Senin, 06 Oktober 2014

# Kelas Inspirasi

Ini Cerita Hari Inspirasiku!

Akhirnya yang ditunggu-tunggu dengan H2C datang juga. Tanggal 25 September 2014, ini saatnya saya jadi inspirator di Kelas Inspirasi 1 Semarang. Demi itu semua saya rela nginep di rumah kakak, karena rencana rombongan mau berangkat jam 05.30. Tau sendiri kan Kendal-Semarang naik angkutan umum bisa 1 jam lebih. Mana kendaraannya terbatas lagi.

Ternyata pas saya datang ke Bapelkes tepat jam 05.30 belum ada tanda-tanda pada ngumpul. Yang ada hanya Mas Farhan yang geleng-geleng karena para relawan yang nginep di Bapelkes belum keluar kamar. Kami pun naik ke lantai 7 mencoba mengetuk kamar mereka. Yaey…akhirnya ketemu Dinda dan Mbak Maria * salaman. Jam 06.30 rombongan (2 mobil) baru komplit dan langsung menuju TKP.

Anak-anak sudah banyak yang kumpul di halaman saat rombongan kami tiba. Mulai deg-degan nih. Kami langsung menuju ruangan yang khusus disediakan pihak sekolah untuk kami. Masing-masing inspirator sibuk mempersiapkan diri. Pake name tag, ambil kertas untuk name tag anak-anak, spidol, dan pin reward. Karena konsumsi juga sudah siap, saya ambil 1 donat untuk pengganjal perut sekaligus mengurangi nervous.

sesi perkenalan

Setelah berdoa bersama kami keluar ruangan dan berkumpul dengan para guru dan anak-anak di halaman. Upacara pembukaan yang dipandu Sovi, sang penyiar Radio Gajahmada FM itu berlangsung seru. Setelah satu persatu para inspirator memperkenalkan diri, dilanjutkan dengan Chicken Dance. Suasana pun meriah, anak-anak ikut berjoget meski dalam kondisi himpit-himpitan. Maklum lapangannya tak sebanding dengan jumlah siswa yang hampir 600 orang itu.

joget ayam dulu, yuk...

Pembukaan selesai, para siswa masuk kelas, kami pun masuk ruangan sebentar. Kenalan dengan Mas Dimas yang selama ini nggak pernah datang dan berdoa lagi karena tadi Mas Reza  belum ikut berdoa bersama. Dan tepat pukul 08.00 kami masuk ke kelas sesuai jadwal yang sudah ditetapkan seksi acara.

Jam pertama ini saya harus masuk ke kelas 5 B yang berada di lantai 2. Kalo guru-guru lain langsung keluar, Pak Guru Berewok itu masing memimpin para siswa berdzikir. Yah…terpaksa berdiri nunggu dulu sampai selesai. Para siswa terlihat khusyuk berdzikir. Wah, anak-anak ini pasti anteng dan penurut, itu pikiran saya. Namun semua berubah setelah saya menjadi “guru” mereka sekitar 10 menit kemudian.

Ketua kelasnya Putri, yang tadi pagi maju saat  Chicken Dance. Putri dan anak-anak tanggung itu mulai ribut, berdiri, dan berjalan ke sana ke mari. Mungkin mereka butuh perhatian atau memang nggak jelas dengan penjelasan saya. Padahal yang saya ajarkan sederhana: melipat kertas menjadi lipatan kecil-kecil.
Piye iki, Bu Sri?
Gimana sih, Bu Sri?
Kayak gini bener, Bu?
Setelah sempat ricuh beberapa saat, akhirnya semua bisa menyelesaikan tugas membuat kupu-kupu. Dan kami pun berfoto bersama memegang kupu-kupu buatan masing-masing. Ciiiis….! Terakhir, mereka berebut minta kawat bulu mercy * buat apaan coba. Mungkin mereka baru pertama kali melihat kawat ada bulu-bulunya kayak ulat gitu, hihihi...

Tugas pertama selesai, masuk basecamp bentar, lanjut ke kelas 4 B, masih di lantai 2. Beberapa anak tampak di luar kelas, minum dan makan jajanan. Masih sama dengan kelas sebelumnya, setelah memperkenalkan diri, saya mengajari anak-anak membuat kupu-kupu dari majalah bekas. Siswa kelas ini tampak lebih tertib dan penurut. Dan (lagi-lagi) semua bisa menyelesaikan tugasnya. Oh ya, saat saya tanya, “Siapa yang suka buang sampah sembarangan?” Beberapa anak laki-laki menjawab, “Jujur, saya suka buang sampah sembarangan, Bu.”

Hehehe…jujur amat, Nak. Saya berusaha menjelaskan bahwa ada barang bekas yang bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu yang berguna. Hampir semua anak tak bisa menebak kreasi barang bekas yang saya tunjukkan. Padahal celengan itu terbuah dari bekas gulungan lakban yang disusun 2 trus dibungkus dengan kain flanel. Itulah salah satu syarat jadi crafter : kreatif!

Setelah ngajar dua kelas, jam ke-3 saya break bareng Mbak Inung dan Mbak Wuri. Kok bisa ya *jangan-jangan seksi acara tahu kalo kita satu komunitas. Ngobrol bentar, nengokin kelas 6 yang nanti bakalan saya masuki di jam terakhir, dan bikin testimony di depan kamera. Hore masuk Youtube *keluar noraknya. Tiba-tiba efek begadang (nglembur boneka profesi) muncul, rasa kantuk luar biasa mulai menyerang * ya, Allah, kuatkan hamba-Mu. Mas videographer sampe senyum-senyum waktu saya bilang lagi ngantuk berat.

Apa pun yang terjadi, tugas harus diselesaikan. Terakhir, saya masuk kelas 6 A yang ternyata gabungan kelas 6 A dan 6 C. Pantesan, kelas tampak penuh banget. Udah gitu anak-anaknya ada yang sudah berkumis dan terkesan cuek. Ya, beginilah ngedepin ABG. Karena di rumah sudah ada 2 ABG, saya santai aja ngadepin mereka, ajak ngobrol layaknya seorang teman. Saat terdengar adzan Dzuhur, semua sudah menyelesaikan tugas membuat kupu-kupu.  Sebelum meninggalkan kelas, di tengah suasana kelas yang udah semrawut, anak-anak saya minta menulis di kertas kecil ; nama dan cita-citanya.

Oh ya ada seorang gadis kecil yang mau minta kartu nama saya. Hmmm…kasih nggak ya? Maaf ya , Nak, nanti Ibu akan berikan pada Bapak Ibu Guru kalian saja. Saya lihat, keterampilan yang diajarkan di sini sepertinya masih terbatas dan sangat sederhana. Saya pernah lihat di dinding kelas 5 A, pajangannya berupa anyaman kertas. Trus, ketika saya tanya ke beberapa siswa, keterampilan apa yang sudah diajarkan. Katanya pernah membuat semacam majalah dinding gitu.

Melihat antusiasme anak-anak, saya ingin suatu saat ada kesempatan mengajari mereka keterampilan sederhana membuat kreasi dari barang bekas. Saya sadar tipikal orang pantai beda dengan orang gunung. Ini pengaruh alam, orang pantai tinggal ambil hasil laut, sementara orang gunung lebih sabar menjalani proses, mulai dari menyemai sampai panen. Walau anak pantai suka yang serba praktis, saya yakin ada beberapa yang suka dengan kerajinan tangan yang membutuhkan ketelatenan.


Oke, ini cerita hari inspirasi saya. Apa yang saya lakukan mungkin cuma seujung kuku pengaruhnya untuk kemajuan pendidikan anak-anak Indonesia. Tapi semoga dari hal yang kecil ini akan bisa menjadi inspirasi besar untuk anak-anak itu. Ayo, Anak-anak, bermimpilah setinggi langit. Biarkan Tuhan yang akan menggenggam mimpimu.


1 komentar: