Senin, 27 Mei 2013

IBU-IBU GABUNG DENGAN KOMUNITAS, PENTING NGGAK SIH?

08.22 3 Comments
Manfaat Gabung dengan Komunitas
Berbagai komunitas saat ini mudah sekali kita temui, baik yang offline maupun di jejaring sosial seperti Facebook. Dan bergabung dengan komunitas sepertinya sudah menjadi suatu kebutuhan tersendiri, termasuk ibu-ibu seperti kita (maaf bagi yang bukan golongan ibu-ibu). Biasanya kita bergabung dengan komunitas yang sesuai dengan hobi, minat, atau kebutuhan kita. Yang suka masak gabung dengan komunitas pecinta masak memasak. Demikian juga yang hobi merajut, hobi menjahit, suka menulis, cinta lingkungan hidup, dan yang lainnya. Saat ini hampir semua hobi ada komunitasnya.

Trus, apa saja sih manfaat yang didapat bila ibu-ibu gabung dengan komunitas? Ini dia di antaranya:
- Menambah teman. Ibu-ibu jadi punya banyak teman yang punya kesamaan hobi dan minat. Bukan hanya di Indonesia saja, tapi bisa di seluruh dunia. Bergabung dengan komunitas diyakini bisa meningkatkan rasa percaya diri seseorang
- Menambah wawasan. Dalam sebuah komunitas biasanya ada kesempatan untuk sharing ilmu. Yang senior alias yang sudah berpengalaman biasanya tidak pelit berbagi ilmu pada yang masih pemula. Karena itu bagi yang pemula, jangan ragu untuk bertanya pada yang senior. Manfaatkan kesempatan itu untuk menambah wawasan seluas-luasnya
- Menambah pendapatan. Nah, ini cocok bagi yang punya bisnis. Sepertinya semua komunitas bisa dimanfaatkan sebagai jaringan pemasaran produk. Misalnya di komunitas kerajinan tangan, ibu-ibu bisa menawarkan hasil karyanya atau menjual bahan-bahan yang dibutuhkan para crafter

Tuh, banyak kan manfaatnya? Istilah teman saya, ketemu dengan komunitas yang pas itu seperti ikan ketemu air. Rasanya betah berlama-lama berada di komunitas itu. Tapi bergabung dengan komunitas ada aturannya juga lho, Ibu-ibu. Meski tidak tertulis, hal-hal berikut harus Ibu-ibu perhatikan:
- Bergabunglah dengan komunitas yang sesuai dengan minat, hobi, dan kebutuhan kita. Sebelum bergabung cari dulu seperti apa sih komunitas itu, apa saja hal yang dibahas, dan bagaimana alur pembicaraan komunitas itu
- Berpartisipasilah secara aktif. Saat baru bergabung, perkenalkan diri kita pada anggota lain. Sering-seringlah memberikan pendapat atau komentar dalam diskusi. Bila kita aktif berinteraksi, maka anggota lain akan mudah mengingat dan mengenal kita
- Hindari berdebat dengan anggota lain. Saat ada pendapat yang tidak sesuai pendapat kita, sampaikan dengan santun. Jangan menyerang atau menyudutkan pendapat anggota lain. Meski di dunia maya, yang tidak pernah bertemu muka, sering berdebat membuat orang lain tidak nyaman berinteraksi dengan kita
- Perhatikan pola relasi dalam komunitas itu. Biasanya dalam sebuah komunitas ada orang yang mendominasi dalam kelompok, misalnya sang founder. Nah, perhatikan seperti apa value yang mereka jaga. Hal ini membuat kita bisa diterima dan terhindar dari kesalahan fatal dalam komunitas

Bergabung dengan komunitas adalah sarana untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi dan bersosialisasi dengan orang lain. Tahu sendiri kan, meski punya kesamaan hobi dan minat, kita punya beraneka ragam karakter, latar belakang, maupun profesi. Hal ini membuat dalam satu komunitas rentan terjadi gesekan. Karena itu demi keamanan dan kenyamanan bersama, hindari hal-hal yang menyinggung wilayah pribadi atau privasi orang lain.

Saya dan IIDN


Jujur saja, sampai detik ini saya bergabung dengan beberapa komunitas. Itu karena saya punya hobi crafting dan berminat pada dunia tulis menulis. Salah satu komunitas yang  membuat saya nyaman berada di dalamnya adalah komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN). Kenapa nyaman? Ini dia alasannya:
- karena semua anggotanya perempuan. Walau namanya IIDN tapi yang belum ibu-ibu juga boleh gabung kok. Ngobrol dengan ibu-ibu lebih nyaman dan bebas, apalagi bila yang dibahas masalah dunia perempuan.
- foundernya, Indari Mastuti, dan markomnya, Lygia Nostalina alias LygiaPecanduhujan, sangat terbuka dan perhatian pada anggotanya. Bukan hanya di dunia maya, saat kopdar, mereka berdua juga ramah dan penuh perhatian. Itu yang membuat saya (dan anggota lain) betah di komunitas ini
- saya bisa belajar banyak hal di komunitas ini, bukan hanya soal tulis menulis. Sekarang ini, hampir tiap hari ada beberapa Ibu yang bersedia meluangkan waktu untuk sharing ilmu. Ada yang berbagi ilmu tentang EYD, parenting, masak-memasak, membuat blog, crafting, design, dan lain-lain.
- IIDN sering mengadakan kelas belajar menulis online dengan biaya yang terjangkau (bisa dibilang murah malahan). Bayangkan dengan hanya membayar Rp50.000 kita dapat belajar nulis artikel atau membuat outline. Harapannya sih setelah mengikuti kelas ini, ibu-ibu bisa menjadi writerpreneur. Wow, luar biasa kan? Di tempat lain, untuk bisa dapat ilmu seperti itu harus bayar ratusan ribu loh.
- Ibu Ketua sering memberi reward pada anggotanya. Misalnya pada anggota yang tulisannya tembus media atau yang aktif mengikuti kelas online. Saya (walau baru sekali) pernah dapat hadiah buku cerita anak, karena tulisan saya dianggap bagus saat mengikuti kelas online membuat cerita anak. Duh, senangnya.
- berhubung Ibu Ketua merangkap pemilik agen naskah Indscript Creative, maka bila ada order dari penerbit langsung dilempar pada anggota. Ini membuat kami, para anggota, termotivasi untuk belajar dan bersaing secara sehat.
- seiring dengan semakin dikenalnya IIDN, maka sering pula diliput media. Narsis banget ya. Hehehe...maksud saya, semakin banyak juga tawaran dari berbagai pihak untuk menghadiri acara mereka. Sering pihak penyelenggara acara meminta beberapa anggota IIDN untuk hadir di acara yang mereka adakan (biasanya 10 orang). Saya dan anggota IIDN wilayah Jabodetabek nih yang sering dapat kesempatan emas. Dan enaknya lagi, kebanyakan acara-acara itu tidak berbayar alias gratis. Udah dapat goodybag, dapat makan siang gratis, lagi, hehehe...

Tahun ini IIDN yang berdiri di Bandung, tanggal 24 Mei 2010, genap berumur 3 tahun. Saya, sebagai anggota yang sudah bergabung sejak awal pendirian, tahu perjuangan IIDN sampai bisa sehebat sekarang. Banyak yang suka, namun ada pula yang memusuhinya. Saya acungi jempol buat sang founder, Teh Indari Mastuti, yang punya hati seluas samudera menghadapi semua itu. Toh waktu akhirnya membuktikan ya, Teh, siapa yang salah siapa yang benar.

Saya berharap IIDN tetap eksis. Tidak mudah, memang. Perlu usaha keras sang founder dan anak buahnya. Apalagi dengan semakin banyaknya anggota, tentu semakin banyak keinginan mereka. Komunitas yang baik adalah komunitas yang bisa mengakomodir keinginan anggotanya. Dan saya yakin IIDN pasti bisa! Happy Anniversary, IIDN, I love you, more and more each day...





Jumat, 24 Mei 2013

Yang Tersisa dari Acara 40 Tahun Pipiet Senja Berkarya

08.26 0 Comments
Siapa sih yang nggak kenal Pipiet Senja? Penulis senior yang telah menghasilkan 100-an buku, aktivis FLP, sahabat para BMI di beberapa negara, dan satu lagi: penderita thalasemia. Tanggal 16 Mei 2013 lalu, Teh Pipiet genap berusia 57 tahun. Subhanalllah, hanya atas kuasa Allah seorang penderita berbagai penyakit masih survive, masih bisa merayakan milad ke 57 bersama keluarga dan teman-teman tercinta. Ternyata tahun ini juga Teh Pipiet sudah 40 tahun malang melintang di dunia kepenulisan.

Dalam rangka milad dan 40 tahun berkarya itulah digelar acara bertajuk “ 40 tahun Pipiet Senja Berkarya” di dua tempat. Yang hari Sabtu, 18 Mei berlangsung di PDS HB Jassin, TIM, sedang tanggal 19 Mei di Rumah Dunia, Serang, Banten. Karena saya hadir di PDS HB Jassin, maka tentu yang saya  tuliskan di bawah ini kegiatan yang berlangsung di PDS HB Jassin.



Saya dan sahabat saya, Mbak Nuke, tiba di TKP jam 11.40. Undangan di FB Teteh sih jam 11, tapi yang datang baru sekitar sepuluh orang. Sambil menunggu tamu lain, kami berdua melihat buku-buku yang dijual di meja resepsionis. Mbak Nuke membeli beberapa buku untuk dibaca sendiri dan untuk anaknya. Ya, selain novel, Teh Pipiet juga membuat picture book anak serial nama cucunya. Tak lama kemudian adzan Dzuhur terdengar. Teteh yang hari itu berpakaian warna favoritnya, serba ungu, mempersilakan tamu yang ada untuk sholat dulu.

Usai sholat, barulah acara dimulai. Acara dipandu duo MC kocak, Evatya Luna dan Hasan Al Bana. Sengaja dipilih MC yang konyol, karena format acaranya nggak resmi, cuma ngobrol santai tentang sepak terjang Teh Pipiet di dunia kepenulisan. Tapi begitu ditayangkan profil Teh Pipiet di layar, suasana haru mulai menyeruak ke seluruh ruangan. Apalagi sountrack yang dipilih pas banget “Muhasabah Cinta” milik Edcoustic. Usai penayangan profil, Teh Pipiet diminta maju untuk menerima kalungan bunga dan buket dari Butet, putri tercinta. Air mata Teh Pipiet pun jatuh juga.



Dalam sambutannya Teh Pipiet berkata, “Tuh kan saya nangis. Padahal hari ini penginnya kita kumpul, ngobrol santai aja.” Oke, deh, Teteh. Acara dilanjut dengan doa oleh Ustadz Bobby Herwibowo dan testimoni para tamu tentang sosok Teh Pipiet di mata mereka. Mau tau siapa aja yang kasih testimoni? Wow...banyak. Anak, menantu, penulis senior, sahabat, sampai mantan BMI yang jadi penulis. Komen mereka pun beragam ada yang mengharu biru, tapi lebih banyak yang menceritakan kekonyolan Teh Pipiet.

Yang memberi testimoni pertama adalah penulis senior K Usman yang dipanggil Teh Pipiet sebagai Ayah. Selanjutnya ada Ustadz Bobby Herwibowo, Linda Djalil, Dian Kelana, Fanny Jonathans Poyk, Darmadi, dan anak menantu Teh Pipiet. Ada juga Ibu Amalia dari Zikrul Hakim, Ida Rayhan, mantan BMI, dan Astry Anjani, penulis puisi. Tuh banyak banget, kan?

Saking banyaknya, nggak mungkin saya tuliskan semua testimoni itu. Ini hanya sebagian saja ya...

Linda Djalil (wartawati Tempo, penulis, kakak tiri Adjie Massaid), di sela memberi testimoni menyanyi lagu khusus yang diciptakan sendiri untuk Teh Pipiet

Dian Kelana (wartawan, penulis, dan fotografer), membacakan puisi yang ditulis khusus untuk Pipiet Senja yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri

Wati El Abdurrahman (dari VOI RRI), menyerahkan bingkisan sebagai tanda cinta kepada Teteh yang sukses menggelar acara Bilik Sastra, program siaran langsung RRI dari luar negeri. Siaran ini menampung karya sastra WNI (kebanyakan BMI) yang tinggal di luar negeri

Fanny Jonathans Poyk (penulis, putri sastrawan Gerson Poyk): meski kami berdua banyak perbedaan, tapi saya senang bersahabat dengan Pipiet Senja. Kami pernah jalan-jalan berdua keliling pelosok Indonesia dan saya merindukan saat-saat seperti itu

Ustadz Bobby Herwibowo : dulu ketika masih aktif di FLP saya pengin banget ketemu Teteh. Alhamdulillah kami dipertemukan di sebuah acara pengajian. Dan sejak itu, kami jadi dekat dan Teteh sering curhat pada saya. Suatu saat saya menderita migren berat dan harus berobat ke rumah sakit. Sambil menunggu antrian sang profesor, saya pasang status di FB intinya mohon doa dari teman-teman. Semua teman komen yang isinya semoga cepat sembuh atau meminta saya untuk bersabar. Sementara komen Teh Pipiet: selamat menikmati sakitnya, Ustadz. (Hahaha...dasar si Teteh)

Butet alias Adzimattinur Siregar : Mama sejak dulu mengajarkan saya untuk menjadi perempuan tangguh. Jangan selalu tergantung pada laki-laki. Saya pernah heran kenapa Mama nggak mau pisah sama Papa, padahal sudah disakiti lahir batin. Kata Mama, “Supaya kamu bisa sekolah. Gaji Papa buat bayar sekolah kamu sama Abang. Sementara hasil nulis buat makan kita semua.” (Butet banyak bercerita tentang perjuangan sang Mama demi kelangsungan hidup keluarganya. Hampir semua terharu mendengar cerita Butet. Misalnya setelah kakinya ditendang sang suami sampai patah, Teh Pipiet terseok-seok jalan ke Redaksi Femina untuk pinjam uang. Ya, pinjam uang dan berjanji akan mengirim tulisan setelah itu. Ya, Allah, kebayang nggak sih...)

Haekal Siregar : sejak dulu saya sebagai anak laki-laki pertama, ingin selalu melindungi Mama. Bahkan saya sampai belajar ilmu bela diri. Pernah, suatu saat pulang sekolah, saya diberitahu kalau Mama berada di klinik karena habis dianiaya Papa. Langsung saya tendang pintu kamar sampai roboh. Trus waktu saya keterima di UI, Mama sangat bahagia, sampai-sampai setiap ketemu orang selalu Mama bilang, " Anakku keterima di UI, loh." Hampir orang sekampung tahu berita bahagia itu. (Banyak sekali cerita Haekal yang membuat hadirin ingin menangis, tapi karena cara membawakan ceritanya sambil cengengesan, ya semua ikut senyum-senyum, termasuk Teteh."Bagi kami kesedihan dan kesusahan sudah jadi makanan sehari-hari." Buah dari kesabaran mereka bertiga sudah bisa dipetik sekarang. Kehidupan Butet dan Haekal sudah mapan, Teh Pipiet juga sudah bahagia setelah resmi bercerai dengan suaminya)

Ida Rayhan (mantan BMI, penulis buku Cintaku di Negeri Jacky Chan): bagi saya Bunda itu seperti bidadari bumi yang dikirimkan Allah tepat waktunya. Saat saya sedang berada di kubangan ombak yang dahsyat, Bunda datang mengulurkan tangannya. Saya mencintamu, Bunda, karena Allah

Astry Anjani (penulis buku kumpulan puisi Perempuan Pemintal Hujan), membacakan puisi yang ditulis Teteh sesaat setelah konsultasi dengan dokter kardiologi. Puisi itu ada di buku Dalam Semesta Cinta versi baru. Judul puisinya Jika Aku Pergi Jua, Cintaku. Duh...terharu mendengarnya

Evatya Luna: Bunda memang dikenal sebagai Teroris, suka meneror orang untuk menulis.
“Dah sampai mana nulisnya, Na?”
“Waduh, berhenti dulu, saya lagi sakit, Bun.”
“Wah, sakit apa, Na?”
“Iya, nih, Bun, meriang gara-gara kehujanan.”
“Yaudah, istirahat dulu aja. Ini Bunda lagi di RSCM, ditransfusi sambil ngetik.”
Tuinggg! Bunda aja yang sakitnya berat masih tetep nulis. Sementara saya yang cuma sakit karena kehujanan kok males-malesan

Hasan Al Bana: dulu saya membayangkan yang namanya Pipiet Senja itu cewek seksi. Dari namanya kan terbayang orangnya pasti kiyut. Apalagi ada tulisannya yang berjudul Mama Sedekahkan Papa Untuk Jablay. Ternyata eh ternyata...udah nenek-nenek. (MC satu ini memang hobi banget ngerjain Manini, panggilan kesayangan cucu-cucu Teh Pipiet)











Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 15.00, ketika jajan pasar dan nasi tumpeng di atas meja sudah tandas, saya dan Mbak Nuke pamit pulang. “Terima kasih, ya, sudah pada datang”, ucap Teh Pipiet setelah kami bercipika cipiki.



Hari ini rasanya luar biasa. Selain bisa bertemu dengan penulis senior, banyak hal tak terduga yang kami alami. Mbak Nuke bertemu dengan Bu Amalia dari Zikrul Hakim, yang ternyata mereka sangat akrab saat sama-sama tinggal di Australia. Lama lost contact, eh...malah ketemu di acara Teh Pipiet. Dan sewaktu di toilet, kami berkenalan dengan dengan Mbak Shabira Ika, dari Gema Insani. Wow, banyak orang-orang dari penerbit ternyata.


Sambil berjalan meninggalkan PDS HB Jassin, Mbak Nuke berkata, “Mbak, kapan-kapan main ke kantor Zikrul Hakim, yuk.” Ayuk, siapa yang takut. Oh, indahnya silaturrahim...

Rabu, 15 Mei 2013

Renungan Pertengahan Mei

08.29 1 Comments

Sampai bulan Mei ini, hampir setiap hari di wall FB selalu ada berita kematian. Mulai dari ustadz Jeffry, presenter Nira Stania, kerabat teman FB, anak teman FB, sampai teman sekolah saya dulu. Semuanya berusia di bawah saya.

Dan siang kemarin, pulang sekolah wajah Nabila tampak kuyu.
“Kenapa, Nduk?”
“Rizky meninggal.”
Innalillahi wainnailaihirojiun...Rizky adalah teman Nabila sejak di SMP 128. Dua tahun mereka sekelas. Saya kenal baik bapak ibunya, karena sama-sama pengurus WMPP. Sekarang, meski sama-sama di SMA 67, mereka nggak sekelas.

Beberapa waktu lalu, Nabila memang cerita kalo Rizky sakit radang selaput otak dan opname di rumah sakit. Waktu itu, Nabila sempat ngajak saya bezuk. Tapi karena saya sedang flu berat ditambah urusan lain yang silih berganti, hingga akhirnya lupa. Selamat jalan, Rizky, ternyata Allah memanggilmu di saat usiamu belum genap 17 tahun.

Kematian adalah keniscayaan. Semua yang bernyawa pasti akan mati. Tidak peduli berapa pun usianya. Kalau sudah saatnya nyawa tercerabut dari raga, tak ada yang bisa menghalangi. Kecelakaan atau penyakit bukanlah penyebab kematian, ucap Aa Gym saat ayahandanya meninggal. Allah sudah menentukan kapan seseorang itu lahir, menikah, dan meninggal.

Saat ini, usia saya sudah 42 tahun. Saya bersyukur masih diberi kesempatan menghirup udara dengan gratis, bisa melihat keindahan dunia, bisa mendengar berbagai suara, dan semua bagian tubuh saya bisa berfungsi dengan normal. Semoga hidup saya menjadi berkah bagi saya dan orang lain.

Saya ingin di sisa hidup ini, bisa bermanfaat bagi orang lain. Bisa mempersiapkan banyak bekal menuju alam keabadian nanti. Waktu ustadz Jeffry meninggal, saya bilang pada suami, “Mungkin karena bekal ustadz Jeffry sudah cukup ya, Bi, hingga Allah memanggilnya di usia 40 tahun.” Saya hanya ingin mengingatkan diri saya sendiri, bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, hanya permainan belaka. Kehidupan yang sesungguhnya adalah di akhirat nanti. Jadi, ayo persiapkan bekal menuju ke sana!


Senin, 06 Mei 2013

Kopdar IIDB Ketiga

08.29 0 Comments

Yang membuat saya ngebet pengin datang di Kopdar IIDB ketiga ini, karena pengin denger sharing ilmu langsung dari Uda Wempy Dyocta Koto. Padahal kalo dipikir jauh juga tempatnya, Graha Bank Mandiri, Jl. Soekarno Hatta, Batu Nunggal, Bandung. Alhamdulillah, hubby ngasih ijin, mau nganterin sampe TKP, lagi. Makasih, ya, Beib...

Sebenarnya Jakarta-Bandung cuma 2 jam. Tapi keluar dari tol Kopo, macet ruar biasa. Ternyata sama aja ya dengan Jakarta. Dari rumah jam 8, nyampe sana jam 11 lebih. Langsung deh, gelar lapak. Yang dari Bandung, lapak sudah tertata rapi. Sementara saya baru gubrak-gabruk. Rombongan panitia dari Jakarta juga sudah stand by. Katanya mereka berangkat sekitar jam 7.

Sementara lapak dijagin 3 jagoan, saya menyapa anggota IIDB lainnya. Ketemu Teh Lygia, langsung dikasih buku komik pesanan saya Pamali. Plus bonus Storycake for Ramadhan. Sebagai tanda permintaan maaf karena telat ngirim bukunya. Makasih, Teh, jadi nggak enak nih *gayane. Trus, menyapa Tia, Mbak Hayu, dan Mbak Ari yang sibuk sebagai panitia. Tak lupa menyapa Uni Rahmi yang duduk sendirian.

Sambil nunggu waktu, saya ngajak Uni Rahmi keliling ruangan, liat lapak-lapak yang ada. Sebagian  jualan fashion (baju muslim, kerudung, dan asesoris), sebagian makanan, hanya sedikit yang nawarin usaha jasanya. Puas liat-liat, kami berpisah untuk sholat. Karena pas jam makan siang, yang paling rame tentu stand makanan. Tiga jagoan makan rendang dan bakso tahu. Sementara saya, karena bawa nasi, cukup beli lauk saja.

Acara talkshow dimulai setelah saya sholat dan makan, jam 1 lebih. Acara dibuka oleh Ibu Ani Hadiyono, istri pejabat di Bank Mandiri. Dalam pidato singkatnya beliau berpesan, “ Marilah, Wanita Indonesia, kita berkarya.” Kopdar IIDB ketiga kali ini mengambil tema IIDB Mengedukasi dan Menginspirasi. Sebagai narasumber pertama adalah pendiri IIDN dan IIDB, Teh Indari Mastuti. Tema yang diangkat Memulai Bisnis itu Mudah. Mudah? Banyak yang mengacungkan tangan ketika Teh Iin bertanya, “Siapa yang bilang bisnis itu tidak mudah?” Menurut saya, bisnis itu nggak mudah loh, Teh.

Ya, Teh Indari juga memaparkan bahwa bisnis itu tidak mudah, karena:
- Sebagai ibu rumah tangga kita harus pandai mengatur waktu. Kadang order datang saat anak atau suami sedang sakit. Cara mengatur waktu kita sendiri yang menentukan. Misalnya pagi mengurus suami dan anak. Setelah itu baru mengurus bisnis. Yang penting: Jangan Begadang!
- Sebagai pendamping suami, kita harus ikut ke mana pun suami ditugaskan. Saat bisnis di kota A sudah berjalan, suami harus pindah ke kota B. Bisnis pun ditinggalkan. Tapi jaman sekarang  kita harus memanfaatkan kemajuan teknologi. Jualan online via sosial media (FB, twitter, blog, BBM, dll)
-  Bisnis perlu modal. Sebenarnya banyak usaha yang bisa dilakukan dengan modal seadanya atau tanpa modal uang sama sekali. Bisa juga dengan hanya menjual ide/skill. Contohnya Mbak Mercy, pedagang berlian dan tas branded, memulai bisnis dengan jualan seadanya. Dia menawarkan boneka dari temannya ke kantor-kantor. Lama-lama banyak yang menanyakan barang lain seperti sprei, pakaian, dan tas. Bisnisnya terus berkembang, hingga sekarang hanya spesialis menjual 2 barang mahal itu.

Ketika memulai bisnis yang harus dilakukan:
- Membuat bussiness plan alias rencana bisnis
- Praktekkan. Bikin proposal/tester lalu tawarkan pada sejumlah orang. Jangan putus asa bila dikritik. Coba lagi dan lagi sampai ketemu formula yang pas
- Action

Ketika bisnis sudah berjalan, perhatikan hal berikut:
- Mentor=Sahabat. Cari mentor yaitu orang yang ilmunya di atas kita
- Rival=Patner. Jangan menganggap rival sebagai saingan saja, tapi jadikan sebagai patner untuk membaca kekurangan kita
- Rugi=Untung. Kita harus bisa menerima keadaan bila mengalami kerugian
- Gagal=Sukses. Akrabi kegagalan, karena dia adalah jalan menuju sukses
- Hati < Profesional. Apa pun bisnisnya harus profesional. Jangan masukkan orang terdekat yaitu keluarga, teman, dan sahabat dalam manajemen bisnis kita
- Malu< Berani. Hilangkan rasa malu dalam berbisnis

Nah ini dia pembicara kedua yang saya tunggu-tungu, Uda Wempy Dyocta Koto. Persis seperti tulisan yang pernah dimuat di tabloid Nova, beliau memaparkan kisah hidupnya. Lahir di Padang Panjang, 36 tahun yang lalu. Sejak SD hingga kuliah tinggal di Australia. Karena itu mendengar Uda Wempy ngomong bahasa Indonesia, mirip denger Cinta Laura ngomong. 15 tahun bekerja untuk pangsa internasional, membuat Wempy ingin melakukan sesuatu untuk tanah air tercinta. Waduh...patriotik sekali ya.

Hampir setahun terakhir beliau tinggal di Jakarta, membuka usaha agensi Wardour and Oxfort. Niatnya mulia sekali, ingin menjadikan beberapa produk Indonesia dikenal sampai ke manca negara. Sekarang ini ada beberapa produk yang ditanganinya diantaranya Kebab Baba Rafi, Ayam Bakar Mas Mono, dan sebentar lagi keripik Mak Icih.

Beliau juga memaparkan 12 langkah membuat bisnis kita jadi luar biasa. Sayang, karena slide berbahasa Inggris, ditambah serangan kantuk yang luar biasa, saya tidak sempat mencatatnya. Hahaha...ngeles * biar nggak ketahuan kalo nggak bisa bahasa Inggris. Tapi beneran, begitu beliau turun panggung, saya langsung keluar ruangan. Ngilangin rasa kantuk dengan jalan-jalan, liat lapak saya dan lainnya yang tampak sepi pengunjung.

Setelah ngobrol sebentar dengan hubby dan 2 jagoan, saya masuk ruangan lagi. Kali ini pembicaranya dari pihak Bank Mandiri. Mereka dengan keterbatasan waktu, memaparkan tentang KUR, asuransi, dan pinjaman KPR. Dilanjutkan dengan acara bedah buku Storycake for pemula bisnis oleh Mbak Ari Kurnia. Acara ditutup dengan fashion show dari beberapa designer lokal Bandung.

Berhubung sudah menjelang Maghrib, saya beres-beres lapak. Nggak sempat pamitan sama panitia, karena lagi sibuk semua. Hanya sempat pamit sama Mya, sesama anggota KFI (Komunitas Flanel Indonesia) yang lapaknya berdekatan. Acara talkshow kali ini sukses. Selamat buat panitia yang sudah berusaha keras demi terselenggarakannya acara ini. Sampai jumpa lagi di acara kopdar IIDB selanjutnya, yang katanya di Jakarta.






(Bandung, 27 April 2013)

Kopdar IIDB Kedua

05.03 0 Comments

Kopdar kali ini semakin seru, meski harus bayar seratus ribu. Tempatnya di Indonesia Creative Centre, Sarinah Plaza lantai 14. Saya dan sahabat baru saya, Mbak Nuke, datang tepat waktu jam 13.30. Ternyata yang datang baru beberapa orang saja, huhuhu...Gapapa lah, mending datang duluan daripada telat. Lihat-lihat teman yang buka lapak dulu deh. Dan ...Mbak Nuke pun tergiur dengan bros cantik buatan Mbak Reni. Bros bernuansa merah (persis baju Mbak Nuke) itu akhirnya berpindah tangan.

Jam 14.30 acara baru dimulai, setelah semua peserta hadir komplit. Ada 3 sesi acara pada pertemuan kali ini. Sesi pertama diisi oleh Mbak Ries Suryanita, pendiri komunitas Mom Preneur, dengan tema From Hobby to Business alias dari Hobi menjadi Bisnis. Ternyata sebagian ibu-ibu yang datang banyak yang memulai bisnis dari hobi. Ada yang usaha katering karena hobi masak, ada yang usaha bikin souvenir karena hobi crafting (kayak saya dan Mbak Wuri Widi), dll.

Sesi kedua, dibawakan oleh Mbak Indari Mastuti, founder IIDN dan IIDB. Materinya Olah Bisnis dan Keluarga. Ibu satu ini memang jago banget mencairkan suasana. Cara bawain materinya oke banget, penginnya saya kasih sepuluh jempol (kalau ada). Ada beberapa hal penting yang sempat saya catat :
- Dalam menjalankan bisnis harus profesional. Jangan semuanya dikerjakan sendiri, cari asisten. Biar nggak stres, biar punya banyak waktu untuk diri dan keluarga, dan bisa mikir cara ekspansi.
- Yang masih bingung menentukan bisnis, bisa dari hobi. Dari berbagai hobi yang ada, pilih yang paling dikuasai dan sesuai modal yang ada. Yang penting, sesuai passion dan jangan hanya ikut trend.
- Tentukan brand. Bikin logo, merk, buat kartu nama. Sangat penting untuk membranding diri. Cara paling mudah: 1. Saat memperkenalkan diri, sebut juga kemampuan/ bisnis kita. Misalnya: Hallo, saya Cicik, ibu rumah tangga yang hobi bikin kerajinan tangan. Kalo butuh souvenir untuk berbagai acara, bisa menghubungi saya 2. Ikut berbagai kompetisi. Salah satu tujuan Mbak Indari ikut kompetisi ini itu adalah untuk membranding diri. Setelah menang berbagai kompetisi, nama dan usahanya mulai dikenal orang.
- Cari mentor, yaitu orang yang level ilmunya di atas kita. Kalo kita belum punya buku, cari mentor yang sudah nulis 2-3 buku. Kalo omzet bisnis kita 1 juta, cari mentor yang omzetnya 5 juta.
- Olah bisnis dan keluarga harus balance. Jangan sampai menghabiskan banyak waktu untuk bisnis sampai lupa mengurus suami dan anak. Luangkan waktu untuk Me Time.

Sesi terakhir diisi Teh Ocha, admin IIDB, yang jago aneka ketrampilan. Kami diajari cara membuat lolipop dan anak anjing  dari towel (handuk kecil ). Oh ya di sesi terakhir ini, kami dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing 4-5 orang. Kelompok saya, yang dinamai Mbak  Hetty Dadang dengan Exist itu bener-bener heboh.  Anggotanya 6 orang, paling rame dan narsis. Usai membuat kreasi towel, kami diminta mengisi blangko bussiness plan tentang usaha crafting.

Saat diminta presentasi business plan, kelompok kami satu-satunya yang pake yel-yel. Heboh pokoknya. Nggak sia-sia deh, akhirnya kelompok kami menang. Mbak Indari kesengsem dengan yel-yel karangan Mbak Debby itu, kali, hehehe...Senangnya dapat hadiah dari para sponsor. Ada yang milih boneka tangan, ada pula yang milih gantungan pintu (termasuk saya).

Mbak Nuke juga dapat hadiah sebagai peserta dengan kostum terbaik. Prok...prok...prok...selamat ya. Bajunya mere mere jahe. Merah kan melambangkan semangat dan keberanian. Belum lagi sepatu bootnya yang bikin peserta lain berdecak kagum. Anda memang layak dapat hadiah, Mbak Nuke. Pinjemin Majalah Potret-nya dong...hihihi...(buntutnya nggak enak banget).





Tak lupa saya membagikan sampel gratis usaha saya, berupa owl imut dari flanel untuk hantungan hape. Cuma 30 biji, mudah-mudahan cukup ya, Mbak Panitia. Saat kami satu kelompok sudah akrab, waktu sudah menunjukkan pukul 18.00. Itu tandanya, kami harus berpisah, untuk pulang ke rumah masing-masing. Hiks...Kapan lagi ya bisa seru-seruan bareng ibu-ibu kayak begini. Sampai jumpa lagi di lain kesempatan ya, Ibu-ibu *usap air mata. Ya sudah, demikian laporan Jeng Sri sepulang dari Sarinah Plaza *tisu.. mana tisu...

                                                                                    Jakarta, 31 Maret 2013

Kopdar IIDB Pertama

04.16 0 Comments

Mungkin ada yang bertanya, Komunitas IIDB itu apa seh? IIDB tuh singkatan dari Ibu-ibu Doyan Bisnis, saudara kandungnya IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis). Jadi isinya ibu-ibu yang berminat atau sudah mempunyai bisnis. Saya sendiri terjerumus di IIDB setelah ikut kursus bikin hantaran dan mahar sama Teh Ocha (Roza Rianita Nursetia), salah satu admin IIDB.

Padahal saya tuh pebisnis abal-abal, alias suka iseng-iseng (jadi hasilnya ya...gitu deh). Bisnis saya apa ya? Di rumah ada persewaan komik dan buku. Trus jualan alat tulis dan stationery. Usaha itu nggak pernah saya promosikan. Tuh, aneh kan? Anda tentu bisa membayangkan pebisnis macam apa saya ini. Ada yang datang syukur, nggak ya nggak papa...

Namun dengan tekad bulat saya datang saja di acara kopdar IIDB di Hotel Le Meridien, jalan Jendral Sudirman. Menurut sumber yang bisa dipercaya, acara ini gratis, disponsori penuh oleh sebuah perusahaan investasi emas. Luar biasa, kan? Sudah dikasih tempat yang adem, dapat makan siang enak dan gratis, lagi. Siapa yang sanggup menolaknya?

Oke, berhubung nggak ditarik biaya, saya alihkan biaya kontribusi untuk naik taxi. Sampai di sana, sudah datang rombongan dari Bandung (Teh Indari, Teh Lygia, dan Teh Dina) dan beberapa teman lainnya. Acara dibuka Teh Ocha dengan acara perkenalan. Dimulai dari Teh Ocha, dilanjut semua peserta lainnya. Selanjutnya, bedah buku Investasi Emas oleh Mbak Miyosi Ariefiansyah dan sedikit tips berbisnis oleh Teh Indari Mastuti. Dilanjutkan dengan presentasi tentang investasi emas dari PT. Inter Pan Pasifik Futures.

Yang membuat saya membelalakkan mata, minimum investasi adalah 1 lot yang setara dengan 100 ribu US dollar. Investor bisa setor 100 jeti aja. What? Daripada mikir dari mana uang 100 jeti, mending menikmati makan siang yang yummy dulu, ah. Alhamdulillah, ada satu orang yang ndaftar investasi yaitu Mbak Laksmi Raya. Jadi nggak sia-sia dong perusahaan itu ngeluarin duit promosi 30 jutaan untuk mendapatkan investor. Biar cuma 1 orang, yang penting dapet. Ya nggak, fren?

Kayaknya saya kudu banyak belajar tentang investasi emas. Terutama tentang kehalalannya. Soalnya waktu lagi jalan menuju mushola, ada yang bisik-bisik kalo bisnis seperti yang dipresentasikan tadi tidak sesuai dengan syariat Islam. Kalo investasi emas ya harus ada wujud emasnya, kayak yang di Pegadaian Syariah itu. Sementara ini hanya setor uang, lalu uang diputar di bursa saham. Jadi mirip nabung di bank konvensional aja.

Acara ditutup tepat waktu (sekitar jam 3-an) karena sebagian peserta akan berkunjung ke rumah Oom Pepeng. Sebelum berpisah, foto bareng dulu, tentunya...


( Jakarta, 14 Oktober 2012)