Dalam rangka ultah IIDN ke-4, IIDN Semarang ngadain
acara yang judulnya keren. Yaitu One Day Trip to Solo. Tujuan utamanya
mengunjungi penerbit Tiga Serangkai di jalan Dr. Soepomo no.23 Solo. Nama
komunitasnya aja Ibu-ibu Doyan Nulis, pasti kalo ngadain acara harus yang ada
hubungannya dengan dunia kepenulisan. Cuma itu aja? Tentu tidak! Yang namanya
emak-emak, pasti nggak bisa dipisahkan dengan acara belanja-belanja dan wisata
kuliner * hayo…ngaku.
Setelah diumumkan dan ditunggu sampai batas akhir
pendaftaran, tercatat 30 orang yang mendaftar. Eh, 30 itu sudah termasuk
anak-anak loh. Saya ngajak Nabila, karena dia ngotot ikut. Maklum, sejak pindah
dari Jakarta, kita memang nggak pernah jalan-jalan. Oke lah, sebagai emak yang
baik, saya biarkan dia membolos sekolah demi jalan-jalan ke Solo *ups, bukan
contoh yang baik, ya, Saudara-saudara.
sambil nunggu bus, foto2 dulu |
Bus meninggalkan meeting point 1 alias masjid
Baiturrahman sekitar pukul 06.30, menuju rumah mak Fenti di Ngesrep. Dari
meeting point 2 inilah, bus melaju ke Solo. Di tengah perjalanan, selain
membagikan snack dan air mineral, panitia juga memberikan doorprize berupa aneka
buku dan voucher pada peserta yang berhasil menjawab pertanyaan. Ehm, saya
nggak dapat, gara-gara salah menyebut tanggal lahir IIDN. Harusnya 23 Mei, saya
jawab 24 Mei. Yaaah…cuma selisih 1 hari aja masak nggak boleh sih, Mak? *
dijitak panitia.
Sekitar jam 11.00, rombongan tiba di kantor Penerbit
Tiga Serangkai. Wow…ada tulisan selamat datang IIDN Semarang di pintu masuk * norak banget
sih saya. Melihat buku-buku yang dipajang di galeri, mata emak-emak langsung
ijo. Mas Verry Kurniawan, humas-nya TS, langsung mengalihkan perhatian
emak-emak yang mulai kalap itu, “ Belanjanya nanti saja, ya. Sekarang silakan
menuju lantai 4 dulu.” Ngos-ngosan juga ya…naik tangga. Untung sampai di atas
langsung disuguhi snack dan air mineral, ilang deh capeknya * tsaah.
Di ruang pertemuan, kami disambut oleh Mas Irfan Zaenudin,
Manajer Buku Umum TS, juga beberapa editor yang selama ini cuma saya kenal
namanya lewat FB seperti Mbak Windri dan Mbak Tiara. Dalam sambutannya, Mas Irfan menyampaikan sedikit sejarah berdirinya Tiga Serangkai. Bahwa sang
founder, Bapak Haji Abdullah Marzuki (alm) dan Ibu Hj. Siti Aminah, dulu adalah
guru SD. Berangkat dari keprihatinan tentang minimnya buku pelajaran, mereka
membuat materi pelajaran yang dicetak stensil dan ditawarkan ke sekolah-sekolah
lain. Ternyata, buku stensilan mereka itu mendapat respon positif.
TS yang didirikan tahun 1959, memang awalnya hanya
mencetak buku-buku pelajaran. Namun sejak tahun 2003, TS juga membuat buku
umum. Menjawab pertanyaan beberapa emak yang menanyakan buku yang paling laris
terbitan TS saat ini, Mas Irfan menjawab, buku-buku yang isinya kisah
inspiratif seperti kisah Pak Jokowi dan Pak Habibie. Kalau novel, novel sejarah
kayak karangan Pak Langit Kresna Hariadi yang judulnya Gajah Mada.
ini loh Pentalogi Gajah Mada yang fenomenal itu |
Oh, ya, di tengah acara seorang editor menyampaikan
naskah karya 3 emak-emak IIDN Semarang yang sudah mau naik cetak. Judul bukunya
Anakku, Tiket Surgaku, penulisnya….tara! Mak Uniek, Mak Aan, dan Mak Wuri.
Prok…prok…prok…, kapan ya giliran tulisan saya * halah, lha wong kirim aja
enggak. Kata Mas Irfan, “Mudah-mudahan setelah ini, ada lagi tulisan anggota
IIDN Semarang yang diterbitkan di sini.” Amin…amin…
Usai acara sambutan kedua belah pihak, dilanjut dengan
keliling kantor dan pabrik, melihat proses pembuatan dan pencetakan buku. Pertama
turun ke lantai 3, ruang di mana para editor bekerja. Kami diperbolehkan
melihat-lihat cara kerja mereka. Sebagian mas-mas editor kabur menghindar,
sebagian tak bisa pergi dari meja kerjanya karena sudah dikepung emak-emak,
hahaha…
gangguin mas editor lg kerja |
Puas ngerjain mbak dan mas editor, kami diajak mampir
ke ruang perpustakaan TS, masih di lantai 3. Beraneka buku dipajang di sini
sebagai bahan referensi, artinya bukan hanya terbitan TS saja. Ternyata di
salah satu ruangan, ada Pak LKH, sang penulis buku Gajah Mada yang fenomenal
itu. Sengaja beliau minta satu ruangan di TS untuk menulis agar lebih bisa konsentrasi
dan mudah setor naskah sama editornya. Padahal beliau bukan karyawan TS loh.
Itulah enaknya kalo udah terkenal. Tulisannya ditunggu-tunggu, minta tempat aja
disediakan * mupeng.
menyimak dgn serius |
Beliau tahu aja kalo emak-emak ini mau minta foto
bareng. Dengan ramahnya, beliau menuruti keinginan kami. Jadilah beliau seperti
harimau di sarang perawan, eh...lebih tepatnya kuning di antara lautan merah.
Hehehe…dress code kami hari itu kan merah, sementara beliau berkaus kuning.
foto bareng Pak LKH |
Setelah puas foto bareng Pak LKH, kami diajak turun ke
lantai 1 untuk melihat aneka mesin raksasa. Mas Verry menerangkan pada kami
semua proses pencetakan buku. Mulai dari proses mencetak naskah ke plat besar
sampai proses pengepakan buku yang sudah siap edar. Wuih…panasnya berada di
dalam sana.
Berhubung sudah menjelang jam 13, acara selanjutnya
ya…ishoma. Usai sholat di lantai 1, naik lagi ke lantai 4, hosh…hosh…hosh…Nasi
kotak pun dalam sekejap sudah berpindah tempat ke perut * laper sih. Keliling pabrik sudah,
makan siang sudah, trus…pamitan deh. Mak Dewi Dedew selaku kepala suku
memberikan plakat kepada pihak TS. Tak lupa foto-foto dulu dengan spanduk IIDN
Semarang yang baru. Ciiiis…
Turun lagi ke lantai 1 deh * capek nggak bacanya,
saya aja capek kok naik turun tangga mulu. Sebagian menyelesaikan urusan
keuangan di kasir, sebagian foto-foto di depan pintu masuk * teteup narsisnya
mah. Sampai banyak yang komen kalo IIDN itu cocoknya singkatan dari Ibu-ibu
Doyan Narsis, hihihi... Yuk, ah…lanjut destinasi berikutnya.
di pintu masuk TS |
Atas usul beberapa pihak yang nggak mau pulang
kemalaman, akhirnya diputuskan membatalkan beberapa rencana yaitu nonton
latihan nari di Pura Mangkunegaran dan makan malam di Galabo, depan PGS. Mak
Winda yang asli Solo, mengusulkan ke pusat batik Laweyan, beli oleh-oleh, sama
makan di Café Tiga Tjeret aja. Saya dan sebagian peserta yang nggak ngerti tentang
Solo, oke aja, hayuuuk…
Bus pun melaju ke daerah Laweyan. Terik matahari yang
sangat menyengat tak menghalangi niat emak-emak untuk melihat-lihat daerah
penghasil batik yang terkenal itu. Padahal letak kampung Laweyan agak masuk
dari jalan besar, bus nggak bisa masuk. Jadi, kami harus rela berjalan kaki
rame-rame. Mak Winda merekomendasikan Batik Putra Laweyan untuk kami singgahi.
Tempatnya emang enak dan adem. Sayang, harga batiknya muahaaal untuk ukuran
kantong saya. Ya, sesuai lah, itu kan baik tulis bukan batik cap. Yang buatan
tangan pasti harganya beda sama yang pabrikan. Sebagai crafter saya tahu itu *
halah.
numpang foto2 doang di depan galeri batik |
Setelah beristirahat sejenak, lanjut cari oleh-oleh. Cemilan
di toko itu nggak khas Solo semua, tapi yang pasti masih seputar Jawa Tengah
dan Yogya. Kayak bakpia, getuk Trio, dll. Saya ngambil intip yang disiram
kinca, khas Solo banget, buat oleh-oleh Mbak saya, dan bakpia untuk teman Nabila. Buat cemilan sendiri, saya
ngikut Mbak Aan yang ngambil kacang tanah goreng trus disambelin, apa ya namanya. Pokoknya itu
makanan jadul, waktu saya masih anak-anak.
aneka cemilan |
Selesai beli oleh-oleh, lanjut makan malam di Café
Tiga Tjeret * loh kan masih sore,kok makan malam. Wow…(nggak pake koprol tapi),
ini warung hik paling keren yang pernah saya temui. Beneran, pinter banget ownernya
mengemas hik jadi cozzy kayak gitu. Soal rasa mungkin sama saja dengan hik lainnya, tapi
kemasannya sungguh luar biasa. Yang membuat saya salut lagi, mereka
memanfaatkan barang bekas sebagai asesoris. Seperti kap lampu dari botol
plastik bekas dan hiasan dinding toilet dari bekas kemasan telur. Pokoknya,
kapan-kapan kalo ke Solo harus ngajak suami ke situ…harus!
makan sore menjelang malam |
Berhubung adzan Maghrib sudah berkumandang, kami pun
sholat Maghrib dulu di saung kecil di pojokan café. Setelah itu, barulah bus
melaju ke arah Semarang, mengantarkan kami pulang ke rumah masing-masing. Di
masjid Baiturrahman, rombongan terakhir diturunkan. Sungguh ini hari yang
menyenangkan buat saya. Bisa jalan-jalan bareng emak-emak IIDN, menambah ilmu
dan wawasan, juga melepas kepenatan. Habis ini kita mau jalan-jalan ke mana lagi, Mak? * mulai ketagihan.
Aihh laporannya lengkaaap, nuhun ya mbaak..salam sayang untuk Nabila, ayo jalan-jalan ke Ungaran nanti tante kasih buku Insya Allah...yuk jalan-jalan kemana lagi kitaaa..hihihi...
BalasHapusSeneng sekali baca tulisan Mb Cicik ini, kumpliit dan asyiiikk... Yuk kapan kita mbolos lagi *eh :)
BalasHapusmasih banyak yg mau saya tulis lagi mak Dew. Lebih detail ttg Cafe Tiga Tjeret, Pasar Triwindu, dan TS (mungkin). Eh...beneran boleh mampir ke rumah? Nabila liburan ngajak keliling Ungaran loh
BalasHapusasyik...dibaca dan dikomen mak Uniek * blogger dan model tingkat nasional gitu loh. makasih dah meluangkan waktu, mak
BalasHapusliputan keren... namaku disebut tiga kali *eh? :p
BalasHapusmak Aan kan emang keren
BalasHapus