Senin, 30 Juni 2014

Antara Aku, Kain Flanel, dan Keluarga

Sejak memutuskan pensiun dini dari sebuah BUMN, saya mulai mencari kesibukan di rumah. Soal hobi? Hmm…sepertinya saya nggak punya. Maksud saya, dulu waktu masih kerja, waktu dan pikiran habis untuk memikirkan pekerjaan * jiah…kayak yang punya perusahaan aja. Akhir pekan, paling hanya ngurus anak dan baca majalah atau buku.

Nah, setelah punya banyak waktu di rumah, saya mulai ikut pelatihan menulis. Saya juga mulai iseng-iseng membuat kerajinan dari bahan kain flanel. Kalau yang terakhir ini, modalnya cuma bisa tusuk feston (pelajaran waktu SMP) dan browsing sana sini. Maka sejak tahun 2010, saya punya dua hobi baru, yaitu menulis dan membuat kerajinan dari kain flanel. Kalau disuruh milih mana yang paling menyenangkan? Jawabannya adalah: dua-duanya.

Ngomong-ngomong soal kerajinan flanel, saya memang memulainya secara iseng-iseng. Beli kain 24 warna di sebuah online shop, trus bingung mau diapain. Hasil tanya-tanya Mbah Google…akhirnya kres…kres…kres… Abrakadabra! Jadilah aneka gantungan kunci dan kaleng tempat pensil. Karya perdana saya itu laku terjual. Yang beli teman-teman sekolah Nabila, putri sulung saya. Beruntung saya punya anak yang nggak malu jualan di kelas.

Suami yang kadang suka protes. Bukan nggak suka dengan hobi saya itu, tapi nggak suka dengan kebiasaan saya menyimpan peralatan “perang” di kamar tidur. Maklum lah namanya juga rumah dinas tentara, mana ada yang luas. Kecuali rumah dinas para Jendral, kali, hehehe…

Syukur alhamdulillah, akhirnya kami pulang kampung dan menempati rumah sendiri. Saya meminta suami agar diberi satu kamar khusus untuk “kantor” saya. Di ruangan seluas 3 x 3 meter inilah saya menyimpan koleksi buku-buku dan peralatan menjahit saya. Di sana pula saya menghabiskan waktu setiap hari. Kadang asyik di depan komputer, kadang asyik menjahit kain flanel. Saya dan ketiga anak saya biasa ngobrol di ruangan itu, bahkan sampai larut malam.

Sejak menempati “kantor” baru, saya mulai membuat boneka flanel. Berhari-hari saya membuat beraneka macam boneka anak-anak. Niatnya sih buat stok, siapa tahu ada yang ngajakin bazar, gitu * hehehe…mimpi boleh, kan. Apa daya, baru diupload di Facebook, sudah ada yang beli. Begitu juga dengan saudara dan teman-teman lama. Saat main ke rumah, begitu tahu saya bikin boneka flanel, langsung main ambil aja, “Sini, aku jualin bonekanya.” Alhamdulillah, ternyata laku. Menjelang bulan Ramadhan, saya sudah membuat toples flanel untuk persiapan Lebaran.

salah satu sisi ruang kerja saya

 Meski hobi ini mulai menghasilkan uang, saya belum ingin menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian. Suami selalu mengingatkan, bahwa saya dulu resign karena ingin konsen mengurus keluarga. Jadi, saat suami atau anak-anak membutuhkan, saya harus selalu siap untuk mereka. Itulah sebabnya, kalau ada yang minta dibuatkan boneka, saya minta pengertian mereka, “Sabar, ya, nanti kalau sudah jadi dikabari.”

sebagian hasil kreasi saya

 Bagaimana pun, bagi saya urusan keluarga tetap nomor satu. Mini “kantor” ini adalah bukti cinta suami dan anak-anak pada saya. Artinya mereka mengijinkan saya tetap melakoni hobi saya. Dan saya harus membalas cinta mereka dengan cara mengutamakan mereka dibanding hobi saya. Walau kadang ketika sibuk mengutak-atik flanel atau dikejar deadline tulisan, tiba-tiba ada panggilan dari ke-4 bos saya itu, saya harus rela meninggalkan “dunia” saya yang mengasyikkan itu. Hiks… 

Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti "3rd Giveaway : Tanakita - Hobi dan Keluarga "

1 komentar:

  1. terima kasih untuk partisipasinya. Persyaratan sudah lengkap. Tercatat :)

    BalasHapus