Tampilkan postingan dengan label Kelas Inspirasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kelas Inspirasi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Oktober 2014

Ini Keluarga Baruku

16.16 4 Comments
Selain berbagai pengalaman tak terlupakan, Kelas Inspirasi Semarang yang saya ikuti, tanggal 25 September 2014 lalu, membuat saya menemukan keluarga baru. Ya, rekan-rekan yang tergabung dalam Kelompok 3 KIS 1 itu kini sudah kayak saudara aja. Sesuai salah satu prinsip dari Kelas Inspirasi : menjalin silaturrahmi, maka kami sepakat nggak akan menghapus grup WA yang kami gunakan sebagai sarana komunikasi selama ini.

Oke, yuk kenalan dulu satu per satu dengan 22 anggota grup lebay dan alay ini.



Fasilitator 2 orang:
1. Yang ganteng, Mas Farhan, PNS Dinas Kesehatan Semarang
2. Yang cantik, Mbak Dian Tri Wiyanti, dosen USM



Inspirator ada 15 orang, kita urutkan sesuai foto ya…
1. Mbak Soviana Maulida Adipurawati alias Sovi, penyiar dan divisi medsos, radio Gajah Mada FM Semarang
2. Ibu Prima Hapsari Arimoerti alias Prima, psikolog, Relation Officer PT Bahtera Pesat Lintasbuana
3. Mbak Erma Yuliati alias Erma, farmasis PT Nufarindo
4. Mbak Maria Helena Gerrits alias Maria, CS PT Ceva Freight Indonesia, Jakarta
5. Mbak Aini Jamil alias Aini, CS PT Pura Barutama, Kudus
6. Ibu Wuri Nugraeni alias Wuri, penulis dan mantan reporter
7. Mas Widodo Arif Wicaksono alias Wido,  staff Pengadilan Tinggi Agama Semarang
8. Pak Ardian Agil Waskito alias Ardian, Pengkaji Data Anak, BPPPAP Semarang
9. Ibu Sri Winarti alias Cicik, siapa ya? Crafter imut pemilik usaha rumahan Pika Pika Craft
10. Mbak Nur Solekhah alias Inung, CS Export Import PT Dinamika Expressindo Semarang
11. Mas Dimas Wicaksono alias Dimas, dosen Unnes
12. Mas Reza Aditia Nirbaya alias Reza, Direktur Strategic Media Corp
13. Ibu dr. Lili Sianawati alias Lili, dokter umum di RS Telogorejo Semarang
14. Pak Ahsanut Takwim alias Ahsan, nahkoda kapal patroli, Kantor Bea Cukai Semarang
15. Lho kok foto saya lagi? Terserah yang nulis dong, hehehe…. Begini, pada saat sesi foto-foto, anggota paling sepuh kami, Pak Sururi sudah pamit pulang duluan. Beliau seorang petani tambak yang bekerja di Biota Foundation. Tinggal di pesisir Mangkang, Semarang. Aktif dalam kegiatan penanaman mangrove di pesisir.

Dokumentator ada 5 orang:
1. Pak Priyadi Paripurnawan alias Wawan, fotografer, rumah Semarang kerja di Bandung
2. Mbak Dinda Putri Maharani alias Dinda, fotografer, asli Jawa Timur tapi kerja di Jakarta
5. Mas Fatoni Saputra alias Putra, fotografer, tinggal di Bogor
4. Mas Alvian Dhomi alias Alvian, videografer, tinggal di Semarang
5. Mas Fajar Indra Bangun Perkasa alias Fajar, videografer, tinggal di Yogya

Dibandingkan kelompok lain di KIS 1, kelompok kami paling banyak anggotanya. Sebenarnya malah 20 inspirator dan 8 dokumentator. Tapi, karena berbagai alasan (misalnya ada anggota TNI AD yang nggak dapat ijin komandannya, pelatih sepatu roda yang cidera lututnya), 8 orang mundur. Jadilah kami Geng Kece yang terdiri dari 15 inspirator dan 5 dokumentator, plus 2 fasil tentunya.

Itulah yang akhirnya membuat rombel yang seharusnya 17, dipangkas jadi 15 rombel sesuai dengan jumlah inspirator. Caranya? Ada beberapa kelas yang digabung. Weleh..weleh…kebayang kan, anak-anak pantai yang super aktif itu satu kelas aja bikin heboh, apalagi 2 kelas jadi satu * jedotin kepala ke tembok.Tapi Alhamdulillah, semua aman terkendali alias berjalan sesuai rencana.

Oh ya, yang saya tulis Mbak/ Mas berarti masih single, sementara yang Bapak/Ibu berarti double (baca: sudah menikah). Setelah hari inspirasi dan hari refleksi, banyak yang lirik-lirikan dengan anggota kelompok lain, para fasil, juga korlap. Nggak cuma yang para jomblo, para Bapak nggak mau kalah. Ckckck…

Beberapa orang dari kami saat ini masih sering jalan bareng, makan bareng, dan karaoke bareng. Bahkan kita punya rencana untuk melakukan banyak hal demi kebaikan bersama, juga untuk SD Islam Taqwiyatul Wathon. Mau tahu apa aksi kita selanjutnya? Tunggu, jangan ke mana-mana, kami akan kembali *iklan banget.

Buat semua anggota keluarga baru saya: I love you all, guys…sehari nggak pegang HP, begitu buka grup WA kita: 100-an message unread. Gilak! Itu yang membuat kita saling kangen dan punya kebiasaan baru: senyum-senyum sendiri sambil pegang HP * hayo ngaku. Pokoknya kalian memang luar biasa!

Ini bukti kekompakan kami:


maksi di Bandeng Juwana Resto

bikin heboh di hari refleksi




Senin, 06 Oktober 2014

Ini Cerita Hari Inspirasiku!

10.48 1 Comments
Akhirnya yang ditunggu-tunggu dengan H2C datang juga. Tanggal 25 September 2014, ini saatnya saya jadi inspirator di Kelas Inspirasi 1 Semarang. Demi itu semua saya rela nginep di rumah kakak, karena rencana rombongan mau berangkat jam 05.30. Tau sendiri kan Kendal-Semarang naik angkutan umum bisa 1 jam lebih. Mana kendaraannya terbatas lagi.

Ternyata pas saya datang ke Bapelkes tepat jam 05.30 belum ada tanda-tanda pada ngumpul. Yang ada hanya Mas Farhan yang geleng-geleng karena para relawan yang nginep di Bapelkes belum keluar kamar. Kami pun naik ke lantai 7 mencoba mengetuk kamar mereka. Yaey…akhirnya ketemu Dinda dan Mbak Maria * salaman. Jam 06.30 rombongan (2 mobil) baru komplit dan langsung menuju TKP.

Anak-anak sudah banyak yang kumpul di halaman saat rombongan kami tiba. Mulai deg-degan nih. Kami langsung menuju ruangan yang khusus disediakan pihak sekolah untuk kami. Masing-masing inspirator sibuk mempersiapkan diri. Pake name tag, ambil kertas untuk name tag anak-anak, spidol, dan pin reward. Karena konsumsi juga sudah siap, saya ambil 1 donat untuk pengganjal perut sekaligus mengurangi nervous.

sesi perkenalan

Setelah berdoa bersama kami keluar ruangan dan berkumpul dengan para guru dan anak-anak di halaman. Upacara pembukaan yang dipandu Sovi, sang penyiar Radio Gajahmada FM itu berlangsung seru. Setelah satu persatu para inspirator memperkenalkan diri, dilanjutkan dengan Chicken Dance. Suasana pun meriah, anak-anak ikut berjoget meski dalam kondisi himpit-himpitan. Maklum lapangannya tak sebanding dengan jumlah siswa yang hampir 600 orang itu.

joget ayam dulu, yuk...

Pembukaan selesai, para siswa masuk kelas, kami pun masuk ruangan sebentar. Kenalan dengan Mas Dimas yang selama ini nggak pernah datang dan berdoa lagi karena tadi Mas Reza  belum ikut berdoa bersama. Dan tepat pukul 08.00 kami masuk ke kelas sesuai jadwal yang sudah ditetapkan seksi acara.

Jam pertama ini saya harus masuk ke kelas 5 B yang berada di lantai 2. Kalo guru-guru lain langsung keluar, Pak Guru Berewok itu masing memimpin para siswa berdzikir. Yah…terpaksa berdiri nunggu dulu sampai selesai. Para siswa terlihat khusyuk berdzikir. Wah, anak-anak ini pasti anteng dan penurut, itu pikiran saya. Namun semua berubah setelah saya menjadi “guru” mereka sekitar 10 menit kemudian.

Ketua kelasnya Putri, yang tadi pagi maju saat  Chicken Dance. Putri dan anak-anak tanggung itu mulai ribut, berdiri, dan berjalan ke sana ke mari. Mungkin mereka butuh perhatian atau memang nggak jelas dengan penjelasan saya. Padahal yang saya ajarkan sederhana: melipat kertas menjadi lipatan kecil-kecil.
Piye iki, Bu Sri?
Gimana sih, Bu Sri?
Kayak gini bener, Bu?
Setelah sempat ricuh beberapa saat, akhirnya semua bisa menyelesaikan tugas membuat kupu-kupu. Dan kami pun berfoto bersama memegang kupu-kupu buatan masing-masing. Ciiiis….! Terakhir, mereka berebut minta kawat bulu mercy * buat apaan coba. Mungkin mereka baru pertama kali melihat kawat ada bulu-bulunya kayak ulat gitu, hihihi...

Tugas pertama selesai, masuk basecamp bentar, lanjut ke kelas 4 B, masih di lantai 2. Beberapa anak tampak di luar kelas, minum dan makan jajanan. Masih sama dengan kelas sebelumnya, setelah memperkenalkan diri, saya mengajari anak-anak membuat kupu-kupu dari majalah bekas. Siswa kelas ini tampak lebih tertib dan penurut. Dan (lagi-lagi) semua bisa menyelesaikan tugasnya. Oh ya, saat saya tanya, “Siapa yang suka buang sampah sembarangan?” Beberapa anak laki-laki menjawab, “Jujur, saya suka buang sampah sembarangan, Bu.”

Hehehe…jujur amat, Nak. Saya berusaha menjelaskan bahwa ada barang bekas yang bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu yang berguna. Hampir semua anak tak bisa menebak kreasi barang bekas yang saya tunjukkan. Padahal celengan itu terbuah dari bekas gulungan lakban yang disusun 2 trus dibungkus dengan kain flanel. Itulah salah satu syarat jadi crafter : kreatif!

Setelah ngajar dua kelas, jam ke-3 saya break bareng Mbak Inung dan Mbak Wuri. Kok bisa ya *jangan-jangan seksi acara tahu kalo kita satu komunitas. Ngobrol bentar, nengokin kelas 6 yang nanti bakalan saya masuki di jam terakhir, dan bikin testimony di depan kamera. Hore masuk Youtube *keluar noraknya. Tiba-tiba efek begadang (nglembur boneka profesi) muncul, rasa kantuk luar biasa mulai menyerang * ya, Allah, kuatkan hamba-Mu. Mas videographer sampe senyum-senyum waktu saya bilang lagi ngantuk berat.

Apa pun yang terjadi, tugas harus diselesaikan. Terakhir, saya masuk kelas 6 A yang ternyata gabungan kelas 6 A dan 6 C. Pantesan, kelas tampak penuh banget. Udah gitu anak-anaknya ada yang sudah berkumis dan terkesan cuek. Ya, beginilah ngedepin ABG. Karena di rumah sudah ada 2 ABG, saya santai aja ngadepin mereka, ajak ngobrol layaknya seorang teman. Saat terdengar adzan Dzuhur, semua sudah menyelesaikan tugas membuat kupu-kupu.  Sebelum meninggalkan kelas, di tengah suasana kelas yang udah semrawut, anak-anak saya minta menulis di kertas kecil ; nama dan cita-citanya.

Oh ya ada seorang gadis kecil yang mau minta kartu nama saya. Hmmm…kasih nggak ya? Maaf ya , Nak, nanti Ibu akan berikan pada Bapak Ibu Guru kalian saja. Saya lihat, keterampilan yang diajarkan di sini sepertinya masih terbatas dan sangat sederhana. Saya pernah lihat di dinding kelas 5 A, pajangannya berupa anyaman kertas. Trus, ketika saya tanya ke beberapa siswa, keterampilan apa yang sudah diajarkan. Katanya pernah membuat semacam majalah dinding gitu.

Melihat antusiasme anak-anak, saya ingin suatu saat ada kesempatan mengajari mereka keterampilan sederhana membuat kreasi dari barang bekas. Saya sadar tipikal orang pantai beda dengan orang gunung. Ini pengaruh alam, orang pantai tinggal ambil hasil laut, sementara orang gunung lebih sabar menjalani proses, mulai dari menyemai sampai panen. Walau anak pantai suka yang serba praktis, saya yakin ada beberapa yang suka dengan kerajinan tangan yang membutuhkan ketelatenan.


Oke, ini cerita hari inspirasi saya. Apa yang saya lakukan mungkin cuma seujung kuku pengaruhnya untuk kemajuan pendidikan anak-anak Indonesia. Tapi semoga dari hal yang kecil ini akan bisa menjadi inspirasi besar untuk anak-anak itu. Ayo, Anak-anak, bermimpilah setinggi langit. Biarkan Tuhan yang akan menggenggam mimpimu.


Sabtu, 04 Oktober 2014

Saatnya Survey...(dan Membuktikan)

23.31 0 Comments
Sesuai kesepakatan bersama, tanggal 20 September kami (anggota KI Semarang kelompok 3) akan survey ke SD Islam Taqwiyatul Wathon di Tambak Lorok, Tanjung Mas. Janji ngumpul jam 8, berubah jadi jam 10. Wah…padahal saya dah ngebis dan sampai Semarang jam 8 tepat. Gara-gara WA nggak aktif, nggak tau info kalo acara mundur. Yaudah mampir ke rumah kakak dulu.

Jam 10 barulah disamperin Mbak Prima di Ada Swalayan, Bulu. Lanjut ke SPBU Anjasmoro ketemu rombongan lainnya, trus cap cus. Kami langsung disambut Pak Sugiman, Kepala Sekolah, dan wakilnya. Setelah berbincang mengenai rencana acara tanggal 25 nanti, Pak Wakasek mengajak kami keliling lingkungan sekolah. Banyak hal yang kami tanyakan dan semua dijawab tuntas oleh mereka berdua.

Dari perbincangan itu beberapa info penting kami dapatkan, diantaranya:
- Murid di SD ini hampir 600 (tepatnya 596 siswa) dengan 17 rombongan belajar (rombel). Wow…banyak banget.
- Banyak orang tua di sekitar daerah itu yang memilih menyekolahkan anak mereka di SD itu dibanding SD Negeri karena selain dapat ilmu umum juga dapat ilmu agama Islam.
- Tipikal anak-anak di situ sama dengan anak pantai lainnya, suka damai. Eh, itu mah syair lagu yak? Anak pantai biasanya keras dan kasar. Wow…ini yang membuat saya merinding, bisa nggak ya ngadepin mereka.

Ini dia sebagian gambar yang bisa saya ambil saat survey:
dari lantai 2

sisi kanan sekolah


kantin sederhana di antara bannguna lama dan baru

kamar mandi siswa

kelas lama di belakang masjid

foto sama Pak Kepsek dan Wakepsek dulu


liat anak2 latihan upacara

Mampukah Aku Jadi Inspirator?

16.31 0 Comments
Dulu saat Pak Anies Baswedan meluncurkan program Indonesia Mengajar, saya terkagum-kagum. Wow…luar biasa banget ide beliau. Sayang, saya jelas-jelas nggak bisa ikut berpartisipasi. Lha wong SMA aja saya nggak lulus * hehehe...just kidding. Kini, beliau meluncurkan progam baru lagi yang namanya Kelas Inspirasi (KI). Program ini bisa diikuti para profesional yang sudah 2 tahun bekerja di bidangnya. Syaratnya cuma mau cuti sehari untuk mengajar para anak SD di daerah pinggiran tentang mimpi dan cita-cita.

Karena itu, pas ada yang posting di FB Komunitas IIDN Semarang tentang KI Semarang yang pertama, saya langsung tertarik. Hari Inspirasi dijadwalkan tanggal 25 September 2014, pendaftaran ditutup tanggal 25 Agustus 2014. Sampai beberapa hari menjelang penutupan pendaftaran, saya ragu-ragu. Bisa nggak sih saya ikutan KI? Apa saya pantas jadi inspirator? Trus, apa yang harus saya sampaikan pada anak-anak nanti? Ya, saya galau, Pemirsa.

Akhirnya setelah berpikir keras selama 3 hari 3 malam, saya isi form pendaftaran. Saya memantapkan diri ikut program luar bisanya Pak Anies Baswedan ini. Di situ saya tulis profesi saya adalah crafter alias pengrajin. Ya iya lah, masak penulis. Kan masih penulis abal-abal.  Bismillah, akhirnya form pendaftaran terkirim. Awal September, dapat balasan email: saya diterima jadi inspirator. Huray!

Tanggal 13 September, semua inspirator dikumpulkan di lantai 10 Gedung Indosat, Jalan Pandanaran, Semarang. Wow….aura positif terpancar dari semua orang di ruangan itu. Semua tampak happy dan bersemangat. Keraguan akan kemampuan saya menjadi inspirator mulai terkikis, tsah… Di sana, kami diberi sedikit pembekalan dan gambaran tentang KI di tempat lain. Ini kan KI Semarang yang pertama, jadi sebagian besar para inspirator belum tahu banyak tentang apa yang harus dihadapi dan dilakukan.

narsis bareng emak2 IIDN Semarang
Usai belajar tentang aneka game dan ice breaking saat menghadapi situasi yang tiba-tiba krik krik alias blank di kelas nanti, kami dikumpulkan per kelompok. Saya tergabung di Kelompok 3 dari 13 kelompok yang ada. Kami duduk melingkar dan dipertemukan dengan Kepala Sekolah SD Islam Taqwiyatul Wathon, tempat kami mengajar nanti. Oh ya, di kelompok kami sebenarnya ada 20 inspirator dan 7 dokumentator. Tapi sampai di hari briefing ini ada beberapa yang mengundurkan diri.
seriusnya..kelompok 3

Demi kelancaran acara, kami menunjuk Pak Wawan sebagai ketua, Bu Prima sebagai wakilnya, Mbak Sovi sekretaris, Mbak Aini bendahara, Mbak Erma (yang dah pernah ikut KI Jakarta) sie acara, Mas Wido sie perlengkapan, dan Pak Ahsan sie konsumsi. Begitu acara briefing di Gedung Indosat berakhir, acara dilanjut ke Tea House Tong Tji di @HOM Hotel yang jaraknya selemparan batu. Deket sih cuma jalan kaki tapi panasnya kota Semarang, nggak nahan boo.

foto per kelompok sebelum bubaran

Baru kenal beberapa jam, rasanya sudah kayak keluarga nih, beneran. Makan, bahas rencana hari inspirasi, foto bareng, plus guyon-guyon. Hmm…indah sekali rasanya hari ini. Apalagi makan siang kali ini dibayari Pak Ahsan, sang nahkoda dan pegawai Bea Cukai itu, hahaha…Nggak salah tadi yang ngangkat beliau jadi sie konsumsi.

habis makan2, pasti foto2


Oke, bubaran dulu deh kumpul-kumpul dan ceritanya, entar disambung lagi pas survey ke SD Islam Taqwiyatul Wathon di Tanjung Mas, ya, Temans. To be continued…

Oh ya....ini foto keseruan lain di hari briefing yang saya ambil dari FB Kelas Inspirasi Semarang:

tari sipong pong

nggak boleh malu dan jaim

pijit2an yuk...