Sabtu, 3 Agustus 2013
Ini adalah mudik ke-5 yang mungkin juga mudik terakhir saya ke kampung
halaman. Kenapa mudik terakhir? Karena saya dan suami berencana awal tahun 2014
akan balik lagi tinggal di kampung. Ups...nggak usah dibahas dulu, tunggu
cerita pastinya aja nanti.
Mudik kali benar-benar seperti berada di Lost World* hihihi...lebay.
Bayangin, saat berusaha lewat jalur pantura, selalu dialihkan petugas ke jalur
alternatif. Awas kau, Pak Polisi, bikin kami nyasar nggak karuan. Kami harus
melewati Sumedang dan Majalengka, sebelum akhirnya ketemu tol Palimanan.
Mending kalo tengah kota, ini seperti lewat di sisi bukit atau gunung. Jalannya
berkelok-kelok, naik turun, kanan kiri cuma ada sawah, ladang, dan hutan.
Untung ada GPS di mobil, kami percaya aja meski medannya sulit. Bayangin,
jalannya sempit dan rusak, nggak ada petunjuk jalan, lagi. Bahkan di GPS kadang
terlihat posisi mobil di tengah lapangan hijau, bukan di jalan yang warnanya
merah. Sampai saya berkomentar, ”Jangan-jangan, jalan ini sebenarnya nggak ada
alias jalan horor.” Bukannya takut, Nabila malah ngakak mendengar komentar
saya.
Alhamdulillah, pas adzan Maghrib, kami pas tiba di kota Tegal. Dan itu
artinya, kami bisa mampir ke rumah Mbak Tri, kakak kandung suami yang tinggal
di sana. Asyik...makan gratis. Mana Mbak Tri dan Mas Bayu, suaminya, sama-sama
jago masak lagi. Maka dalam hitungan menit, es teh, sup jagung, bakwan jagung,
dan tahu asin, tandas tak bersisa karena pindah posisi ke perut kami.
Kami sholat Maghrib dan istirahat sebentar, sebelum berlanjut ke kota
Kendal tercinta. Sampai di rumah mertua tepat jam 12 teng! Dibanding tahun
kemarin yang 30 jam, mudik kali ini lebih lancar. Kami berangkat dari Jakarta
usai sholat Subuh. Coba hitung sendiri berapa jam?
Senin, 5 Agustus 2013
Nabila minta dianterin bukber sama teman SD-nya di Taman Garuda. Saya dan
suami sih oke-oke aja, sekalian menikmati suasana alun-alun kota tercinta. Jam
5 menuju TKP dan ketemulah Nabila sama 4 temannya. Waktu lulus SD, ceweknya
memang cuma 4 orang, jadi sampai sekarang mereka kompak banget, meski beda
sekolah. Satu orang lagi, Wardah, hanya sempat setahun sekolah di SDIT Robbani
saat bapaknya tugas belajar di Semarang. Setelah itu dia balik lagi ke Makasar.
Kami nungguin kelima ABG buka bersama, sementara saya, suami, dan Sakroni
( bapaknya Wardah), buka tak jauh dari mereka. Oh ya Sakroni itu teman SMA
sekaligus teman suami kuliah di APRO dulu. Jadi mereka berdua asyik banget
ngobrolnya. Saya mah ngobrol aja sama si kecil, Nabil.
Usai makan takjil, sholat Maghrib di masjid Agung Kendal, dilanjut
foto-foto di alun-alun. Karena Nabil teriak-teriak minta makan, kami bertiga
lanjut makan nasi kucing di seputar alun-alun. Sementara kelima ABG masih ingin
reuni mengenang masa lalu dengan ngobrol-ngobrol di lapangan. Ya sudah, lanjut
aja, Gals...
5 muslimah keren |
me & Nabil |
Selasa, 6 Agustus 2013
Kali ini, Dik Tutik, adik suami, yang ngajak kami semua buka bersama. Berhubung tahun ini liburnya lebih banyak sebelum Lebaran, ya...makan-makannya menyesuaikan, sebelum Lebaran juga. Setelah
berdiskusi sana sini dipilihlah Rumah Makan Lik Di yang letaknya di jalan
tembus sebelum perempatan Patebon, sebagai tempat reuni keluarga. Jam 5 teng,
pasukan dengan 2 mobil menuju TKP. Berhubung pasukannya banyak, sengaja pesan
tempat yang lesehan, biar bebas dan leluasa.
Ketika sirine tanda buka puasa berbunyi, pasukan kami terutama anak-anak
langsung berdoa dengan keras, “Allahumma lakasumtu....” Sampai pengunjung lain
menatap kami dan mungkin dalam hati mereka teriak, “Woi...ini rumah makan,
bukan TK atau play group.” Hahaha...yuk ah, buka puasa dulu. Aneka sea food
sudah menanti untuk disantap.
Pasukan udah segini banyak ternyata belum formasi lengkap. Rombongan
kedua datang, 4 ABG naik sepeda motor menyusul. Tak lama kemudian Mbak Tri dan
Mas Bayu, dari Tegal langsung menuju tempat bukber juga. Maka Mbak Kakung (bapak
mertua saya) pun segera memberi ular-ular alias wejangan alias nasehat kepada
istri, anak, menantu, dan cucu-cucunya. Intinya, anak harus berbakti kepada
orang tua, agar hidupnya berkah dan sukses. Tuh, dengerin, Nak, betul nasehat
Mbah Kakung, keenam anak Mbah Kakung dan Mbah Putri sukses karena mereka taat
dan berbakti pada orang tuanya.
nunggu formasi lengkap |
cucu-cucu Simbah |
trio ABG galau |
Nabila & emaknya |
Ceritanya belum kelar ya, to be continued, gitu. Tunggu, jangan ke mana-mana, saya akan kembali setelah pesan 4 mangkuk bubur ayam buat sarapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar