 22 Agustus 2017

Emak Unik

22.24 1 Comments
Banyak yang menganggap saya orang aneh. Bahkan melihat saya seperti makhluk luar planet. Itu terjadi saat saya tinggal di sebuah lingkungan militer di Jakarta. Kebanyakan Ibu-ibu di sana keras sekali mendidik anaknya. Kegiatan anak-anak tuh tiap hari belajar di sekolah, sore les ngaji, malam les pelajaran. Sementara saya? Ketiga anak itu saya biarkan sesuka hatinya. Nggak ada yang les pelajaran. Paling setiap hari Ahad ke lapangan tenis dengan Bapaknya.

sabar ya, Nak, punya Emak unik

Saya memang begitu orangnya. Membiarkan anak menikmati masa kecilnya. Saat TK saya nggak memaksa mereka harus bisa baca dan tulis. Mulai SD boleh ikut les, asal jangan les pelajaran. Mending yang sesuai dengan hobi dan minat. Makanya, ketika putri sulung saya pengin les gitar, saya turuti. Bahkan saya tungguin dia belajar di dalam studio, karena yang ngajar laki-laki dan muridnya hanya anak saya.

Ketiga anak saya hanya les pelajaran ketika mereka akan menghadapi ujian, yaitu kelas 6, 9, dan 12. Si sulung saya juga unik. Saat kelas 12 dia nggak mau ikut les, maunya beli program belajar online. Udah gitu, nggak mau berangkat sekolah, maunya belajar sendiri di rumah pake program itu. Saya turuti aja kemauan dia. Karena dia bilang lebih jelas diterangkan komputer daripada dijelaskan gurunya.

Alhamdulillah, si sulung dan si tengah sekarang sudah masuk bangku kuliah. Mereka menuntut ilmu di universitas negeri. Sejak dulu saya selalu ngomong, sukses itu bukan milik orang yang sekolah dan kuliahnya di tempat elit. Bukan milik mereka yang les ini itu. Yang penting ikuti aja semua pelajaran di sekolah. Saya nggak pernah menuntut mereka harus rangking 1. Hasilnya? Dua anak lelaki saya pernah rangking 3 dari bawah di kelasnya, hehehe...

Saya cuek saja bila ada Ibu-ibu yang tanya, anaknya rangking berapa. Saya lihat Ibu-ibu itu seperti kebakaran jenggot bila rangking anaknya jelek. Mereka sering menatap aneh pada saya. Ini Emak kok unik banget, anaknya rangking terakhir kok santai aja. Nggak pernah diikutkan les di guru sekolahnya atau les di tempat lain. Di sana tuh yang ikut les hubungannya akrab banget antara guru, orang tua, dan murid. Bahkan sering dikasih bocoran soal yang bakal keluar saat ulangan nanti.

Ah, tapi itu cerita masa lalu. Sekarang saya sudah balik ke kampung. Di sini kehidupannya nggak sekeras di Jakarta. Dan yang penting, nggak ada yang menatap saya dengan pandangan aneh. Ya, inilah saya, Emak unik yang terbatas sekali ilmunya.

#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

Senin, 21 Agustus 2017

Bahagia Di Usia Senja

21.30 1 Comments
Saya kenal dengat dengan dua perempuan itu. Tapi keduanya tidak saling kenal dan tinggal di kota yang berbeda. Kedua perempuan itu sering curhat pada saya tentang kondisi rumah tangganya. Yang membuat saya heran, kok bisa mirip ya. Si perempuan masih bekerja di instansi pemerintah. Suaminya sudah pensiun, penderita diabetes, dan sudah bisa menjalankan “tugas” sebagai suami.

Yang jadi masalah, sejak pensiun suami jadi sensitif banget, gampang cemburu. Istri telat pulang kerja atau pergi keluar rumah kelamaan, langsung dimarahi habis-habisan. Bahkan yang bikin saya kaget, ada yang menuduh nyari laki-laki lain, saat pergi lama. Atau ketika ngobrol dengan tukang bangunan sebelah, dituduh selingkuh. Waduh, segitunya.

Saya kenal juga dengan suami kedua perempuan itu. Saat muda dan masih dinas, mereka lelaki yang baik dan sayang anak istri. Makanya saya heran kok sekarang jadi begini ya? Sayangnya saya fakir ilmu tentang penyakit kejiwaan seperti itu. Jadi saya hanya bisa jadi pendengar curhat mereka tanpa bisa memberi solusi. Sabar, ya, Ukhti, ini cobaan hidup kalian.

Kedua perempuan itu masih aktif, termasuk bermedia sosial. Mereka kadang ingin datang reuni dengan teman-teman sekolah. Tapi apa daya, sang suami tidak pernah memberi ijin. Padahal menghadapi kelakuan suami membuat keduanya stress dan ingin keluar sejenak dari urusan rumah. Akhirnya me timenya ya hanya di rumah saja. “Ya, Allah, kenapa cobaanku kok datang di usia senja ya”, keluh mereka.

Keduanya pernah mengalami juga, suaminya marah hingga ingin menceraikan istrinya. Tapi anak-anak mereka yang sudah dewasa langsung melerai. “ Ibu yang sabar ya menghadapi Bapak.”
Saya hanya bisa mengambil pelajaran dari kejadian di depan mata saya itu. Suatu saat kalau ada umur, saya dan suami juga akan menjadi tua. Tapi saya nggak mau mengalami hal seperti itu.


Ada beberapa tips dari para ahli agar kita bisa bahagia di usia senja, diantaranya:
~ sabar, menerima kondisi diri yang berbeda dengan masa muda dulu
~ jaga pola makan
~ tetap berolah raga walau ringan
~ cari kesibukan yang menyenangkan
~ jangan lupa untuk mendekatkan diri pada Allah, perbanyak ibadah sebagai bekal ke kampung akhirat
Doa saya, semoga saat tua nanti, saya bisa menjalaninya dengan tetap bahagia.

#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

Minggu, 20 Agustus 2017

Belajar Nekat dari Nekaters

20.19 1 Comments
Oke, setelah kisah nekat Pak Ahmad Sahroni, saya akan lanjutkan kisah orang-orang nekat selanjutnya. Namanya Mas Agung Nekatzz, pendiri Komunitas Harapan. Lahir dan besar di sebuah kawasan hitam di pinggiran sungai Semarang, menjadikan Agung muda jadi orang keras dan nakal. Suatu ketika Allah menegurnya dengan diberi sakit diabetes yang mengharuskan salah satu kakinya diamputasi. Titik balik terjadi, Agung berubah ingin jadi orang yang bermanfaat untuk orang di sekitarnya.

Bersama para Nekaters, beliau mengadakan kegiatan rutin setiap Jumat sampai Ahad berupa pendidikan dan ketrampilan untuk anak-anak di sekitar rumahnya. Mulai dari belajar mengaji, menghafal surat pendek, menggambar, menari, dan kegiatan positif lainnya. Mas Agung juga berprofesi pengrajin daur ulang. Kadang juga diminta mengisi aneka workshop.

Sebulan lalu, Mas Agung bertemu dengan Mas Budi Santoso, seorang anak muda yang kakinya diamputasi karena kecelakaan. Mas Budi beli kaki palsu seharga 20 juta tapi nggak nyaman dipakai. Akhirnya mencoba bikin sendiri dari barang-barang bekas. Wow! Sampai saat ini sudah mencoba bikin sebanyak 12 biji. Salah satunya dipakai Mas Agung.

Dua pemakai kaki palsu ini berencana membuat kaki palsu untuk para penyandang difabel. Bagi yang mampu berbayar, bagi yang tidak mampu akan diberikan secara free. Ya, Rob, mereka bukan orang kaya. Meleleh hati saya ketika Mas Agung bilang, tak harus kaya untuk bisa berbagi kepada sesama. Oh ya, komunitas mas Agung ini pernah dapat award dan sering mendapat bantuan dari orang-orang luar negeri yang peduli dengan orang pinggiran.


Beralih ke narasumber satu-satunya perempuan. Seorang anak muda lulusan D3 Akutansi UGM tapi melek IT. Saat memutuskan kuliah, kondisi ekonomi orang tuanya sedang jatuh. Hanya dengan uang kiriman 200 ribu per bulan, ia harus bertahan hidup. Maka setiap ada waktu luang dia bekerja sebagai penjaga warnet. Dia owner 3 perusahaan yaitu Callind, Ontreez, dan PT. Wahyu Global Abadi.

Lulus kuliah gadis asal Kebumen ini bekerja di sebuah perusahaan di Malaysia. Hasil kerja mencapai 2 M ditinggalkan, demi pulang ke kampung halaman dan menjadi caleg. Meski gagal nyaleg, dia banyak belajar politik di tanah kelahirannya. Akhirnya balik kerja lagi di Malaysia sambil belajar IT. Satu tahun kemudian balik ke tanah air membuat usaha sendiri.


Pesan Novi untuk anak muda yang punya rintisan usaha/startup, pertama tentukan produk, lalu bentuk tim yang solid. Baru kemudian cari dana. Wah, keren banget pokoknya sosok Pemenang Perempuan Inspiratif Nova 2016 di bidang Teknologi ini. Muda, cantik, cerdas, tajir lagi.

#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia


Belajar Dari Orang-orang Nekat

10.01 1 Comments
Hari ini luar biasa! Saya diberi kesempatan bertemu orang-orang yang sukses dengan modal nekat. Mereka adalah narasumber di acara yang diadakan Orisinal Indonesia. Bertempat di Hotel Pesonna, Jl.Depok 33 Semarang, acara bertajuk “Nekat Kejar Sukses” dihadiri 100 pengusaha muda yang diseleksi. Wah, beruntungnya saya sudah nggak pantes disebut muda lagi, hehehe...


Narasumber utama acara ini adalah Bapak Ahmad Sahroni, pengusaha sukses di bidang suplai bahan bakar kapal. Beliau adalah owner sekaligus Presiden Direktur dari PT. Ekasamudra Lima, PT. Ruwanda Satya Abadi, dan PT. Sagacos Intec. Dalam kesempatan ini, beliau hadir sebagai narasumber pertama, karena kesibukan dan keterbatasan waktu, jam 12 harus segera balik ke Jakarta.

Pak Roni hanya sedikit menceritakan tentang kisah hidupnya yang kayak jet coster. Kalau diceritakan semua bisa makan waktu 3 hari 3 malam, hehehe...Jadi Pak Roni itu lahir di Tanjung Priok, dari pasangan Batak dan Minang, yang nggak jelas siapa Bapaknya. Dibesarkan oleh Ibu dan Neneknya dengan ajaran agama yang keras. Itulah yang membuatnya jadi pribadi yang lurus.

Lulus SMA bekerja di kapal yang berlayar di di Eropa. Tak tahan bekerja di sana, nekat turun di Florida dan bekerja di restoran Chinatown, Atlanta. Hanya bertahan setahun lalu pulang ke tanah air.  Profesi yang dijalani selanjutnya adalah sopir dari Boss perusahaan pensuplai bahan bakar kapal. Dari sana beliau belajar banyak seluk beluk bisnis beromset milyaran ini. Kok bisa?

Jadi walaupun sopir, tapi sering diajak  para Direktur terjun ke lapangan, sementara Bossnya (Dirut) sedang bermaksiat dari hotel ke hotel. Hingga akhirnya suatu saat Pak Roni dituduh mencuri uang hasil penjualan. Betapa sakit hati beliau, sudah bekerja mati-matian diperlakukan seperti itu. Atas saran beberapa orang, Pak Roni mendirikan usaha sendiri. Beliau menuruti saran temannya dan menyebutnya perusahaan dalam perusahaan. Iya, karena beliau masih tetap menjadi sopir di sana.

Qodarullah, usaha pribadinya dapat klien pertama yang memberinya keuntungan 500 juta. Suatu saat terjadi perselisihan antar para Direktur yang merupakan kakak beradik, yang berujung keluarnya para Direktur. Oleh Boss-nya Pak Roni diangkat menjadi Manager dengan gaji yang kecil. Bertahan beberapa tahun akhirnya Pak Roni keluar dan membesarkan usahanya sendiri yang sudah punya banyak klien.

Kini usaha Pak Roni omzetnya sudah ratusan milyar. Beliau yang tetep memilih tinggal di Tanjung Priok ini suka melakukan kegiatan sosial. Mungkin karena jiwa sosialnya itulah, beliau dipilih menjadi wakil rakyat dari Partai Nasdem. Ada nasehat Pak Roni untuk para pengusaha muda:
~ Teruslah bermimpi
~ Keluarga yang tidak utuh bukan halangan untuk sukses
~ Hormati selalu orang tua, terutama Ibu. Jangan sakiti hatinya, minta doa restunya, dan bila sudah sukses dialah orang pertama yang harus kita bahagiakan
~ Jangan takut, mudah menyerah, dan berkata tidak bisa
~ Pengusaha itu harus Jujur

Pak Roni in action

foto bareng

goody bag dan sertifikat


Setelah Pak Roni, masih ada 4 narasumber lain yang nggak kalah keren. Saya tulis nanti ya kelanjutannya. Acara dimulai jam 9 sampai jam 16, sementara saya harus naik bus 1 jam untuk sampai rumah. Jadi tunggu lanjutannya, jangan ke mana-mana...

#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

Melihat Kekuatan TNI AU di Museum Dirgantara Mandala

08.05 0 Comments
Mau tau banyak tentang kekuatan TNI Angkatan Udara kita dari masa ke masa? Datang aja ke Museum Dirgantara Mandala. Lokasinya di dalam Komplek TNI AU Adi Soetjipto, Jogjakarta. Tiketnya juga terjangkau, 4 ribu rupiah per orang.

halaman museum

patung dekat pintu masuk

Apa saja yang bisa dilihat di sana? Banyak...yang pasti kita bisa melihat sejarah TNI AU, lengkap dengan pesawat yang dimiliki. Bahkan potongan pesawat Dakota VT-CLA yang ditembak Belanda disimpan di sana lho. Kalo datang berombongan, bisa dipandu oleh petugas museum. Nanti sambil berjalan mengelilingi museum akan dijelaskan satu per satu apa yang dilihat.

Begitu masuk museum, ada penjaga loket di sebelah kiri. Setelah itu kita akan menjumpai aula yang bisa buat foto bareng satu robongan. Nah, setelah itu barulah terlihat isi museum sebenarnya. Ada manekin seragam TNI AU, diorama peristiwa sejarah, dan dibagian akhir kita bisa melihat aneka pesawat milik TNI AU. Oh ya di sebelah pintu keluar ada toko yang menjual pernak-pernik, mulai kaos doreng, celana doreng, sampai miniatur pesawat. Buat yang nyari souvenir barang berbau militer, cocok nih.

aula depan




salah satu dalamnya pesawat

Hampir tiap akhir pekan, museum itu selalu ramai. Biasanya sih rombongan para siswa, entah dari wilayah Jogja sendiri maupun dari berbagai daerah se-Jawa. Dari luar pulau ada sih, tapi rombongannya nggak sebanyak dari Jawa yang biasanya 2-3 bus. Yang datang sekeluarga pake mobil pribadi juga banyak.

Saya sendiri sudah beberapa kali mengunjungi museum itu. Dulu, kebetulan Rumah Sakit tempat suami bertugas, posisinya persis di belakang museum. Kalo pas anak-anak libur sekolah, saya ajak mereka berjalan-jalan ke sana, sementara suami bertugas. Sekarang Rumah Sakit Pusat TNI AU sudah pindah lokasi di pinggir jalan raya Janti.

Kayaknya hampir selalu ada perubahan setiap saya mengunjungi museum itu. Tata letak, tata ruang, dan lainnya yang tentunya semakin membuat pengunjung nyaman. Bulan Mei 2017, saya sempat mampir, pas nganter ponakan tes ujian mandiri UGM. Di depan museum sekarang ada mini bunker. Tapi saya nggak mau masuk, desak-desakan sama anak muda sih. Takut nggak bisa nafas juga. Akhirnya keponakan saya yang masuk, hehehe...Buat yang mau jalan-jalan ke Jogja, Museum Dirgantara Mandala bisa jadi alternatif pilihan, terutama buat yang suka yang berbau militer.

#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia