Tahun 2010
Setahun setelah memutuskan resign
dari pegawai kantoran, saya mulai melirik dunia tulis menulis. Entah, siapa
yang menggerakkan hati saya. Yang pasti ini sudah skenario-Nya. Jujur, sejak
kecil saya nggak suka atau mahir dalam urusan karang mengarang alias tulis
menulis. Saya tertarik untuk belajar menulis setelah membaca tulisan beberapa
penulis terkenal.
Banyak quotes menarik tentang
menulis yang saya dapatkan hasil membaca sana sini. Diantaranya, “Orang boleh
pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam
masyarakat dan dari sejarah” (Pramoedya Ananta Toer) dan “Tulisan itu rekam jejak. Sekali
dipublikasikan, tak akan bisa kau tarik. Tulislah hal-hal berarti yg tak akan
pernah kau sesali kemudian" (Helvi Tiana Rosa). Kata-kata itulah yang mendorong saya segera mencari info tentang pelatihan menulis.
Singkat cerita, suatu hari saya
membaca pengumuman tentang pelatihan menulis untuk para ibu di FB milik Mbak Indari Mastuti. Saya
langsung mendaftar. Acara yang diadakan di Rabbani Kerudung Rawamangun itu
berlangsung seru. Bang Aswi mengajari kami proses menulis dari awal. Di sini saya
bertemu dengan ibu-ibu dengan berbagai profesi. Di sini pula saya bertemu
dengan Mbak Indari Mastuti, pemilik agen naskah Indscript Creative. Beliau, yang saat itu
sedang hamil muda, memberi info tentang apa itu agen naskah.
Usai acara itu, kami diberi selembar
kertas yang berisi pertanyaan diantaranya buku apa yang ingin kami tulis. What?
Belajar saja baru sekali ini, masak sudah mau nulis buku. Sampai detik ini
kertas itu saya biarkan kosong dan kini entah di mana keberadaannya. Saya malah
tertarik dengan nama grup yang didirikan Mbak Indari, Ibu-ibu Doyan Nulis. Lucu
banget sih istilahnya, doyan nulis, hihihi...
Semua peserta pelatihan dimasukkan
ke Grup IIDN. Dan sejak itulah saya bergabung dengan IIDN. Sebagai orang yang
benar-benar memulai belajar nulis dari nol, saya hanya aktif jadi pengamat. Saya
masih malu-malu, belum percaya diri walau sekedar menulis komentar. Tapi
diam-diam saya mulai mengikuti audisi antologi yang banyak diadakan oleh teman
atau grup di FB. Asal tahu saja, saya hanya mampu menulis sebanyak 3 lembar A4
saja. Lebih dari itu, saya akan mengibarkan bendera putih alias menyerah.
Tahun 2011
Suatu hari saya baca info di grup
bahwa IIDN akan membuka stand di acaranya Tabloid NOVA, yaitu Pasar Nova.
Dengan sedikit merayu suami, diantarkanlah saya ke Senayan untuk bertemu dengan
ibu-ibu anggota IIDN lainnya. Untuk kedua kalinya saya bertemu dengan Mbak
Indari Mastuti, dan pertama kali bertemu dengan markom IIDN, Teh Lygia Nostalina. Senang rasanya ketemu ibu-ibu yang selain sibuk mengurus anak, juga
senang menulis. Semangat untuk menulis selalu timbul bila bertemu dengan
mereka.
Yang membuat hati saya tambah
berbunga-bunga saat suatu hari teman saya bilang, “Mbak, saya kayaknya lihat
wajah Mbak ada di majalah Aulia.” Benarkah? Esoknya saya langsung beli majalah
itu dan benar, foto saya dan ibu-ibu anggota IIDN saat di Pasar Nova tampil di
sana. Sampai sekarang majalah itu selalu saya jaga dan simpan rapi. Norak? Biar
saja, itu kan pertama kali wajah saya muncul di media massa, hehehe...
Tahun 2012
Tahun demi tahun, ternyata IIDN
berkembang sangat pesat. Terutama sejak Bu Direktur IIDN menang di berbagai
kompetisi seperti Perempuan Inspiratif NOVA 2010, Wirausaha Muda Mandiri 2011,
dan Perempuan Wirausaha Kartini Award 2012. Jumlah anggotanya yang semakin
banyak, membuat IIDN Pusat membentuk korwil di dalam dan luar negeri. Mbak
Indari Mastuti, Indscript Creative, dan IIDN semakin dikenal. Undangan
menghadiri berbagai acara pun berdatangan.
Kami
yang tergabung di IIDN Jabodetabek ikut kecipratan dampaknya. Hampir
setiap bulan ada saja undangan dari media massa atau perusahaan ternama untuk
menghadiri acara yang mereka adakan. Dan acara yang sempat saya ikuti adalah
adalah seminar kesehatan yang diadakan Majalah Good Housekeeping dan acara
Nova Ladies Fair 2012.
Acara
terakhir inilah yang meninggalkan kesan paling mendalam di hati saya. Kenapa? Pertama, karena saya bertemu dengan banyak perempuan dari berbagai komunitas di Indonesia. Kedua, karena untuk pertama kali dalam hidup ini, saya menjadi peragawati. Ya, saya
ikut berpartisipasi di sesi fashion show on the street dan juga ikut flashmob
nari ala Gangnam Style. Dalam dunia nyata mana ada peragawati tubuhnya semampai
alias semeter nggak nyampai kayak saya? Hehehe...
Berkat
IIDN pula saya bisa bertemu dengan Oom Pepeng. Ya, tanggal 14 Oktober, IIDN
mengunjungi Oom Pepeng di rumahnya. Banyak pelajaran yang saya petik dari
kunjungan itu. Dalam kondisi sakit yang belum ada obatnya itu, Oom Pepeng tetap
tegar menjalani hidup. Beliau bahkan melakukan kegiatan sosial untuk membangun
gedung sekolah yang rusak di negeri ini. Subhanallah!
Tahun 2013
Nggak
rugi deh gabung di IIDN. Seru abis pokoknya. Selain kesempatan langka
seperti saya sebut di atas, saya dapat banyak ilmu tentang kepenulisan,
parenting, design, crafting, dan ilmu lainnya. Semuanya free alias gratis. Para
ibu yang punya kemampuan lebih nggak pelit sharing ilmu pada ibu-ibu lainnya
lewat kelas online yang terjadwal rapi setiap hari.
Walau
termasuk anggota lama, tapi belum satu buku solo pun yang saya hasilkan. Bahkan
audisi antologi yang diadakan IIDN, tak satu pun tulisan saya yang lolos.
Kadang saya iri melihat teman-teman yang baru gabung tapi bisa langsung punya
buku solo atau tulisannya muncul di berbagai media. Tapi saya harus sadar diri,
kebanyakan mereka sudah mulai menulis sejak muda bahkan sejak kecil. Sedang
saya? Baru memulai di usia menjelang kepala empat. Menulis itu bukan bakat tapi
perlu ketrampilan. Untuk bisa menjadi trampil harus terus berlatih dan
berlatih. Sampai saat ini saya masih terus menulis, menulis, dan menulis. Tiga
hal yang harus dilakukan agar bisa jadi penulis hebat.
Sejak mengikuti pelatihan
writerpreneur online di IIDN, pikiran saya semakin terbuka. Berbagai ide mulai
bermunculan. Semoga tahun ini keinginan saya untuk bisa memiliki buku karya
sendiri, bisa terwujud. Tolong diaminkan ya, Saudara-saudara. Saya ingin
meninggalkan rekam jejak saya untuk anak cucu berupa karya tulisan alias buku. Terakhir saya kasih pantun deh...
Jalan-jalan ke Kalijati, jangan lupa membeli roti
Dari semua grup yang saya ikuti, hanya IIDN yang paling pas di hati
(hehehe..ini ciyus loh)
keren, seumur-umur di IIDN saya belum pernah kopdaran, ikut acara, dan ketemu Mba Indari..beruntunglah Anda
BalasHapuswihhh... asik memang bisa join IIDN ya, mbak... banyak sekali manfa'atnya.. enelann!!!
BalasHapus