Selasa, 12 Desember 2017

# jalan-jalan

Menikmati Makanan Tradisional di Tengah Kebun Karet

Waktu menunjukkan pukul 7 lebih. Jalanan dari Kaliwungu ke arah Boja lumayan lengang. Cuaca yang cerah pagi itu membuat perjalanan motoran kami terasa lebih asyik. Bisa menyaksikan pemandangan kiri kanan yang masih perawan dan udara yang sejuk segar.


Oh, ya, pagi itu empat perempuan perkasa niat banget mau ke Pasar Karetan, destinasi wisata yang baru diresmikan Bupati Kendal dan Kemenpar Semarang tanggal 5 November 2017. Lokasi wisata Radja Pendapa sebenarnya masih di wilayah Kendal, tepatnya Dusun Segrumung, Desa Meteseh, Kec. Boja. Tapi dikelola oleh Kemenpar Kota Semarang dibantu teman-teman GenPI.

Karena masih baru, petunjuk arah ke lokasi masih sederhana, berupa tampah dicat putih trus ditulisi, hihihi...Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di lokasi. Dari lapangan parkir mobil masih harus naik kereta mini melewati rumah penduduk menuju Pasar Karetan. Karena baru pertama kami nggak tau, ternyata ada penitipan motor yang dekat banget dengan TKP. Motor kami sudah terparkir di SD Meteseh 5 dengan uang parkir 2.000, standart lah.

Turun dari kereta mini, kita disuguhi pemandangan hutan karet, sebelum masuk loby. Dan begitu masuk ada tempat penukaran uang dengan girik. Jadi kalo mau menikmati makanan tradisional di dalam, kita pakai uang kayu dengan pecahan 2.500, 5.000, dan 10,000. Biar nggak tercecer, uangnya dimasukin ke dalam kantong belacu. Unik, ya?

dhuwit kayu dan wadhahnya




Kayaknya semua spot di sini instagramable, cucok banget buat foto-foto. Mulai dari pintu masuk sampai arena Pasar Karetan. Di dalam kita bisa menikmati sarapan pagi yang tradisional banget seperti  lontong pecel, gendar pecel, tahu gimbal, lontong opor,  bubur ayam, dan sego jagung. Sementara kalo pengin yang agak ringan ada aneka jenang (baca: bubur manis). Ada juga bakso yang mangkuknya bathok kelapa. Untuk minuman, bisa menikmati dawet atau minuman rempah yang wadahnya juga unik.

Karena anak-anak GenPI ikut mengelola, maka kami menyapa di tengah kesibukan mereka, seperti Agustina yang jadi bendahara, Zain yang hari itu jadi MC, dan yang lainnya. Dari salah satu dari mereka, yang bantu jualan pecel, kami dapat info kalo Pasar Karetan itu sangat membantu para pelaku UKM. Mereka tinggal menempati lapak yang sudah disediakan, tanpa uang sewa hanya dikenai fee 20%. Dari pengamatan kami, hampir semua dagangan yang digelar ludes, bahkan sebelum jam 11 saat penutupan.


aneka jenang

bakul pecelnya diajak ngobrol biar dikasih banyak



Oh, ya, tadi di pintu masuk, kami nukar uang 200 ribu. Maksudnya sekalian, biar nggak bolak-balik. Toh kalau sisa bisa diuangkan lagi. Dua dari kami makan lontong pecel yang dipatok 12.500/porsi, aneka gorengan seribuan. Trus es dawet, bubur, air mineral, dan singkong goreng. Ternyata masih sisa 100 ribu, lumayan irit nih emak-emak.

Puas makan-makan, jalan- jalan, tiduran di pendopo di tengah kolam, plus foto-foto, kami pun berniat pulang. Waktu menunjukkan pukul 11 lebih sedikit ketika MC menyatakan bahwa pasar akan ditutup. Eh, tapi ternyata anggota rombongan masih ada yang ngobrol saat ketemu temannya. Yaudah yang lain pun mencoba permainan tradisional dan foto-foto di panggung yang sudah kosong. Duh, tepok jidat tenan. Ayo, Mak, ingat anak-anak di rumah.

naik panggung tanpa penonton

nyoba maen bakiak

Hujan pun turun dengan derasnya. Semua menunggu di loby, ada juga yang nekat naik kereta mini menuju tempat parkir. Kita milih nunggu, maklum awak tuwo, bisa remuk kalo kehujanan. Akhirnya begitu hujan berhenti kita langsung cap cus. Sampai ketemu lagi ya, Mak, kapan-kapan kita jalan-jalan lagi.


4 komentar:

  1. Wah baru tahu kalo di Meteseh ada tempat wisata baru. Jadi keinget waktu masih kecil sering ke rumah saudara yang ada di Meteseh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya masih baru, jadi masih terawat, semoga bertahan lama

      Hapus
  2. Asyik banget suasananya, ada besek2 gitu yaa...cakeep banget..

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, semua berbau tradisional, semua penjual pake caping dan baju batik ato lurik. tempat makanan jg dari gerabah, rotan, dan batok kelapa

      Hapus