Sabtu, 13 Mei 2017

Ini Dia New Rising Star 2017 di Hoka Hoka Bento

06.22 2 Comments
Jujur, suami saya tuh nggak begitu suka makan di Hoka Hoka Bento (Hokben). Itu tuh resto Japanese Fast Food, yang ownernya asli Indonesia. Kalo saya dan anak-anak makan di Hokben, dia memilih makan di counter sebelah atau hanya nungguin kami. Menurut dia menu di Hokben tuh kelewat berat, seperti berat badan suami, hehehe...

Memang sih, menu utama di Hokben padat berisi dan bikin kenyang. Satu paket biasanya berisi : 1. nasi 2. teriyaki atau yakiniku 3. ekkado, egg chicken roll, ebi furai, tori no teba, crispy kaarage 4. salad. Waw...kebayang kan, betapa beratnya. Ini cocok untuk mereka yang benar-benar lapar.

Nah, kebetulan, tanggal 1 Mei kemarin, saya bersama Komunitas Blogger Semarang, Gandjel Rel diundang ke Hokben Paragon, Semarang. Ternyata ada New Rising Star di Hokben yang cocok untuk mereka yang nggak mau makan berat alias maunya cemal cemil aja. Sejak Maret 2017 Hokben meluncurkan Tokyo Bites yang tersedia di Hokben Jabodetabek, Jawa, dan Bali.


Hokben sengaja meluncurkan menu baru berupa snack, dessert, dan drink tentu dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya adalah trend masyarakat di kota besar yang suka nongkrong dengan klien, sahabat, dan kerabat. Sambil ngobrol santai, sambil makan dan minum yang ringan-ringan saja. Hokben ingin memenuhi kebutuhan kaum millennial itu dan jadi tempat nongkrong yang asyik buat mereka.

Ini dia new rising star itu :
Snack
~ Sakana Stick, nugget ikan berbentuk stick, ada dua pilihan Original dan Seaweed Topping, harga Rp 16.000 isi 3 pcs


~ Takoyaki, cemilan berbentuk bulat dati tepung yang berisi baby gurita, harga Rp 13.500 isi 3 pcs


~ Tori Popcorn, dada ayam goreng tepung, harga Rp 11.500 (reg), Rp 21.000 (large)


~ Shumai Furai, semacam siomay yang terbuat dari daging ayam dan udang, dibungkus kulit pangsit, harga Rp 14.000 isi 3 pcs


~ Shumai Steam, kalau Shumai Furai digoreng, yang ini dikukus, harga Rp 14.000 isi 3 pcs


~ Edamame, alias kedelai Jepang, cemilan sehat ini banyak manfaatnya bagi tubuh, seperti menurunkan tekanan darah, mengurangi resiko kanker prostat dan kanker payudara, harga Rp 6.500 (reg), Rp 12.000  (large)


Drink
~ Ocha Lychee Tea, teh hijau dipadu dengan butiran nata de coco dan buah leci, harga Rp 18.000


~ Koori kanyaku, es yang berisi jelly dan sirup, harga Rp 16.000


~ Jus melon dan jus jeruk, harga Rp 18.000


Dessert
~ Soft Caramel Pudding, puding lembut rasa karamel, harga Rp 17.000


~ Chocolate Pudding, puding lembut rasa coklat, harga Rp 17.000


~ Soft Pudding, puding lembut dengan dua pilihan yaitu Taro/talas (ungu) dan Mango/ mangga (oranye), harga Rp 17.000. Tapi sayang, ketiga puding ini tidak tersedia di Hokben Semarang dengan pertimbangan tanpa bahan pengawet. Jadi takut kalau berubah wujud dan rasanya.


~ Es Ogura, es yang isinya kacang merah disiram dengan air gula, santan, dan es serut, harga Rp 11.000


~ Es Sarang Burung, es yang isinya agar-agar serut, air gula, dan buah leci, harga Rp 16.500



Selain dapat info tentang new rising star yang yummy itu, diberi kesempatan menfotonya, kami juga dapat free lunch dan voucher makan senilai seratus ribu lho. Pas banget nih buat makan berdua dengan suami. Saya sih tetep makan menu main course, hehehe...Saya suka Chicken Teriyaki ( karena sudah harus mengurangi daging merah), juga saladnya yang segar. Sementara suami bisa milih yang ringan-ringan saja. Kan sekarang sudah ada banyak pilihan yang tidak membuat dia semakin berat. Tunggu kami ya...

menu lunch favorit 



yeay...dapet voucher



Rabu, 25 Januari 2017

Happy First Flight, Nduk...

19.26 1 Comments
Nabila menyampaikan sebuah kabar gembira.
“Ummi, aku dan timku lolos seleksi lomba, dan harus ikut acara semi final di Palembang.”
Deg, ke Palembang? Ada apa ini?
Ternyata si sulung saya itu ikut Business Plan Competition yang diadakan oleh Universitas Sriwijaya. Dia bersama dua temannya dari Fakultas Psikologi UGM membuat bussiness plan berjudul Luxlurik. Bisa ditebak kan, pasti dari bahan lurik, khas Jogja. Ternyata lurik dibikin sampul binder gitu. Bersama 12 finalis dari berbagai kampus se-Indonesia mereka diudang ke kampus UNSRI tanggal 27-31 Oktober 2016.

Jelang keberangkatan, dia heboh nanya ini itu. Saya kan tahu persis, dia nggak bakat bikin pernak pernik kayak Emaknya. Kalo soal desain-desain dia emang jago. Mungkin dia lagi bikin sampel binder, siapa tahu ntar di sana disuruh demo. Sampe stress dia.
“Andai Ummi di sini,hiks...”
Santai aja, Nduk, kan satu tim ada 3 orang. Pikirkan bertiga lah...

Soal akomodasi semua ditanggung oleh pihak pihak kampus, tepatnya dari Fakultas. Nabila dah ngitung-ngitung, habisnya tiga juta sekian, hampir empat juta lah. Anak satu itu emang kenceng banget pegang prinsip, nggak mau mark up dana. Sip, deh, berkarakter kayak Emaknya, ehem...ehem....* mendadak tenggorokan gatel. Sesuai peraturan, pihak kampus memberi separoh anggaran saat berangkat, sisanya dicairkan setelah pulang.

Hmmm...untung salah satu temannya ada dana 1 juta buat beli tiket pulang. Kalo nggak menang, Nabila dah wanti-wanti, pokoknya harus dikirimi uang buat ongkos pulang. Oke...oke, Nduk, apa sih yang enggak buat anak Ummi yang paling cuantik  ini.

Akhirnya, hari yang ditunggu datang juga. Ini adalah pertama kalinya Nabila naik pesawat. Oh ya, beberapa waktu sebelumnya, Nabila pernah bilang pengin bikin pasport. Hmm, saya jadi ingat tulisan Pak Renald Khasali berjudul “Pasport”. Keren banget Pak Dosen satu itu. Beliau mewajibkan semua mahasiswanya untuk membuat pasport dan menjelajah dunia. Nggak boleh ke negara yang berbahasa Melayu (Singapore dan Malaysia, maksudnya).

Dan hasilnya? Semua mahasiswanya pernah ke luar negeri semua, bahkan yang kiriman dari ortunya pas-pasan. Nggak usah tanya gimana caranya. Mahasiswa harus memikirkan sendiri solusinya. Keren...keren...! Makanya saya mendukung keinginan Nabila melanglang buana, menelusuri bumi Allah yang maha luasnya untuk membuka wawasan dan pikiran. Happy first flight, Nduk...Mudah-mudahan setelah ini ada penerbangan kedua, ketiga, dan kesekian ratus kalinya.


~ Oh,ya, alhamdulillah, tim Nabila dapat juara 3, mendapat uang saku 1,5 juta. Lumayan, buat ongkos balik Jogja, hihihi...

foto dulu sblm naik pesawat

foto minta dukungan

piala juara 3

Sabtu, 07 Januari 2017

Tujuh Resolusiku di Tahun 2017

09.44 3 Comments
Seperti tahun lalu, jelang tahun baru 2017 saya corat coret membuat rencana resolusi di tahun mendatang. Tapi ada yang spesial kali ini. Berhubung dua bulan terakhir ini saya gabung jadi reseller produk busana muslimah itu tuh *nggak usah sebut merk. Maka membuat rencana resolusi kali ini adalah PR alias tugas wajib yang harus dikerjakan semua reseller, marketer, maupun leader. Wow...

Ini dia Resolusi saya di tahun 2017:

1.      Resolusi Ibadah
~ sholat wajib tepat waktu
~ rutin sholat Dhuha dan tahajud
~ rutin tilawah usai sholat Maghrib dan Subuh
~ rutin puasa Senin Kamis
~ sedekah nasi bungkus setiap Jumat
~ Qurban
~ Umroh

2.      Resolusi Family
~ lebih perhatian sama suami, anak-anak, dan mertua
~ menemani si bungsu belajar setiap malam
~ lebih baik dalam manajemen waktu
~ memasak sendiri setiap hari
~ berhemat demi uang kuliah dan sekolah anak-anak

3.      Resolusi Sosial
~ lebih banyak sharing ilmu ketrampilan pada orang lain
~ lebih banyak sharing ilmu bisnis pada teman-teman grup
~ rajin datang di majelis ilmu

4.      Resolusi Binis
~ omzet bisnis 50 juta/ bulan
~ komisi 5 juta/bulan
~ tetap bisa menjalankan 2 usaha (profit dan passion sama pentingnya sih)

5.      Resolusi Kesehatan
~ olah raga 3 X seminggu
~ banyak makan sayur dan buah
~ banyak minum air putih
~ kurangi kopi
~ kurangi gorengan (ingat kolesterol, Buk)

6.      Resolusi Piknik
~ lihat pameran Inacraft di Jakarta
~ mengunjungi suami di Makassar

7.      Resolusi untuk Diri Sendiri
~ rutin ngisi blog
~ baca semua buku-buku yang sudah dibeli tapi belum dibaca
~ tampil rapi, wangi, dan rutin ngecat rambut seperti keinginan suami

Oh ya, soal angka-angka itu, awalnya saya ragu-ragu, tapi Marketer saya kasih semangat. Resolusi itu kan doa dan harapan; permintaan kita kepada Allah, Sang Maha Pemberi. Yang penting kita berdoa dan berusaha, soal hasil serahkan pada Allah saja.

Dan karena mimpi itu gratis maka bermimpilah setinggi mungkin. Kalo cuma bermimpi omzet satu juta per bulan, maka semangat, usaha, dan kerja keras kita hanya akan sebatas  satu juta saja. Coba kalau kita menetapkan ingin omzet 100 juta, maka kita akan berusaha mengejarnya. Kalau pun tidak tercapai 100 juta, dapat setengahnya masih 50 juta, seperempatnya 25 juta. Beda kalau cuma menetapkan omzet hanya satu juta, kan? Oke deh, Mbak Marketer yang keren dan powerfull, saya nurut deh.

Tapi jujur saja kalau ditanya apa yang paling ingin terwujud di tahun 2017, saya ingin bisa ibadah Umroh. Saya ingin menumpahkan segala beban pikiran saya di depan Ka’bah. Saya ingin berdoa dan memohon ampunan di sana. Dua tahun terakhir kehidupan saya naik turun tajam seperti naik jetcoaster. Mungkin itu teguran Allah buat saya yang banyak dosa ini. Semoga dengan saya tulis di blog, banyak yang mengaminkan doa dan harapan saya di tahun 2017. Aamiin...

di tempel di depan meja kerja biar semangat

tabungan buat Qurban


#Resolusiku2017





Selasa, 18 Oktober 2016

Karena Setiap Anak Terlahir Sempurna

04.09 3 Comments

Tidak ada produk Allah yang gagal. Segala sesuatu Allah ciptakan di dunia ini pasti ada maksud dan hikmahnya. Di mata manusia umumnya anak yang tidak seperti anak normal lainnya sering dibilang anak cacat atau istilah yang lebih halus anak berkebutuhan khusus (ABK). Banyak orang tua yang stress menghadapi kenyataan bahwa putra atau putrinya ABK.

Ini juga yang dialami oleh Amalia Wibowo, seorang CEO perusahaan periklanan, ketika mengetahui putra sulungnya, Aqil, mengalami disleksia. Apa itu disleksia? Gangguan otak yang membuat penderitanya susah mengenali huruf, angka, dan simbol. Tentu penderita disleksia susah membaca tulisan, bahkan ada yang ngomongnya terbolak-balik. Di mata orang awam, anak umur 8 tahun yang tidak lancar membaca, dianggap anak bodoh. Dan itu juga dialami Aqil, dicap bodoh oleh teman-teman sekelasnya, bahkan oleh kakeknya.

Cerita sehari-hari, perjuangan Amalia mendidik Aqil ditulis dalam buku berjudul Wonderful Life. Kisahnya menarik perhatian Rio Dewanto, aktor sekaligus suami Atiqah Hasiholan, dan mengangkatnya ke layar lebar dengan judul yang sama. Rio bertindak sebagai produser film, sementara Atiqah memerankan Amalia.

Film Wonderful Life menggambarkan perjuangan seorang single parent, CEO perusahaan periklanan, dalam menghadapi putra sulungnya yang mengalami disleksia. Demi kesembuhan sang putra Amalia rela cuti beberapa saat untuk berobat ke Jawa. Padahal di saat yang sama, perusahaan sedang ada proyek besar yang menuntut keberadaan Amalia. Di sinilah emosi penonton seperti diaduk-aduk.

Di akhir perjuangan mencari obat, Amalia sadar bahwa Aqil perlu banyak perhatian darinya dan sang Ibu harus berdamai dengan keadaan putranya. Kondisi Aqil berbeda, jadi tak usah dituntut untuk bisa seperti teman-teman sekelasnya. Akhirnya Aqil berhenti belajar di sekolah umum dan fokus belajar menggambar di rumah.

Menurut saya yang orang awam dan belum membaca buku Wonderful Life, ada plus minus dari film ini. Plusnya, penonton jadi tahu apa dan bagaimana anak disleksia itu. Film ini juga sarat adegan yang menyentuh dan adegan lucu. Hingga pas untuk hiburan dan edukasi keluarga. Minusnya, menurut saya kok banyak adegan yang absurd ya. Masak wanita cerdas, CEO perusahaan besar, mengobatkan anaknya yang disleksia ke orang pintar alias dukun.

Atau itu hanya sekedar variasi agar bisa lebih banyak adegan lucu yang bisa ditampilkan. Atau juga mewakili banyak orang Indonesia yang kadang tidak percaya dengan medis dan ingin mencari pengobatan alternatif. Entahlah...

Film ini juga semakin membuat saya yakin bahwa Allah menciptakan setiap anak manusia itu dalam kondisi paling sempurna. Setiap anak diberi paket komplit, punya kelebihan dan punya kekurangan. Contohnya Aqil yang mengalami disleksia punya kelebihan dalam bidang menggambar. Dan karena kecerdasan masing-masing orang berbeda, maka janganlah nilai akademis di sekolah yang jadi patokan seorang anak itu pintar atau tidak pintar. Ada 7 macam kecerdasan yang dimiliki setiap anak. Jadi kalau nilai raportnya biasa saja, santai saja. Pasti dia punya kelebihan selain di bidang akademik.


Bagi yang belum nonton, buruan nonton deh...Saya aja udah nonton, hehehe...rame-rame, lagi. Inilah enaknya punya teman blogger. Ada yang ngajak nobar di pemutaran perdana film ini tanggal 13 Oktober 2016 lalu. Serentak di beberapa kota di Indonesia loh. Saya sih nontonnya di Cinema XXI Mall Ciputra Semarang bareng teman-teman Blogger Gandjel Rel.




sama Nyi PD, blogger Kendal

foto sebelum bubar

Jumat, 14 Oktober 2016

Ada Yang Keluar Rumah Nih...

23.56 2 Comments
Teka-teki firasat ular masuk rumah terjawab sudah. Akhirnya, berita baik itu datang juga. Fawwaz keterima ujian mandiri di Unnes. Wow...Nabila aja speechless, nggak percaya, trus jingkrak-jingkrang. Alhamdulillah, ini adalah berita luar biasa buat keluarga kami. Karena ya...gitu deh. Intinya guru-guru sekolah Fawwaz sejak SD sampai SMA semua sudah mengibarkan bendera putih menghadapi “kenakalan” bocah satu ini. Ceritanya di-keep dulu deh, entar kalo dia sudah sukses baru saya ceritakan semuanya.

Oh ya, sebenarnya Fawwaz ketrima ujian SBMPTN meski pilihan ketiga. Tapi setelah bersemedi 3 hari 3 malam, Bapaknya mantap melepas kesempatan itu. Kenapa eh kenapa? Karena eh karena dia milihnya asal-asalan. Mosok nggak pinter ngomong gitu mau kuliah di jurusan Ilmu Politik, di UIN Walisongo lagi. Bukan apa-apa, Bapaknya mikir mau jadi apa nanti setelah lulus.

Ya sudah, sambil nunggu hasil ujian mandiri, Fawwaz ndaftar di Unisula jurusan Psikologi. Hehehe...si Bapak maksa banget, untung anaknya nurut. Sistem ujian di Unisula itu one day service, hari itu datang, ndaftar, ujian, nunggu bentar trus ketahuan hasilnya. Kayaknya 99 % yang ndaftar keterima deh, hehehe...


Alhamdulillah, ya Allah, anak istimewa saya akhirnya kuliah di Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olah Raga Universitas Negeri Semarang * sujud syukur. Selamat jadi mahasiswa, Anak Lanangku. Sudah saatnya kami melepasmu, Nak. Harus mulai mandiri, menata hidup lebih teratur, dan menjadi pribadi lebih baik. Doa Emakmu ini selalu menyertai setiap langkahmu.



Jumat, 05 Agustus 2016

Siapa yang Akan Pindah?

09.05 0 Comments
Hari ini, Kamis, malam Jumat Kliwon ada ular masuk rumah. Sebenarnya sejak pagi saya sudah merasa. Ketika mencuci piring ada suara krusak krusuk tas kresek tergesek sesuatu di bawah rak piring. Ketika saya intip, eh ada kepala nongol dikit. Saya panggil Fawwaz yang lagi asyik menikmati mimpi.
“Le, bangun bentar, kayaknya ada ular di bawah rak piring.”
Waktu dicari-cari anak lanang, binantang misterius itu ngumpet.
“Paling cuma kadal, Mak.”
Dia pun melanjutkan lagi mimpinya, jiah...

Siang hari tetangga ngasih tau kalau tadi pagi melihat ada ular di bawah mobil kami. Hmm, saya cuma manggut-manggut mendengar info dari beliau. Padahal dalam hati juga mulai deg-degan, berarti benar dugaan saya, ada ular masuk rumah. Berarti yang tadi pagi krusak-krusuk itu....ular.

Sore harinya saat masak di dapur, tiba-tiba Nabila teriak-teriak manggil adiknya.
“Dik...dik...turun sini, kayaknya ada ular masuk kamar Ummi. Tadi aku lihat ekornya.”
Fawwaz pun turun dari kamarnya. Dengan sigap menyiapkan sapu dan senter. Dan benar saja, saat diterangi lampu senter, ular itu jalan-jalan di kolong tempat tidur saya. Nggak butuh lama, ular bisa digiring ke depan rumah. Palu pun disiapkan untuk memukul kepala si ular. Thok...thok...thok...dalam hitungan detik, ular tewas di tangan anak saya.

Ah, jadi ingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Saat rumah ini baru setengah jadi, ada ular masuk lewat pintu dapur. Kata Pak Min, tukang bakso yang kerja di rumah kami, ular itu membawa pertanda. Bahwa akan ada orang yang pindah di rumah ini. Dan nggak lama setelah kejadian itu suami dapat Skep mutasi dari Kalijati, Subang ke Jogja.

Trus, ular kali pertanda apa ya? Siapa yang akan pindah? Saat ini ada 3 orang di rumah yang ada kemungkinan pindah. Pertama si Bebeb ganteng yang sejak Mei dinas di Makassar. Bisa aja beliau pindah ke Jawa. Kedua, Nabila yang lagi nunggu hasil tes beasiswa ke negeri sakura. Ketiga, Fawwaz yang lagi nunggu pengumuman ujian mandiri Unnes. Kalo ini mah cuma pindah dari rumah ke Gunung Pati, Semarang, karena kudu ngekost, hehehe...

Ular masuk rumah hanyalah firasat atau pertanda bagi orang yang tahu dan percaya. Apa pun itu saya hanya bisa berdoa yang terbaik untuk keluarga ini. Manusia boleh punya banyak keinginan, tapi Allah yang paling tahu mana yang terbaik untuk ummat-Nya. Semoga dalam waktu dekat Allah tunjukkan semua itu.


Jumat, 29 Juli 2016

Kisah di Balik Foto Lama

10.07 0 Comments
Awal tahun saya bikin resolusi  mau rajin ngeblog. Qodarullah, sebulan kemudian tiba-tiba PC sekarat dan akhirnya saya pensiunkan. Ditambah kesibukan saya sebagai pengangguran yang luar biasa padat. Dilanjut 2 bulan lalu foto-foto di hape ke-delete. Maka sempurna sudah alasan saya untuk nggak nulis di blog.


Karena kasihan melihat istrinya tiap hari bermuram durja akibat nggak ada komputer, maka si Bebeb pun beliin saya laptop seken yang masih layak pakai. Hari ini, saya pindahin foto-foto lama dari penyimpan data yang selama ini dibawa Nabila ke Jogja. Hmm...tiba-tiba kok pengin nulis tentang kehidupan saya di Jakarta dulu yang penuh liku-liku dan mengharu biru * halah. Foto memang menyimpan banyak cerita. Rasanya nggak tahan pengin berbagi cerita. Bismillah, semangat...semangat...semangat...

Jadi begini, terutama bagi yang baru kenal saya, tahun 2009 saya memutuskan pensiun dini dari BUMN tempat saya menghabiskan waktu selama 17 tahun. Saya pun hijrah dari Kendal ke Jakarta. Semuanya berubah, ya...harus berubah. Saya yang biasanya ngantor nine to five sekarang jadi Upik Abu yang kerjaannya berkutat di seputar dapur, sumur, dan kasur. Nggak papa lah, lha wong niatnya mau ngurus suami dan anak-anak, full 24 jam. Saya sempat diketawain teman dan saudara. Mereka ragu bisa nggak ya saya menjalani kehidupan sebagai full time mom.

Enam bulan ngendon di rumah, saya mulai jenuh. Mulailah browsing di internet nyari kegiatan yang cocok dengan passion, cie...Wah, melihat foto-foto ini saya jadi sadar kalo ternyata saya lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Ibu macam apa saya ini , plakk * tampar mesra pipi sendiri.


ketemu Mbak Helvi di acara sang adik

kopdar IIDB Jakarta yg pertama


syuting O Channel with WSC

launching buku 101 Perempuan Menulis

workshop travel writer with Teguh Sudarisman

kopdar IIDB di Sarinah Plaza

jadi model di Nova Ladies Fair

workshop bikin boneka with Ndandut Doll


kopdar komunitas IIHC

ke pabrik teh Sosro

kopdar Komunitas Caem Nobar

ketemu Artika dan Baim

di acara milad Teh Pipit Senja

workshop nulis with Bang Aswi dan Teh Indari

touch of blue di acara Downy

gabung di FLP Jakarta angkatan 17 
workshop nulis with Asma Nadia

workshop nulis with Boim Lebon

maen ke goa (alm) Oom Pepeng

rumah baca Asma Nadia, Depok

Foto-foto di atas cuma sebagian saja. Wuih kebayang kan rempongnya saya. Oh ya, hanya bertahan 4,5 tahun saya hidup di rimba ibukota. Saya melambaikan bendera putih dan balik lagi tinggal di kampung. Nggak usah tanya alasannya. Adaaa deh. Banyak orang yang (lagi-lagi) menyesalkan keputusan saya dan ada yang bodoh-bodohin saya.

Saya jawab semua itu dengan senyuman. Asal tahu saja, saya tidak pernah menyesali apa yang sudah terjadi. Rasulullah saja mengajarkan umatnya untuk hijrah, berkelana, atau travelling. Banyak pelajaran berharga yang kita dapatkan selama tinggal di tempat lain. Tambah saudara iya, tambah ngerti banyak budaya iya, tambah terbuka pikirannya juga iya. Coba perhatikan teman atau saudara kita yang pernah tinggal di luar negeri. Pasti lebih open mind.

Syukur alhamdulillah selama tinggal di Jakarta saya bertemu dengan banyaaak orang hebat. Dari merekalah saya belajar tentang hidup dan kehidupan. Sekarang saya tinggal ATM buah pikiran mereka. Sampai detik ini saya masih berhubungan dengan para mentor saya itu via media sosial. So, mari kita jelang usia 50 tahun dengan hidup lebih tenang dan lebih bisa memberi manfaat untuk orang lain. Semangat pagi!