Senin, 28 Januari 2013

# Sillaturrahim

Bedah Buku "The Secret of Biography"




Saat ada info bedah buku di FB Sang Biograf, saya langsung tertarik datang. Alasan utamanya, karena ada Pak Bambang Trim sebagai salah satu pembicara. Entah, saya pengin banget ketemu beliau. Bukan karena naksir orangnya. Tapi saya senang ketemu orang yang menyebut dirinya Komporis itu. Ya, orang yang senengnya ngomporin orang lain untuk menulis. Intinya saya suka pada orang yang membawa aura positif untuk orang di sekitarnya. Alasan lainnya, tentu ingin mendapat ilmu tentang menulis biografi. Sekarang kan lagi booming orang bikin biografi. Mulai dari tokoh politik, artis, sampai orang biasa pun banyak.

Dengan mengucap Bismillah, hari Sabtu, 26 Januari 2013, seusai sholat Dzuhur, saya langsung naik Trans Jakarta menuju ke Function Room, Gramedia Matraman. Acara bedah buku "The Secret of Biography: Rahasia Menulis Biografi ala Ramadhan KH" dibuka jam 13.00 lebih oleh MC dari pihak Gramedia. Pembicara pertama dari pihak penerbit Akademia, yang memberikan sambutan sangat singkat dan padat. Intinya bahwa pihak Akademia mau menerbitkan tulisan ini karena isinya layak digunakan sebagai pedoman untuk pembuatan biografi. Selanjutnya acara inti pun dimulai. Sang moderator, R. Masri Sarep Putra (dosen ilmu komunikasi UMN), mengawali pembicaraan dengan mengutip quotes dari Ramadahan KH (RKH) bahwa banyaklah membaca dan menulis. Kalau hanya menulis maka yang ada di kepala akan habis. Karena itu isilah dengan banyak membaca agar kepala selalu terisi dengan ilmu. Seperti kendi, yang bila dituang terus akan habis air di dalamnya.

Berikutnya, sang penulis buku, Zulfikar Fuad diberi waktu 15 menit untuk berbicara. Menuruf Pak Zul, buku ini dibuat sebagai rasa terima kasih pada RKH yang telah membagikan ilmu menulis biografi padanya. Pak Zul menceritakan bagaimana awal mula bisa bertemu langsung dengan RKH, juga tentang sosok RKH di matanya.

Waktu 15 menit rasanya hanya sebentar, demikian juga waktu yang diberikan untuk Pak Bambang Trim. Pak BT hanya bisa sedikit membagi ilmunya. Intinya bahwa penulis biografi harus berinteraksi langsung dengan sosok yang akan ditulisnya (istilah Pak BT : kalibrasi). Seperti pesan Pak RKH, menulislah apa adanya, menulislah dengan hati. Dan yang penting ada 3 tips untuk bisa menulis dengan baik : banyak baca, banyak jalan, dan banyak silaturrahim * super sekali Pak BT.

Pembicara berikutnya Pak Djadjat Sudradjat ( wartawan dan redaksi Media Grup). Beliau bercerita banyak tentang pertemanannya dengan RHK. Suka duka RKH saat menulis biografi Pak Harto (eh...banyak dukanya, ding). Tahu sendiri kan politik masa orde baru. Belum lagi soal honor yang nggak jelas, dipingpong sana sini sama Mbak Tutut. Menurutnya, RKH memang penulis biografi hebat, sangat mahir memindahkan ruang privat ke ruang publik. Bahkan biografi Inggit Garnasih, ada sebagian isinya menyimpang dari norma, tapi tak membuat pamor Pak Karno turun.

Kayaknya waktu untuk Pak Djadjat lebih dari 15 menit deh. Acara dilanjut dengan sesi tanya jawab. Di sela acara istri RKH, Ibu Salfrida Nasution, banyak bercerita tentang suaminya. Tentang kebiasaan beliau membaca banyak buku, meletakkan buku di mana saja. Membuat catatan dalam lembar kertas, yang bila ada yang hilang, beliau akan marah. Tentang beliau yang suka menulis dengan mesin tik, gara-gara pernah nulis pakai komputer tiba-tiba salah pencet trus hilang. Trauma! Beliau tiap hari biasa menulis dari subuh sampai jam 11 *hebat, tapi saya nggak mungkin menirunya, karena akan diomelin orang serumah.

Menurut rencana Gilang Ramadhan akan datang di acara bedah buku ini. Sayang, faktor kesehatan belum memungkinkan. Tapi lewat teleconference, dia berbicara banyak tentang sosok sang ayah, sekaligus permintaan maaf tidak bisa hadir. Semua bisa memaklumi kok Mas Gilang *hehehe...walau ada rasa sedikit kecewa.



Dari berbagai pertanyaan pengunjung acara bedah buku, ada jawaban para pembicara yang bisa saya catat, bahwa:
- Kultur masyarakat Indonesia tidak suka dengan keterbukaan atau kejujuran. Tulislah apa yang dikehendaki tokoh yang akan kita tulis biografinya. Untuk sosok yang sudah meninggal, tulislah yang baik-baik. Kalau ada hal kurang baik, sebaiknya diambil dari narasumber lain.
- Banyak sekali kesempatan/ peluang membuat biografi. Semua orang bisa menulis biografi. Tidak harus yang sudah tua, terkenal, atau yang mau meninggal. Banyak anak muda sukses yang bisa dibuat biografi penggalan kisah hidupnya, seperti pemilik Lele Lela, keripik pedas Mak Icih, dll. Biografi mereka bisa dibaca kaum muda maupun yang sudah tua.
- Penulis biografi harus menempatkan diri sebagai penulis profesional, tanpa memandang siapa yang ditulisnya.
- Menulis biografi yang baik itu seperti menulis novel. Ada konflik dan bisa menggetarkan hati pembacanya.

Acara ditutup dengan penandatanganan surat perjanjian pemberian 50 % royalti hasil penjualan buku The Secret of Biography kepada keluarga RKH (diwakili istri RKH) dan tentunya pembagian 5 doorprize dari panitia. Sesuai rencana acara selesai pukul 16.00. Demikian laporan reporter cantik dan imut, Jeng Sri, dari atas Trans Jakarta jurusan PGC yang nggak begitu banyak penumpangnya * halah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar