Beruntung
saya mendapat 2 tiket gratis nonton pagelaran teater musikal “Swarga di
Khatulistiwa” di Taman Ismail Marzuki (TIM) tanggal 5 November 2013 lalu. Tiket
aslinya dihargai 75 ribu (pelajar), 100 ribu (regular), 250 ribu (VIP), dan 350
ribu (VVIP). Semua tak lepas dari peran Nabila. Ya, Nabila ikut serta sebagai
penari dalam konserta yang diselenggarakan oleh Sanggar Anak Akar itu. Beberapa
bulan terakhir, Nabila meminta ijin untuk ikut latihan nari di sebuah rumah
singgah di daerah Kalimalang, yang biasa dia sebut dengan “sanggar”.
Usahanya
berlatih keras hingga sering menghabiskan akhir pekannya di sanggar, membuahkan
hasil. Konserta itu sukses di mata saya, sebagai orang awam yang penikmat seni.
Paduan aneka seni yang semuanya nyaris sempurna. Musiknya pas, kadang syahdu
mendayu-dayu, kadang menghentak, dan kadang berirama riang gembira. Tariannya
yang melibatkan anak-anak hingga dewasa, menampilkan beberapa tarian daerah dan
manca negara. Paduan suara dari anak-anak SMP Don Bosco II Choir juga ciamik
banget. Lagu daerah, lagu India, lagu Cina, dan lagu perjuangan, semua dibabat
habis.
Secara
garis besar, konserta ini menceritakan tentang sejarah Jakarta alias Sunda
Kelapa dari jaman dulu sampai jaman kemerdekaan. Mulai dari jaman sebelum
penjajahan, saat dijajah Potugis, Belanda, Jepang, sampai masa kemerdekaan.
Lengkap dengan aneka budaya asing yang mempengaruhi dan menambah cita rasa budaya
lokal seperti budaya Cina dan India.
Bintang
tamu 4 nenek-nenek dosen seni tari, Sahita, membuat aula Teater Jakarta, TIM,
menjadi riuh dengan tawa. Logat bahasa Jawa-nya yang medok, tarian energiknya,
juga celetukan-celetukannya di tengah konserta, membuat konserta semakin
memikat. Acara ditutup dengan menyanyi lagu Indonesia Pusaka oleh semua
pendukung acara. Sebelumnya terdengar suara Bung Karno saat membacakan teks
proklamasi. Merinding rasanya setiap mendengar lagu-lagu yang membangkitkan
rasa nasionalisme seperti itu.
Oh,
ya, selama menyaksikan konserta, saya tidak melihat sosok Nabila. Saya malah
mengenali sosok sahabat-sahabat Nabila seperti Lauren dan Herlina. Sampai saya
berkata pada suami, “Jangan-jangan Nabila nggak jadi tampil.” Saking
penasarannya, begitu pentas selesai kami langsung maju ke panggung. Eh, ketemu
juga. Sosoknya yang mungil dan hampir serupa dengan penari lainnya, membuat
saya tak bisa mengenalinya. Bayangkan, hampir semua penari berkaus lengan
panjang ketat hitam, memakai kain batik, dan rambut dicepol. I’m so sorry, my
daughter…
Usai
konser, kami harus pulang duluan tanpa Nabila. Pertunjukan berlangsung 2 kali,
jam 15.00 dan jam 20.00. Kami dapat tiket yang jam 15.00, jadi masih ada satu
pertunjukan lagi. Kami dukung keinginan kalian untuk membantu saudara-saudara
kita yang kondisinya tidak seberuntung kita. Ya, katanya hasil konserta itu
akan digunakan untuk membantu sahabat Sanggar Anak Akar yang membutuhkan. Good
luck, Gals!
![]() |
awal yang syahdu |
![]() |
penampilan lintas seni & generasi |
![]() |
Sahita yg menyegarkan suasana |
![]() |
tarian nusantara dan manca |
![]() |
akting dulu... |
usai pentas |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar