Jumat, 22 Mei 2015

# sosok

Mengenang Oom Pepeng

Pagi itu, 6 Mei 2015, saya lagi maen ke rumah teman. Sambil utak atik hape saya liat ada yang BC tentang berpulangnya komedian Ferrasta Soebardi alias Oom Pepeng. Innalillahi wainnailaihi roji’un...rasa penasaran membuat saya browsing sana sini hingga yakin memang itulah kenyataannya. Selain dapat kepastian, saya juga nemu tulisan Mbak Helvy tentang Oom Pepeng seperti ini:

Betapa Indah Cara Allah Mencintaimu

Sungguh indah cara Allah mencintaimu
Ia menghadirkanmu ke dunia lewat rahim seorang ibu yang bersahaja, dan kekal dengan tawakkal
Ibu yang menjadikan anak sebagai sahabat, guru, dan matahari
Ibu yang sanggup hadirkan sosok dan petuah ayah yang tiada lewat cerita
Betapa indah cara Allah mencintaimu
Ia beri sifat jenaka yag menjadikanmu sang penghibur dalam segala musim dan cuaca
Maka tawa yang kau cipta membuat hidup sekitar lebih bermakna
Allah mencintaimu
Ia beri ketinggian nalar dalam mencerna
Kau pun masuk ke dalam buku-buku tanpa pretensi dan selalu kembali sebagai orang yang mengerti dan memberi pengertian

Begitu indah cara Allah mencintaimu
Ia anugerahkan ketenaran nan memancar
Agar berlimpah rizkimu
Agar tiap orang mengenal sosokmu hingga ke jari-jari mereka
Lalu tiba saat yang tak akan pernah kau lupakan itu
Ketika Allah memberikan sakit yang mengiris-iris, perih dan nyaris membuatmu tak berdaya : multiple sclerosis
Mengapa?
Mengapa saya?
Mengapa tidak?
Pertanyaan-pertanyaan yang kau jawab sendiri
Di dalam kamar putih lengang pasi
Mungkinkah dalam sakit ada sesuatu yang lebih berharga dari yang pernah dikira manusia?
Begitulah. Kau sakit namun dalam sakitmu yang divonis langka, parah dan menahun
Kau menjelma orang yang membaca lebih banyak
Kau mengamati lebih detail, merasakan lebih dalam bersabar tanpa lagi kenal tepi meski kau hanya bisa terbaring

Namun begitulah cara Allah mencintaimu
Dalam sakit Ia bahkan menjadikanmu lebih banyak jalin silaturahim
Orang berbondong-bondong mengunjungimu untuk berbagai alasan
Mereka ingin menghibur namun mereka yang kau hibur
Mereka ingin menyemangati, namun mereka yang tersemangati
Mereka ingin memberi informasi tentang dokter, tabib, dan obat bagi penyakitmu tapi kau menjelma penyembuh paling mujarab bagi jiwa-jiwa yang lalai, luka, dan hampa syukur
Bahkan di antara berbagai suntikan, luka-luka nganga, darah, dan nanah kau masih sempat berpikit tentang keadaan sekitar, tentang bagaimana memberdayakan masyarakat negeri ini dan mencari cara menghapus lara mereka
Allah telah memberimu daya yang membuat kamu terperangah
Maka percik-percik cahaya kisahmu pun menjelma inspirasi tanpa batas

Begitulah cara Allah mencintaimu
Dengan menguji dan mengasahmu hingga kilau sampai tiba masa berjumpa kelak tapi yang pasti, seperti katamu
"Sebelum ajal pantang mati!"
Maka duhai,
Betapa indah cara Allah mencintaimu
Dia karuniakan empat Mohammad sebagai cahaya mata dan sukma
Dan untuk menjagamu selamanya
Ia tak kirimkan pendamping dari kalangan biasa tetapi seorang bidadari yang dalam dirinya berpadu ketulusan Maryam, serta cinta dan kecerdasan Aisyah
Bidadari yang tertidur setelah yakin kau lelap dan bangun sebelum kau terjaga diselimutinya kau dengan doa-doa yang tak henti getarkan langit
Begitu indah cara Allah mencintaimu
Begitu indah... sampai di airmataku

(Helvy Tiana Rosa, Perjalanan Rawamangun - Depok, 26 November 2014)

Masya Allah, bagus banget puisi Mbak Helvy. Saya jadi ingat beberapa tahun yang lalu pernah berkunjung ke gua Oom Pepeng di Komplek Bumi Pusaka Cinere Jl. Bumi IX no. C 98, Cinere, Depok. Orangnya baiiik banget. Semangat hidupnya luar biasa! Dalam kondisi sakit masih tetap bercanda, masih memikirkan orang yang nasibnya kurang beruntung, bahkan melanjutkan kuliah S2 Psikologi di UI.

Oh ya, waktu itu saya datang bersama Komunitas IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) Jakarta plus foundernya, Teh Indari Mastuti. Juga Teh Lygia (yang waktu itu masih jadi marcom IIDN) yang sudah lebih dulu kenal Oom Pepeng. Kami membawa surat cinta dari ibu-ibu IIDN yang ditulis dalam rangka ulang tahun Oom Pepeng. Saat menyerahkan segepok print out surat cinta itu, beliau berkata akan membacanya nanti. Tapi ketika dalam perjalanan pulang ke Bandung, Teh Gia dan Teh Indari sudah di bbm Oom Pepeng. Beliau senang dan terharu, meski baru membaca sebagian surat-surat itu * hmmm...termasuk surat saya yang cuma selembar itu nggak ya?

Meski bertemu sekitar 3 jam, tapi kesan mendalam saya rasakan hingga detik ini. Saya ingat bagaimana beliau menyapa saya sambil membubuhkan tanda tangan di buku dan tersenyum, “Kamu mau pulang juga?” Ketika itu kami berpamitan untuk pulang, seusai sholat Maghrib di rumah beliau. Bener kata Mbak Helvy, harusnya kita yang menghibur beliau, eh...malah beliau yang menghibur dan menyemangati kami.

Bahagianya saya bisa bertemu dan mengenal Oom Pepeng. Dari beliau, banyak pelajaran hidup yang bisa diambil. Bahwa manusia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di dalam hidupnya. Oom Pepeng divonis menderita MS di usia 50 tahun. Bahwa manusia harus bisa berdamai dengan kondisi yang tidak diharapkannya. Meski sakit beliau tetap berpikir dan melakukan hal positif. Bahwa kita tak perlu mengeluh pada semua orang tentang apa yang kita rasakan. Sebenarnya beliau merasakan nyeri luar biasa di sekujur tubuh hingga insomnia tiap hari. Bahwa hidup ini hanya sementara, semua yang bernyawa pasti akan mati dan kembali kepada-Nya.

Beberapa saat sebelum Oom Pepeng meninggal sang begawan puisi, Sapardi Djoko Damono, sempat membuatkan puisi yang rencananya akan dijadikan buku antologi bersama sahabat-sahabat Oom Pepeng lainnya. Inilah puisinya:

Empat Kwatrin Buat Pepeng

Hidup kita ini, kata Pak Kiai
Adalah sekeping uang logam
Satu keping tapi dua sisi
Selalu serasi, tak salah paham

Nasib kita ini, kata Pendeta
Susul menyusul siang dan malam
Dua-duanya disaput rahasia
Kadang terbuka, kadang terpendam

Takdir kita ini, kata Pak Guru
Memang tak mudah dipantau
Kadang pasti seperti dipaku
Kadang bagai angin mendesau

Ingat selalu perangai air, kata Penyair
Meskipun begini, tetap saja begitu
Dari hulu mengalir ke hilir
Berkelok terjun, menuju
Yang Satu

Selamat jalan, Oom Pepeng, kami semua mengenangmu sebagai orang yang baik. Dan insha Allah surga sudah menantimu.

Oom Pepeng, Irhayati Harun, dan saya

Bersama founder IIDN, Teh Indari Mastuti


Tidak ada komentar:

Posting Komentar