Rabu, 14 Agustus 2013

# jalan-jalan # Sillaturrahim

Cerita Mudik (Terakhir) Kami...bagian 1

Sabtu, 3 Agustus 2013

Ini adalah mudik ke-5 yang mungkin juga mudik terakhir saya ke kampung halaman. Kenapa mudik terakhir? Karena saya dan suami berencana awal tahun 2014 akan balik lagi tinggal di kampung. Ups...nggak usah dibahas dulu, tunggu cerita pastinya aja nanti.

Mudik kali benar-benar seperti berada di Lost World* hihihi...lebay. Bayangin, saat berusaha lewat jalur pantura, selalu dialihkan petugas ke jalur alternatif. Awas kau, Pak Polisi, bikin kami nyasar nggak karuan. Kami harus melewati Sumedang dan Majalengka, sebelum akhirnya ketemu tol Palimanan. Mending kalo tengah kota, ini seperti lewat di sisi bukit atau gunung. Jalannya berkelok-kelok, naik turun, kanan kiri cuma ada sawah, ladang, dan hutan. Untung ada GPS di mobil, kami percaya aja meski medannya sulit. Bayangin, jalannya sempit dan rusak, nggak ada petunjuk jalan, lagi. Bahkan di GPS kadang terlihat posisi mobil di tengah lapangan hijau, bukan di jalan yang warnanya merah. Sampai saya berkomentar, ”Jangan-jangan, jalan ini sebenarnya nggak ada alias jalan horor.” Bukannya takut, Nabila malah ngakak mendengar komentar saya.

Alhamdulillah, pas adzan Maghrib, kami pas tiba di kota Tegal. Dan itu artinya, kami bisa mampir ke rumah Mbak Tri, kakak kandung suami yang tinggal di sana. Asyik...makan gratis. Mana Mbak Tri dan Mas Bayu, suaminya, sama-sama jago masak lagi. Maka dalam hitungan menit, es teh, sup jagung, bakwan jagung, dan tahu asin, tandas tak bersisa karena pindah posisi ke perut kami.

Kami sholat Maghrib dan istirahat sebentar, sebelum berlanjut ke kota Kendal tercinta. Sampai di rumah mertua tepat jam 12 teng! Dibanding tahun kemarin yang 30 jam, mudik kali ini lebih lancar. Kami berangkat dari Jakarta usai sholat Subuh. Coba hitung sendiri berapa jam?

Senin, 5 Agustus 2013

Nabila minta dianterin bukber sama teman SD-nya di Taman Garuda. Saya dan suami sih oke-oke aja, sekalian menikmati suasana alun-alun kota tercinta. Jam 5 menuju TKP dan ketemulah Nabila sama 4 temannya. Waktu lulus SD, ceweknya memang cuma 4 orang, jadi sampai sekarang mereka kompak banget, meski beda sekolah. Satu orang lagi, Wardah, hanya sempat setahun sekolah di SDIT Robbani saat bapaknya tugas belajar di Semarang. Setelah itu dia balik lagi ke Makasar.

Kami nungguin kelima ABG buka bersama, sementara saya, suami, dan Sakroni ( bapaknya Wardah), buka tak jauh dari mereka. Oh ya Sakroni itu teman SMA sekaligus teman suami kuliah di APRO dulu. Jadi mereka berdua asyik banget ngobrolnya. Saya mah ngobrol aja sama si kecil, Nabil.

Usai makan takjil, sholat Maghrib di masjid Agung Kendal, dilanjut foto-foto di alun-alun. Karena Nabil teriak-teriak minta makan, kami bertiga lanjut makan nasi kucing di seputar alun-alun. Sementara kelima ABG masih ingin reuni mengenang masa lalu dengan ngobrol-ngobrol di lapangan. Ya sudah, lanjut aja, Gals...

5 muslimah keren



me & Nabil


Selasa, 6 Agustus 2013

Kali ini, Dik Tutik, adik suami, yang ngajak kami semua buka bersama. Berhubung tahun ini liburnya lebih banyak sebelum Lebaran, ya...makan-makannya menyesuaikan, sebelum Lebaran juga. Setelah berdiskusi sana sini dipilihlah Rumah Makan Lik Di yang letaknya di jalan tembus sebelum perempatan Patebon, sebagai tempat reuni keluarga. Jam 5 teng, pasukan dengan 2 mobil menuju TKP. Berhubung pasukannya banyak, sengaja pesan tempat yang lesehan, biar bebas dan leluasa.

Ketika sirine tanda buka puasa berbunyi, pasukan kami terutama anak-anak langsung berdoa dengan keras, “Allahumma lakasumtu....” Sampai pengunjung lain menatap kami dan mungkin dalam hati mereka teriak, “Woi...ini rumah makan, bukan TK atau play group.” Hahaha...yuk ah, buka puasa dulu. Aneka sea food sudah menanti untuk disantap.


Pasukan udah segini banyak ternyata belum formasi lengkap. Rombongan kedua datang, 4 ABG naik sepeda motor menyusul. Tak lama kemudian Mbak Tri dan Mas Bayu, dari Tegal langsung menuju tempat bukber juga. Maka Mbak Kakung (bapak mertua saya) pun segera memberi ular-ular alias wejangan alias nasehat kepada istri, anak, menantu, dan cucu-cucunya. Intinya, anak harus berbakti kepada orang tua, agar hidupnya berkah dan sukses. Tuh, dengerin, Nak, betul nasehat Mbah Kakung, keenam anak Mbah Kakung dan Mbah Putri sukses karena mereka taat dan berbakti pada orang tuanya.

nunggu formasi lengkap

cucu-cucu Simbah

trio ABG galau

Nabila & emaknya

nah...ini formasi lengkap

Ceritanya belum kelar ya, to be continued, gitu. Tunggu, jangan ke mana-mana, saya akan kembali setelah pesan 4 mangkuk bubur ayam buat sarapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar