Sejak
memutuskan pensiun dini dari sebuah BUMN, saya mulai mencari kesibukan di
rumah. Soal hobi? Hmm…sepertinya saya nggak punya. Maksud saya, dulu waktu
masih kerja, waktu dan pikiran habis untuk memikirkan pekerjaan * jiah…kayak
yang punya perusahaan aja. Akhir pekan, paling hanya ngurus anak dan baca
majalah atau buku.
Nah,
setelah punya banyak waktu di rumah, saya mulai ikut pelatihan menulis. Saya
juga mulai iseng-iseng membuat kerajinan dari bahan kain flanel. Kalau yang
terakhir ini, modalnya cuma bisa tusuk feston (pelajaran waktu SMP) dan
browsing sana sini. Maka sejak tahun 2010, saya punya dua hobi baru, yaitu
menulis dan membuat kerajinan dari kain flanel. Kalau disuruh milih mana yang
paling menyenangkan? Jawabannya adalah: dua-duanya.
Ngomong-ngomong
soal kerajinan flanel, saya memang memulainya secara iseng-iseng. Beli kain 24
warna di sebuah online shop, trus bingung mau diapain. Hasil tanya-tanya Mbah
Google…akhirnya kres…kres…kres… Abrakadabra! Jadilah aneka gantungan kunci dan
kaleng tempat pensil. Karya perdana saya itu laku terjual. Yang beli
teman-teman sekolah Nabila, putri sulung saya. Beruntung saya punya anak yang
nggak malu jualan di kelas.
Suami
yang kadang suka protes. Bukan nggak suka dengan hobi saya itu, tapi nggak suka
dengan kebiasaan saya menyimpan peralatan “perang” di kamar tidur. Maklum lah
namanya juga rumah dinas tentara, mana ada yang luas. Kecuali rumah dinas para
Jendral, kali, hehehe…
Syukur
alhamdulillah, akhirnya kami pulang kampung dan menempati rumah sendiri. Saya
meminta suami agar diberi satu kamar khusus untuk “kantor” saya. Di ruangan
seluas 3 x 3 meter inilah saya menyimpan koleksi buku-buku dan peralatan
menjahit saya. Di sana pula saya menghabiskan waktu setiap hari. Kadang asyik
di depan komputer, kadang asyik menjahit kain flanel. Saya dan ketiga anak saya
biasa ngobrol di ruangan itu, bahkan sampai larut malam.
Sejak
menempati “kantor” baru, saya mulai membuat boneka flanel. Berhari-hari saya
membuat beraneka macam boneka anak-anak. Niatnya sih buat stok, siapa tahu ada
yang ngajakin bazar, gitu * hehehe…mimpi boleh, kan. Apa daya, baru diupload di
Facebook, sudah ada yang beli. Begitu juga dengan saudara dan teman-teman lama.
Saat main ke rumah, begitu tahu saya bikin boneka flanel, langsung main ambil
aja, “Sini, aku jualin bonekanya.” Alhamdulillah, ternyata laku. Menjelang
bulan Ramadhan, saya sudah membuat toples flanel untuk persiapan Lebaran.
salah satu sisi ruang kerja saya |
Meski
hobi ini mulai menghasilkan uang, saya belum ingin menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian. Suami selalu mengingatkan, bahwa saya dulu resign karena ingin konsen
mengurus keluarga. Jadi, saat suami atau anak-anak membutuhkan, saya harus
selalu siap untuk mereka. Itulah sebabnya, kalau ada yang minta dibuatkan boneka,
saya minta pengertian mereka, “Sabar, ya, nanti kalau sudah jadi dikabari.”
sebagian hasil kreasi saya |
Bagaimana
pun, bagi saya urusan keluarga tetap nomor satu. Mini “kantor” ini adalah bukti
cinta suami dan anak-anak pada saya. Artinya mereka mengijinkan saya tetap
melakoni hobi saya. Dan saya harus membalas cinta mereka dengan cara
mengutamakan mereka dibanding hobi saya. Walau kadang ketika sibuk mengutak-atik
flanel atau dikejar deadline tulisan, tiba-tiba ada panggilan dari ke-4 bos
saya itu, saya harus rela meninggalkan “dunia” saya yang mengasyikkan itu. Hiks…
Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti "3rd Giveaway : Tanakita - Hobi dan Keluarga "
terima kasih untuk partisipasinya. Persyaratan sudah lengkap. Tercatat :)
BalasHapus