Ada urusan ke ITB tapi nggak punya saudara di Bandung?
Gampang...datang aja ke masjid Salman. Itu usul dari sopir taksi yang
mengantarkan saya dari stasiun Bandung ke kampus ITB. Seakan tahu apa yang ada
dalam pikiran saya pagi itu. Ya, saya memang sedang bingung. Saya harus
mengantar anak saya ujian menggambar di ITB, sementara saya buta sama sekali
dengan kota Bandung.
Benar juga saran pak sopir. Saya bisa numpang mandi, minum
kopi dan teh hangat gratis, nge-charge hape, sholat, bahkan tiduran di masjid
Salman. Petugasnya baik, nggak pernah marahin kita. Mungkin tahu banyak
pendatang dari seluruh penjuru tanah air. Tentunya lelah setelah menempuh
perjalanan panjang. Jadi saat ada jamaah ibu-ibu yang ketiduran dibiarkan saja,
termasuk saya, hehehe...
tampak depan |
Mau cari makanan? Gampang, di sepanjang jalan Ganesha banyak
orang gelar lapak. Untuk sarapan pagi kita bisa pilih lontong kari, nasi uduk,
atau bubur ayam. Nanti saat siang sampai malam, bisa kita temui aneka makanan
enak dan murah. Mulai dari siomay, cilok, susu dan yogurt aneka rasa, aneka
penyetan, burger, bakmie, dan lainnya. Tuh kan sampai ngiler saya
membayangkannya. Udaranya juga sejuk sih, bikin cepet lapar. Bandung emang
surganya makanan. Tinggal nyiapin duit aja pokokna mah.
Beberapa saat menjelang Dzuhur, ada sebuah pengumuman, bahwa
adzan akan dikumandangkan 5 menit lagi. Bagi jamaah yang berada di seputar
masjid Salman agar segera menghentikan aktivitasnya dan bersiap-siap sholat
berjamaah. Jamaah perempuan dipersilakan pindah ke aula yang letaknya di atas
kamar mandi perempuan. Sementara lantai 1 masjid digunakan untuk jamaah
laki-laki.
tulisan di sepanjang teras |
Saya yang masih terkantuk-kantuk segera mengambil air wudhu,
meminjam mukena di dekat kamar mandi yang dikoordinir dengan rapi. Ada ibu agak
sepuh yang tadi saya lihat membersihkan kamar mandi. Beliau terlihat sibuk
mengatur jamaah perempuan agar shafnya rapi dan tak ada celah. Uniknya, jamaah
perempuan diatur dari barisan paling belakang. Jadi yang datang telat harus di
shaf depannya. Benar-benar pemandangan yang baru saya lihat sekali ini. Demi
mengatur shaf, si ibu sepuh tadi rela nggak ikut sholat jamaah.
Subhanallah...syahdu sekali suasana sholat Dzuhur berjamaah
siang itu. Lantai 1 masjid dipenuhi jamaah laki-laki, sementara aula dipenuhi
jamaah perempuan. Shaf tertata rapi, tak ada celah tempat masuknya setan di
antara jamaah satu dengan yang lainnya. Belum pernah saya lihat kondisi seperti
ini di masjid yang saya datangi sebelumnya. Apa karena memang saya jarang
mengunjungi masjid-masjid ya?
Segera saya lipat mukena pinjaman tadi, diikat karet, lalu
dikembalikan ke tempat peminjaman tadi. Anak saya harus segera ikut ujian
menggambar di aula timur kampus. Usai mengantarkan anak berangkat tes, saya
duduk di teras masjid, menunggu. Sejak jam 7 pagi, beranda masjid dipenuhi berbagai
aktivitas. Ada yang setor hafalan Al Quran pada gurunya, ada yang tadarus, ada
yang mengerjakan tugas, ada yang melingkar berdiskusi, ada yang ngelesi
muridnya. Yang jahit-jahit kain flanel juga ada * siapa ya?
teras masjid |
jait2 juga ibadah loh |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar