Selasa, 16 Juni 2015

# jalan-jalan

Masjid Salman, Siang Itu

Ada urusan ke ITB tapi nggak punya saudara di Bandung? Gampang...datang aja ke masjid Salman. Itu usul dari sopir taksi yang mengantarkan saya dari stasiun Bandung ke kampus ITB. Seakan tahu apa yang ada dalam pikiran saya pagi itu. Ya, saya memang sedang bingung. Saya harus mengantar anak saya ujian menggambar di ITB, sementara saya buta sama sekali dengan kota Bandung.

Benar juga saran pak sopir. Saya bisa numpang mandi, minum kopi dan teh hangat gratis, nge-charge hape, sholat, bahkan tiduran di masjid Salman. Petugasnya baik, nggak pernah marahin kita. Mungkin tahu banyak pendatang dari seluruh penjuru tanah air. Tentunya lelah setelah menempuh perjalanan panjang. Jadi saat ada jamaah ibu-ibu yang ketiduran dibiarkan saja, termasuk saya, hehehe...


tampak depan


Mau cari makanan? Gampang, di sepanjang jalan Ganesha banyak orang gelar lapak. Untuk sarapan pagi kita bisa pilih lontong kari, nasi uduk, atau bubur ayam. Nanti saat siang sampai malam, bisa kita temui aneka makanan enak dan murah. Mulai dari siomay, cilok, susu dan yogurt aneka rasa, aneka penyetan, burger, bakmie, dan lainnya. Tuh kan sampai ngiler saya membayangkannya. Udaranya juga sejuk sih, bikin cepet lapar. Bandung emang surganya makanan. Tinggal nyiapin duit aja pokokna mah.

Beberapa saat menjelang Dzuhur, ada sebuah pengumuman, bahwa adzan akan dikumandangkan 5 menit lagi. Bagi jamaah yang berada di seputar masjid Salman agar segera menghentikan aktivitasnya dan bersiap-siap sholat berjamaah. Jamaah perempuan dipersilakan pindah ke aula yang letaknya di atas kamar mandi perempuan. Sementara lantai 1 masjid digunakan untuk jamaah laki-laki.

tulisan di sepanjang teras

Saya yang masih terkantuk-kantuk segera mengambil air wudhu, meminjam mukena di dekat kamar mandi yang dikoordinir dengan rapi. Ada ibu agak sepuh yang tadi saya lihat membersihkan kamar mandi. Beliau terlihat sibuk mengatur jamaah perempuan agar shafnya rapi dan tak ada celah. Uniknya, jamaah perempuan diatur dari barisan paling belakang. Jadi yang datang telat harus di shaf depannya. Benar-benar pemandangan yang baru saya lihat sekali ini. Demi mengatur shaf, si ibu sepuh tadi rela nggak ikut sholat jamaah.

Subhanallah...syahdu sekali suasana sholat Dzuhur berjamaah siang itu. Lantai 1 masjid dipenuhi jamaah laki-laki, sementara aula dipenuhi jamaah perempuan. Shaf tertata rapi, tak ada celah tempat masuknya setan di antara jamaah satu dengan yang lainnya. Belum pernah saya lihat kondisi seperti ini di masjid yang saya datangi sebelumnya. Apa karena memang saya jarang mengunjungi masjid-masjid ya?


Segera saya lipat mukena pinjaman tadi, diikat karet, lalu dikembalikan ke tempat peminjaman tadi. Anak saya harus segera ikut ujian menggambar di aula timur kampus. Usai mengantarkan anak berangkat tes, saya duduk di teras masjid, menunggu. Sejak jam 7 pagi, beranda masjid dipenuhi berbagai aktivitas. Ada yang setor hafalan Al Quran pada gurunya, ada yang tadarus, ada yang mengerjakan tugas, ada yang melingkar berdiskusi, ada yang ngelesi muridnya. Yang jahit-jahit kain flanel juga ada * siapa ya?
teras masjid

jait2 juga ibadah loh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar