Siapa yang bilang
pindah rumah itu enak? Repot dan capek, tahu…Saya sudah dua kali menjalani
ritual pindah rumah. Pertama, dari Kendal ke Jakarta. Kedua, dari Jakarta ke
Kendal. Lhah, kok bolak balik kayak seterikaan? Emang iya, masalah buat loh *
niru gaya Soimah.
Ya, begitulah takdir
membawa nasib saya *tsahh, gayanya. Dulu saya pindah ke Jakarta, dibela-belain
pake keluar kerja, demi berkumpul dengan suami. Ternyata oh ternyata, 4 tahun
di Jakarta, keluarga kami diterpa cobaan. Seperti apa cobaannya, nggak usah
pada kepo, biarlah kami sekeluarga saja yang tahu * ehem. Dan di awal tahun
2014 ini, kami pun hijrah, kembali ke rumah kami di kota kecil nan sunyi
senyap, Kendal. Bagi yang belum pernah dengar atau tahu tentang Kendal, lihat
peta. Hanya beberapa mili meter dari kota Semarang, tapi kondisinya jauh
berbeda.
Saya dan suami
memutuskan pindahan dilakukan setelah anak-anak nerima raport. Saat tanya ke
pihak sekolah SMA 67, katanya surat-surat bisa diurus setelah dilampiri raport
terakhir. Artinya kami harus ngurus surat pindah ke Walikota Jakarta Timur
seusai terima raport. Alhamdulillah, suami dikasih cuti sama komandannya.
Jadilah kami berdua pacaran di kantor Walikota * ups! Hari itu ada 2 surat yang
kami urus. Pertama, di lantai 4 bagian Pendidikan Menengah. Kedua, di lantai 14
bagian Kependudukan, soalnya ada selisih data di Kelurahan Halim Perdanakusuma.
Nama saya tidak tercantum di data kelurahan *hiks..emangnya saya warga
selundupan, apa?
Urusan sekolah si
sulung kelas, urusan si kecil dan cabut KTP belum beres. Daripada nunggu nggak
jelas, kami pun langsung cabut ke Kendal tanggal 25 Desember, pas Natalan. Sejak
pagi, suami sudah teriak-teriak meminta kami memberesi barang-barang yang ada. Ternyata,
sisa barang yang ada tidak muat dimasukkan ke dalam mobil mungil kami. OMG,
cobaan apa lagi ini? Suami mengajukan usul untuk menitipkan barang ke rumah
sebelah. Untung sebelah rumah, istrinya orang Jawa dan anak buah suami, lagi.
Akhirnya, sebagian barang dititipkan di sana. Oh, ya, sebagian besar barang sudah
diangkut pake truk pas akhir bulan November.
Akhirnya, jam 10-an,
kami berlima meninggalkan rumah dinas yang sudah kami tempati selama 4,5 tahun.
Selamat tinggal Jakarta tercinta. Walau berat hati, kami harus meninggalkanmu
saat ini * hihihi…lebay. Bye…bye…Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar