Minggu, 26 Januari 2014

# ceritaku

Bye..bye...Jakarta

Siapa yang bilang pindah rumah itu enak? Repot dan capek, tahu…Saya sudah dua kali menjalani ritual pindah rumah. Pertama, dari Kendal ke Jakarta. Kedua, dari Jakarta ke Kendal. Lhah, kok bolak balik kayak seterikaan? Emang iya, masalah buat loh * niru gaya Soimah.

Ya, begitulah takdir membawa nasib saya *tsahh, gayanya. Dulu saya pindah ke Jakarta, dibela-belain pake keluar kerja, demi berkumpul dengan suami. Ternyata oh ternyata, 4 tahun di Jakarta, keluarga kami diterpa cobaan. Seperti apa cobaannya, nggak usah pada kepo, biarlah kami sekeluarga saja yang tahu * ehem. Dan di awal tahun 2014 ini, kami pun hijrah, kembali ke rumah kami di kota kecil nan sunyi senyap, Kendal. Bagi yang belum pernah dengar atau tahu tentang Kendal, lihat peta. Hanya beberapa mili meter dari kota Semarang, tapi kondisinya jauh berbeda.

Saya dan suami memutuskan pindahan dilakukan setelah anak-anak nerima raport. Saat tanya ke pihak sekolah SMA 67, katanya surat-surat bisa diurus setelah dilampiri raport terakhir. Artinya kami harus ngurus surat pindah ke Walikota Jakarta Timur seusai terima raport. Alhamdulillah, suami dikasih cuti sama komandannya. Jadilah kami berdua pacaran di kantor Walikota * ups! Hari itu ada 2 surat yang kami urus. Pertama, di lantai 4 bagian Pendidikan Menengah. Kedua, di lantai 14 bagian Kependudukan, soalnya ada selisih data di Kelurahan Halim Perdanakusuma. Nama saya tidak tercantum di data kelurahan *hiks..emangnya saya warga selundupan, apa?

Urusan sekolah si sulung kelas, urusan si kecil dan cabut KTP belum beres. Daripada nunggu nggak jelas, kami pun langsung cabut ke Kendal tanggal 25 Desember, pas Natalan. Sejak pagi, suami sudah teriak-teriak meminta kami memberesi barang-barang yang ada. Ternyata, sisa barang yang ada tidak muat dimasukkan ke dalam mobil mungil kami. OMG, cobaan apa lagi ini? Suami mengajukan usul untuk menitipkan barang ke rumah sebelah. Untung sebelah rumah, istrinya orang Jawa dan anak buah suami, lagi. Akhirnya, sebagian barang dititipkan di sana. Oh, ya, sebagian besar barang sudah diangkut pake truk pas akhir bulan November.


Akhirnya, jam 10-an, kami berlima meninggalkan rumah dinas yang sudah kami tempati selama 4,5 tahun. Selamat tinggal Jakarta tercinta. Walau berat hati, kami harus meninggalkanmu saat ini * hihihi…lebay. Bye…bye…Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar