Jumat, 20 Juni 2014

# ceritaku

Lima Jam Bersama Raeni

Siapa yang tak mengenal nama Raeni? Hhmm, ketahuan, pasti nggak pernah baca atau dengar berita dalam seminggu belakangan ini. Oke, bagi yang belum tahu, saya kasih sedikit bocoran tentang gadis manis 21 tahun itu. Raeni adalah mahasiswi Unnes (Universitas Negeri Semarang) yang diwisuda tanggal 10 Juni 2014 dengan IPK 3,96. Yang membuatnya jadi headline news, pada saat acara wisuda, lulusan terbaik Unnes itu, datang diantar sang ayah dengan mengendarai becak.

ini foto di sebuah media

Ya, Pak Mugiyono, ayah Raeni memang berprofesi sebagai tukang becak sejak tahun 2010. Malam harinya beliau menjadi penjaga malam di SMKN 1 Kendal, di mana Raeni pernah menuntut ilmu di sana. Sebelumnya, Pak Mugiyono, bekerja sebagai karyawan PT.KLI (Kayu Lapis Indonesia). Demi membeli laptop yang merupakan kebutuhan utama anaknya, beliau memutuskan mengundurkan diri agar dapat uang pesangon.

Raeni sendiri masuk ke Unnes dengan program Bidikmisi, di mana biaya kuliah selama 8 semester ditanggung pemerintah. Tentu Pak Mugiyono harus tetap memikirkan biaya makan dan bayar kos untuk putri bungsunya itu. Alhamdulillah, Raeni adalah tipe anak yang tekun, aktif, dan punya prinsip hidup yang kuat. Dia pun mampu menyelesaikan kuliahnya selama 3 tahun 6 bulan 10 hari.

Saat pertama kali membaca berita itu, perasaan takjub dan terharu langsung menyergap diri saya. Sebagai ibu dari 3 anak, saya dapat merasakan betapa bangganya orang tua Raeni. Anak yang dididik dan diasuh dengan kondisi ekonomi yang bisa dibilang pas-pasan, bisa mendapat predikat Wisudawan Terbaik Unnes Tahun 2014. Apalagi saat tahu, dia tinggal di Desa Langenharjo yang notabene masih satu satu desa dengan saya, membuat saya ingin bertemu dengan dia.

Saya ungkapkan keinginan saya itu pada Nabila, putri saya. Dia malah nanya,” Ummi kenapa sih pengin ketemu Mbak Raeni?” Jujur, saya ingin sekali membuat tulisan tentang dia, sekaligus berfoto dengannya. Hari gini, nulis tanpa disertai foto = hoax * itu kata teman-teman saya loh. Sebagai sesama warga Kendal, saya bangga dengan prestasinya di tengah berbagai masalah yang terjadi di daerah saya ini. Ya, banyak yang bilang Kendal miskin prestasi, hanya kaya sensasi. Dan kehadiran Raeni, setidaknya mematahkan anggapan itu.

Subhanallah, tak pernah saya duga, keinginan itu akhirnya terwujud. Hari Minggu pagi, 15 Juni, tiba-tiba Raeni muncul di rumah saya. Hari itu, ada acara penanaman pohon mangrove dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Desa Kartika Jaya, Patebon, Kendal. Paguyuban Keluarga Kendal (Pakken) meminta suami saya, Raeni dan Mas Haris (seorang mahasiswa IPB) untuk datang mewakili. Saya tak mau melewatkan kesempatan emas itu. Bersama dua anak saya, saya mengikuti perjalanan mereka. Dan inilah yang bisa saya tulis tentang Raeni, selama 5 jam kebersamaan itu.

Santun dan sederhana, itulah kesan pertama yang saya tangkap dari seorang Raeni. Dia juga ramah menyapa kedua anak saya dan tak canggung saat ngobrol berenam di dalam mobil maupun saat di tempat acara. Raeni sering memberi masukan pada Nabila yang masih galau dengan rencana kuliahnya. “Tulis semua keinginanmu. Saya terbiasa menulis mimpi-mimpi saya di kertas. Dan kemarin ketika saya buka lagi tulisan itu, saya terkejut, kok semua sesuai ya dengan apa yang saya tulis.” Bukan hanya ditulis, tentu harus diperjuangkan.

Raeni juga pesan sama Nabila, “Kalo sudah kuliah nanti, kamu harus aktif di berbagai kegiatan kampus. Banyak manfaatnya kalo kamu aktif ini itu. Di antaranya saat ingin mengajukan program beasiswa atau pertukaran pelajar ke luar negeri, pasti ditanyakan tentang aktifitas di luar kampus.” Raeni sendiri, selain sibuk kuliah, ternyata aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan dan rajin mengikuti berbagai lomba.

Raeni juga cerita kalau dia sudah beberapa kali mencoba mengirim aplikasi beasiswa S2 di dalam negeri. Semuanya ditolak, padahal nilai yang dia peroleh cukup tinggi. Itulah yang membuat dia akhirnya bilang ingin kuliah S2 ke Inggris, saat ditanya oleh wartawan seusai wisuda. Jawaban itu spontan, karena dia pikir di dalam negeri aja ditolak, ya mending sekalian aja kuliah di luar negeri.

Tentang Inggris, dia memang sudah lama tertarik dengan negara itu. Saat jadi asisten lab, dia dan dosennya sering add orang-orang di FB yang kuliah di Inggris. Membaca pengalaman mereka, membuat Raeni sering ngomong sama dosennya itu, “ Kapan ya, Bu, kita bisa kuliah di Inggris. Ayo ah kita berusaha.” Dan, insha Allah mimpi Raeni untuk kuliah di Inggris akan segera terwujud, karena pemerintah memberi perhatia khusus padanya.

Saat pihak Unnes meminta Raeni mengurus beasiswa ke Kemendiknas, Jakarta, keajaiban demi keajaiban datang. Tak disangka Pak SBY dan Bu Ani berkenan menemui Raeni di bandara Halim Perdanakusuma. Beliau juga menawarkan Beasiswa Presiden, di mana Raeni berhak kuliah di salah satu dari 50 universitas terbaik sedunia. Momen itu tentu sangat mengharukan dan membahagiakan buat Raeni dan keluarganya * lihat ekspresi sang Bapak di foto. Mereka benar-benar nggak nyangka bertemu Presiden dan beberapa menteri (termasuk Mendikbud, Muhammad Nuh). Sesuatu yang mungkin tak pernah dibayangkan orang awam seperti mereka.
saat bertemu Pak SBY dan Bu Ani

Selama 2 hari di Jakarta, Raeni nggak sempat jalan-jalan. Di luar Favehotel Gatot Subroto, tempat dia menginap, puluhan wartawan selalu siap memburunya. Dia sempat diundang ke studio Net.TV dan bertemu dengan beberapa artis ibu kota. Bahkan Arumi Bachsin, memberikan nomor hapenya, karena suaminya kuliah di Amrik. Siapa tahu nanti Raeni memilih kuliah di Amrik, Arumi siap membantu.

Saya bersyukur bisa bertemu dengan Raeni saat ini. Jadwalnya sangat padat. Banyak pihak yang ingin menemuinya, mulai stasiun TV, media cetak, perusahaan nasional, sampai tim sukses capres kedua kubu (wow, yang terakhir ini belum dia tanggapi). Kantor Depdikbud Kendal sendiri juga membuat agenda agar Raeni bisa bertemu dengan Ibu Bupati dan beberapa pejabat di Propinsi Jawa Tengah.

Belum lagi, pekan depan, Raeni harus ke Puspitek, Tangerang untuk mengikuti persiapan program pertukaran pelajar di Jepang selama 9 hari. Pengajuan program itu sudah lama dia ajukan, tapi baru di-acc beberapa bulan lalu.

Subhanallah, akhirnya, satu demi satu mimpi Raeni pergi ke luar negeri bisa terlaksana. Sebelumnya, Raeni pernah praktek mengajar di Malaysia selama beberapa bulan. Sebentar lagi ke Jepang. Dan setelah itu, mungkin Inggris. Raeni belum menentukan pilihan mau kuliah di negara mana dan di universitas mana. Yang pasti dia harus belajar bahasa Inggris lebih intensif lagi, karena nilai TOEFL-nya belum mencapai 500.

Selamat berjuang, Raeni. Jalan yang harus kau tempuh masih panjang. Semoga Allah memudahkan semua urusanmu, hingga tercapai cita-cita muliamu menjadi dosen. Walau sekarang sedang jadi pusat perhatian (dia nggak mau disebut selebritis, loh), tetap sederhana dan rendah hati, ya. Jangan lupa, bahagiakan kedua orang tuamu yang sudah bersusah payah mendidik dan membimbingmu.

Itulah catatan singkat saya. Belum banyak sih info yang bisa saya gali tentang dia, termasuk masa-masa kuliah yang tentu mangharu biru.  Tapi, lima jam bersama Raeni membuat saya semakin yakin, bahwa tak ada kesuksesan yang instan. Semua harus diperjuangkan dengan tetesan darah, keringat, dan air mata. Betul kata Pak SBY, “Siapa pun bisa berprestasi, dari kalangan yang punya atau pun yang kurang punya.” Dan Raeni sudah membuktikan itu.

di camp acara

Raeni, me, and Nabila

saat nanam mangrove

Raeni, Nabila, dan peserta lainnya








7 komentar:

  1. Terharu mbak, semoga kalau Reni sukses tetap rendah hati dan selalu bermanfaat buat orang lain dan bakti sama Orang tuanya.

    BalasHapus
  2. Subhanallah, terharuu...berita-berita seperti ini harus lebih banyak dishare, diumumkan, biar orang Indonesia lebih semangat meraih prestasi. makasih tulisannya ya mbaa...

    BalasHapus
  3. Makasih untuk ceritanya, Mbak. Saya perlihatkan kepada Thia agar lebih termotivasi bahwa cita-cita bisa dicapai dengan keyakinan dan usaha keras. Semoga Thia bisa mengikuti jejak Raeni. Aamiin. ^_^

    BalasHapus
  4. Santun dan smart... Sukses buatmu raeni...

    BalasHapus
  5. saluut, btw anak mba cicik ternyata udah gede yaa

    BalasHapus
  6. inspiratif banget, Mbak. Beruntung deh bisa ketemu Raeni. Saya kalau dapet kesempatan seperti itu kyknya pengen tanya banyak termasuk bertanya sama orang tuaya :)

    BalasHapus