Kamis, 21 November 2013

Melihat Kekayaan Seni Budaya Indonesia Lewat Konserta

20.01 0 Comments
Beruntung saya mendapat 2 tiket gratis nonton pagelaran teater musikal “Swarga di Khatulistiwa” di Taman Ismail Marzuki (TIM) tanggal 5 November 2013 lalu. Tiket aslinya dihargai 75 ribu (pelajar), 100 ribu (regular), 250 ribu (VIP), dan 350 ribu (VVIP). Semua tak lepas dari peran Nabila. Ya, Nabila ikut serta sebagai penari dalam konserta yang diselenggarakan oleh Sanggar Anak Akar itu. Beberapa bulan terakhir, Nabila meminta ijin untuk ikut latihan nari di sebuah rumah singgah di daerah Kalimalang, yang biasa dia sebut dengan “sanggar”.

Usahanya berlatih keras hingga sering menghabiskan akhir pekannya di sanggar, membuahkan hasil. Konserta itu sukses di mata saya, sebagai orang awam yang penikmat seni. Paduan aneka seni yang semuanya nyaris sempurna. Musiknya pas, kadang syahdu mendayu-dayu, kadang menghentak, dan kadang berirama riang gembira. Tariannya yang melibatkan anak-anak hingga dewasa, menampilkan beberapa tarian daerah dan manca negara. Paduan suara dari anak-anak SMP Don Bosco II Choir juga ciamik banget. Lagu daerah, lagu India, lagu Cina, dan lagu perjuangan, semua dibabat habis.

Secara garis besar, konserta ini menceritakan tentang sejarah Jakarta alias Sunda Kelapa dari jaman dulu sampai jaman kemerdekaan. Mulai dari jaman sebelum penjajahan, saat dijajah Potugis, Belanda, Jepang, sampai masa kemerdekaan. Lengkap dengan aneka budaya asing yang mempengaruhi dan menambah cita rasa budaya lokal seperti budaya Cina dan India.

Bintang tamu 4 nenek-nenek dosen seni tari, Sahita, membuat aula Teater Jakarta, TIM, menjadi riuh dengan tawa. Logat bahasa Jawa-nya yang medok, tarian energiknya, juga celetukan-celetukannya di tengah konserta, membuat konserta semakin memikat. Acara ditutup dengan menyanyi lagu Indonesia Pusaka oleh semua pendukung acara. Sebelumnya terdengar suara Bung Karno saat membacakan teks proklamasi. Merinding rasanya setiap mendengar lagu-lagu yang membangkitkan rasa nasionalisme seperti itu.

Oh, ya, selama menyaksikan konserta, saya tidak melihat sosok Nabila. Saya malah mengenali sosok sahabat-sahabat Nabila seperti Lauren dan Herlina. Sampai saya berkata pada suami, “Jangan-jangan Nabila nggak jadi tampil.” Saking penasarannya, begitu pentas selesai kami langsung maju ke panggung. Eh, ketemu juga. Sosoknya yang mungil dan hampir serupa dengan penari lainnya, membuat saya tak bisa mengenalinya. Bayangkan, hampir semua penari berkaus lengan panjang ketat hitam, memakai kain batik, dan rambut dicepol. I’m so sorry, my daughter…


Usai konser, kami harus pulang duluan tanpa Nabila. Pertunjukan berlangsung 2 kali, jam 15.00 dan jam 20.00. Kami dapat tiket yang jam 15.00, jadi masih ada satu pertunjukan lagi. Kami dukung keinginan kalian untuk membantu saudara-saudara kita yang kondisinya tidak seberuntung kita. Ya, katanya hasil konserta itu akan digunakan untuk membantu sahabat Sanggar Anak Akar yang membutuhkan. Good luck, Gals!

awal yang syahdu

penampilan lintas seni & generasi

Sahita yg menyegarkan suasana

tarian nusantara dan manca

akting dulu...

usai pentas

Rabu, 20 November 2013

Launching Buku “101 Perempuan Berkisah”

11.40 1 Comments
Tahun 2012 lalu, sebenarnya saya sudah bersumpah (dalam hati), bahwa saya tidak akan menulis buku antologi. Kecuali yang mengadakan penerbit keren. Bukan apa-apa, saya pengin naik kelas jadi penulis solo *tsahh…Tapi hati saya luluh juga saat ada proyek menulis untuk charity. Tujuannya untuk membantu kaum perempuan marginal, lagi. Langsung saja saya tunjuk tangan, ikuuut…

Tulisan opini saya yang dikumpulkan pada panitia, bersama dengan puisi, cerpen, dan kisah inspiratif karya 101 perempuan lainnya, akhirnya menjadi wujud buku di tahun 2013. Memang bukan perkara mudah, mengumpukan 101 macam tulisan dengan beragam tema dan bentuk. Yang paling pusing tentu editornya, si penulis buku serial Detektif Imai, Mbak Diah P Rinni. Eh, tapi dia kan dah pengalaman lama jadi editor. Jadi katanya prosesnya hanya satu bulan saja *prok…prok…prok…good job, Mbak Di.

Acara launching buku berjudul “101 Perempuan Berkisah” pun digelar hari Sabtu, 16 November 2013. Bertempat di resto Rempah Iting, Jl. Sunda no.7, samping Plaza Sarinah, Thamrin, yang letaknya agak masuk ke dalam. Tepatnya di belakang Harvest. Meski agak masuk, tapi suasananya cozy banget. Begitu masuk nuansa pink sangat terasa. Bayangkan backdrop warna pink, sampul buku pink, kaus yang dipakai hadirin juga pink.
sebelum acara dimulai, foto2 dulu

penampakan buku "101 Perempuan Berkisah"


Meski bintang tamu, Oki Setiana Dewi, batal hadir karena acara khitbah, tak mengurangi kemeriahan acara launching itu. Jam 11 acara dimulai dengan sambutan dari ketua panitia, Mbak Dwi Wuryan, dilanjutkan dengan bedah buku oleh ketua WSC, Mbak Deka Amalia, wakilnya, Mbak Ade, dan Mbak Diah selaku editor. Mendengar cerita di balik kelahiran buku “101 Perempuan Berkisah” itu memang tidak segampang membalikkan tangan. Tak heran buku itu prosesnya memakan waktu 1 tahun.

Buku itu sengaja diterbitkan secara indi, dengan berbagai pertimbangan. Panitia menjual buku setebal 375 halaman itu seharga Rp 79.000 dan seluruh hasil penjualan akan digunakan untuk proyek charity. Rencananya di hari Ibu nanti, WSC akan mengadakan bakti sosial pada perempuan marginal di Jakarta. Jadi acara launching ini baru langka awal menuju ke sana. Usai bedah buku, Mbak Tris Anova membacakan puisi karya Mbak Deka Amalia yang ada di buku itu.



Jam 12.00 sampai jam 13.00 acaranya ishoma. Resto Rempah Iting menjadi sponsor dengan menyediakan makan siang dengan menu nasi bakar iga. Wow, rempahnya terasa banget.Habis makan dilanjut dengan sholat Dzuhur. Mushola yang letaknya di seberang resto, membuat saya sadar kalau di luar ternyata hujan. Itulah yang menyebabkan saya terkantuk-kantuk di sesi berikutnya *penyakit lama, kalo habis makan pasti kenyang dan ngantuk.

Gimana nggak ngantuk, acara berikutnya adalah pesan-pesan sponsor. Alias satu per satu pihak sponsor mempromosikan produknya, mulai dari bank, asuransi, produk kecantikan, sampai CD lagu anak-anak. Makanya ketika ada sesi kuis, saya sama sekali tidak berminat. Pikiran saya sudah ke rumah, mengingat tadi pagi Nabil sudah menghitung berapa jam saya berada di luar rumah. Maafkan Ummi ya, Nak, kalau terlalu lama meninggalkanmu.


Akhirnya, jam 14.00 saya dan beberapa teman di sebelah, pamit pada panitia. Maaf ya, saya mendahului, saya sudah terlalu lama meninggalkan rumah, dari jam 08.00 loh. Tadi Nabil sudah menghitung, ”Jadi Ummi perginya 6 jam, ya?” Wah, kalau ditambah waktu nunggu dan naik Trans Jakarta, jadi lebih deh. Tapi, yang pasti hari ini saya senang, sudah bersilaturrahmi dengan teman-teman WSC, tambah ilmu, dan tambah teman. Ini salah satu cara “me time” versi saya. Semoga masih ada kesempatan untuk bertemu lagi di acara berikutnya.
foto bareng di akhir acara
secuil aku

Emak (ingin) Nonton Hellofest

10.51 0 Comments
Kali ini saya menuruti keinginan Nabila untuk melihat Hellofest di Komplek Kolam Renang GBK Senayan. Tahun sebelumnya dia ke sana bareng teman-temannya. Saya sendiri penasaran ingin tahu lebih banyak tentang Hellofest, juga ketemu para crafter yang buka lapak di sana. Hellofest adalah event pop culture tahunan, yang merupakan wadah bagi komunitas kreatif dan untuk meningkatkan industri kreatif di tanah air. Tahun 2013 ini sudah masuk kali ke-9.

denah Hellofest 9


Harga tiket masuk 15 ribu, kalo beli presale lewat Indomaret sebenarnya cuma 10 ribu. Tapi nggak kepikiran, karena sibuk mikirin yang lain *tsaaah. Begitu masuk yang dilihat tentu denah yang terpampang besar di dekat pintu masuk. Ehm..enaknya ke mana dulu ya. Masuk ke Theatre Area, ada demo cosplay tapi tiap peserta cuma diberi waktu 1 menit gitu. Ah kayaknya nggak seru, jalan ke tempat lain dulu. Masuk ke Polar I lanjut Polar II, eh, ini dia yang saya cari.

Di sana para creator dan crafter tumpah ruah ngumpul. Mupeng liat barang-barang kreatif bikinan anak negeri. Di barisan crafter ada Cemprut, Papayamangos, Pyur Handmade, Hey You, dll. Oh, ya, komunitas IIHC (Ibu-ibu Hobi Craft) juga buka stand loh. Katanya ada 5 orang yang berpartisipasi. Meski nggak ketemu Mommy Nurul ketemu Mbak Niknik (Denik Craft) yang lagi jaga stand. Di bidang seni kreatif lainnya ada stand Plot Point, 2Madison, Antagonis Shop, Fast, Aqar Comic, dll.

hasil karya para crafter senior


Keluar dari Polar I dan II banyak berjajar stand yang jualan kaos, pernak-pernik, dan paling ujung…food court. Wah, sengaja saya nggak bawa uang banyak, takut kebobolan. Tapi karena kepikiran dengan mini green board di sebuah stand Pyur Handmade, akhirnya pertahanan bobol juga. Ambil uang dulu di mobile ATM di depan arena. Dan akhirnya mini greenboard pun berpindah tangan. Ini barang sudah lama saya impi-impikan * eh, mimpinya mini blackboard kan?

akhirnya kebeli juga papan tulis mini


Oh, ya, ada peraturan unik tentang berpakaian di Hellofest. Kalau berpakaian biasa dapat 1 jempol, kalau pake topi baret ala Pak Tino Sidin atau Anggun, dapat 3 jempol, dan kalo pake kostumasa atau cosplay dapat 5 jempol *jempol siapa aja tuh. Makanya, di sana bersliweran orang beraneka kostum, mulai dari tokoh animasi Jepang, sampai tokoh Indonesia. Nabila penasaran ingin berfoto dengan tokoh Mak Lampir yang selalu ketiwi hihihi…*persis banget. Sayang, ketika saya bilang minta foto dia malah menjawab dengan suara seramnya, “Sebentar, mau betulin make up dulu.” Jiah…dia ngeloyor pergi.

Nabila in action


Jalan-jalan plus foto-foto ternyata bikin pegel kaki juga, ya. Akhirnya, saya dan Nabila memutuskan muluruskan kaki dan ngadem dulu di Theatre Area (lagi). Di sana sedang diputar mini film animasi dengan judul Garden of Words atau judul Jepangnya: Kotonoha no Niwa, karya Motohiro Hata. Baru kali ini saya nonton film animasi full. Komentarnya? Asyik juga, filmnya mellow-mellow galau gitu. Cinta yang disatukan oleh hujan dan sepatu. Nabila malah berkomentar, “Aku pengin bikin film kayak gitu.” Amin, emakmu cuma bisa mendoakan, Nak.


Membayangkan harus jalan kaki plus naik Trans Jakarta untuk bisa nyampe rumah, kami jadi males. Kaki kami pegal banget, tau. Akhirnya, saya ada ide *ting! Telpon suami, minta dijemput. Alhamdulillah, suami mau jemput. Dan ketika di panggung sedang ada bintang tamu Faza Meong, komikus Indonesia yang kondang itu, saya dan Nabila segera cabut. Jemputan sudah datang. Meski lelah, tapi saya puas, sudah tidak penasaran lagi, tahu seperti apa suasana Hellofest seperti yang dibicarakan teman-teman.

numpang foto di stand Cemprut

sama Mbak Niknik IIHC