Sabtu, 04 Oktober 2014

Saatnya Survey...(dan Membuktikan)

23.31 0 Comments
Sesuai kesepakatan bersama, tanggal 20 September kami (anggota KI Semarang kelompok 3) akan survey ke SD Islam Taqwiyatul Wathon di Tambak Lorok, Tanjung Mas. Janji ngumpul jam 8, berubah jadi jam 10. Wah…padahal saya dah ngebis dan sampai Semarang jam 8 tepat. Gara-gara WA nggak aktif, nggak tau info kalo acara mundur. Yaudah mampir ke rumah kakak dulu.

Jam 10 barulah disamperin Mbak Prima di Ada Swalayan, Bulu. Lanjut ke SPBU Anjasmoro ketemu rombongan lainnya, trus cap cus. Kami langsung disambut Pak Sugiman, Kepala Sekolah, dan wakilnya. Setelah berbincang mengenai rencana acara tanggal 25 nanti, Pak Wakasek mengajak kami keliling lingkungan sekolah. Banyak hal yang kami tanyakan dan semua dijawab tuntas oleh mereka berdua.

Dari perbincangan itu beberapa info penting kami dapatkan, diantaranya:
- Murid di SD ini hampir 600 (tepatnya 596 siswa) dengan 17 rombongan belajar (rombel). Wow…banyak banget.
- Banyak orang tua di sekitar daerah itu yang memilih menyekolahkan anak mereka di SD itu dibanding SD Negeri karena selain dapat ilmu umum juga dapat ilmu agama Islam.
- Tipikal anak-anak di situ sama dengan anak pantai lainnya, suka damai. Eh, itu mah syair lagu yak? Anak pantai biasanya keras dan kasar. Wow…ini yang membuat saya merinding, bisa nggak ya ngadepin mereka.

Ini dia sebagian gambar yang bisa saya ambil saat survey:
dari lantai 2

sisi kanan sekolah


kantin sederhana di antara bannguna lama dan baru

kamar mandi siswa

kelas lama di belakang masjid

foto sama Pak Kepsek dan Wakepsek dulu


liat anak2 latihan upacara

Mampukah Aku Jadi Inspirator?

16.31 0 Comments
Dulu saat Pak Anies Baswedan meluncurkan program Indonesia Mengajar, saya terkagum-kagum. Wow…luar biasa banget ide beliau. Sayang, saya jelas-jelas nggak bisa ikut berpartisipasi. Lha wong SMA aja saya nggak lulus * hehehe...just kidding. Kini, beliau meluncurkan progam baru lagi yang namanya Kelas Inspirasi (KI). Program ini bisa diikuti para profesional yang sudah 2 tahun bekerja di bidangnya. Syaratnya cuma mau cuti sehari untuk mengajar para anak SD di daerah pinggiran tentang mimpi dan cita-cita.

Karena itu, pas ada yang posting di FB Komunitas IIDN Semarang tentang KI Semarang yang pertama, saya langsung tertarik. Hari Inspirasi dijadwalkan tanggal 25 September 2014, pendaftaran ditutup tanggal 25 Agustus 2014. Sampai beberapa hari menjelang penutupan pendaftaran, saya ragu-ragu. Bisa nggak sih saya ikutan KI? Apa saya pantas jadi inspirator? Trus, apa yang harus saya sampaikan pada anak-anak nanti? Ya, saya galau, Pemirsa.

Akhirnya setelah berpikir keras selama 3 hari 3 malam, saya isi form pendaftaran. Saya memantapkan diri ikut program luar bisanya Pak Anies Baswedan ini. Di situ saya tulis profesi saya adalah crafter alias pengrajin. Ya iya lah, masak penulis. Kan masih penulis abal-abal.  Bismillah, akhirnya form pendaftaran terkirim. Awal September, dapat balasan email: saya diterima jadi inspirator. Huray!

Tanggal 13 September, semua inspirator dikumpulkan di lantai 10 Gedung Indosat, Jalan Pandanaran, Semarang. Wow….aura positif terpancar dari semua orang di ruangan itu. Semua tampak happy dan bersemangat. Keraguan akan kemampuan saya menjadi inspirator mulai terkikis, tsah… Di sana, kami diberi sedikit pembekalan dan gambaran tentang KI di tempat lain. Ini kan KI Semarang yang pertama, jadi sebagian besar para inspirator belum tahu banyak tentang apa yang harus dihadapi dan dilakukan.

narsis bareng emak2 IIDN Semarang
Usai belajar tentang aneka game dan ice breaking saat menghadapi situasi yang tiba-tiba krik krik alias blank di kelas nanti, kami dikumpulkan per kelompok. Saya tergabung di Kelompok 3 dari 13 kelompok yang ada. Kami duduk melingkar dan dipertemukan dengan Kepala Sekolah SD Islam Taqwiyatul Wathon, tempat kami mengajar nanti. Oh ya, di kelompok kami sebenarnya ada 20 inspirator dan 7 dokumentator. Tapi sampai di hari briefing ini ada beberapa yang mengundurkan diri.
seriusnya..kelompok 3

Demi kelancaran acara, kami menunjuk Pak Wawan sebagai ketua, Bu Prima sebagai wakilnya, Mbak Sovi sekretaris, Mbak Aini bendahara, Mbak Erma (yang dah pernah ikut KI Jakarta) sie acara, Mas Wido sie perlengkapan, dan Pak Ahsan sie konsumsi. Begitu acara briefing di Gedung Indosat berakhir, acara dilanjut ke Tea House Tong Tji di @HOM Hotel yang jaraknya selemparan batu. Deket sih cuma jalan kaki tapi panasnya kota Semarang, nggak nahan boo.

foto per kelompok sebelum bubaran

Baru kenal beberapa jam, rasanya sudah kayak keluarga nih, beneran. Makan, bahas rencana hari inspirasi, foto bareng, plus guyon-guyon. Hmm…indah sekali rasanya hari ini. Apalagi makan siang kali ini dibayari Pak Ahsan, sang nahkoda dan pegawai Bea Cukai itu, hahaha…Nggak salah tadi yang ngangkat beliau jadi sie konsumsi.

habis makan2, pasti foto2


Oke, bubaran dulu deh kumpul-kumpul dan ceritanya, entar disambung lagi pas survey ke SD Islam Taqwiyatul Wathon di Tanjung Mas, ya, Temans. To be continued…

Oh ya....ini foto keseruan lain di hari briefing yang saya ambil dari FB Kelas Inspirasi Semarang:

tari sipong pong

nggak boleh malu dan jaim

pijit2an yuk...





Kamis, 28 Agustus 2014

Jer Basuki Mawa Beya

20.47 6 Comments
Bapak mertua saya dulu seorang Lurah (Kepala Desa). Beliau lama sekali menduduki jabatan itu. Mungkin sekitar 20 tahunan. Sebelumnya beliau berprofesi sebagai guru SD. Nah, selama menjabat Lurah dalam waktu yang panjang itu, Bapak dan Ibu mampu berinvestasi berupa tanah dan sawah.

Ketika satu persatu dari ke-6 anaknya memasuki bangku kuliah, Bapak dan Ibu mulai menjual satu per satu tabungannya itu. Apalagi ketika anak pertama sampai keempat waktu itu kuliah semua dan salah satunya di fakultas Kedokteran. Wah…terbayang kan berapa biayanya. Akhirnya, dengan berat hati Bapak dan Ibu menjual semua tanah dan sawah yang beliau miliki. Habis…bis…tak bersisa.

Yang ada tentu saja rumah besar yang menjadi tempat tinggal sampai sekarang. Ditambah tanah yang juga masih luas di samping rumah. Banyak orang yang mencibir apa yang dilakukan Bapak Ibu. Maklum, waktu itu di desa mereka masih jarang orang tua yang menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Paling mentoknya ya sampai SMA.

Yang paling berani menegur terang-terangan adalah kakak kandung Bapak sendiri. Begini katanya, ”Buat apa nyekolahin anak tinggi-tinggi. Tuh, lihat anaknya si A, kuliah bertahun-tahun nggak lulus-lulus. Pulang malah dapat istri dan sekarang kerjanya serabutan. Mending nanti tanah dan sawahmu itu kamu bagi ke anakmu satu-satu.”

Tapi Bapak dan Ibu menanggapinya dengan senyuman. Mereka tak memperdulikan pendapat orang lain, yang penting keenam anaknya harus kuliah setinggi-tingginya. Bahkan ketika si bungsu lulus SMA dan tak ada lagi yang bisa dijual, Bapak Ibu mengumpulkan kelima anak lainnya.
“Nak, berhubung Bapak sudah tidak menjadi Lurah dan pensiun dari guru tidak seberapa, tolong bantu biaya kuliah adik bungsumu ini.”

Alhamdulillah, kini perjuangan Bapak Ibu sudah menunjukkan hasil yang nyata. Keenam anaknya sudah lulus kuliah dan semuanya bekerja. Saat berkumpul bersama, Bapak sering memberi wejangan pada kami. Kadang wejangan itu diberikan dalam bahasa Jawa, sampai cucu-cucunya melongo. Maklum Bapak kan pernah kursus jadi Pranatacara alias pembawa acara di acara pernikahan. Jadi bahasanya kayak orang main wayang atau ketoprak gitu.
“Anak-anak, tahu nggak, Mbah Kakung bicara tentang apa?”
“Nggak tahuuu….”

Itulah kondisi anak-anak sekarang, jarang yang berbahasa Jawa (apalagi kromo inggil) pada orang yang lebih tua. Sehari-hari menggunakan bahasa Jawa kasar campur bahasa Indonesia. Ya, mereka tidak bisa disalahkan. Orang tuanya sendiri jarang mengajarkan (tunjuk hidung sendiri), trus di sekolah pelajaran Bahasa Jawa hanya diberikan selama 2 jam pelajaran. Ditambah lagi teman-teman mereka juga menggunakan bahasa Jawa yang kasar. Ya, sudah lah, klop semua…

Kembali ke soal wejangan Bapak. Beliau tak bosan-bosannya meminta kepada kami agar nanti menyekolahkan anak-anak kami setingi-tingginya.
“Dalam bahasa Jawa ada pepatah ‘Jer basuki mawa beya’, kalau ingin hidup enak/sukses harus mau berkorban/ berusaha (Beya itu arti sebenarnya biaya, tapi bisa diartikan pula sebagai usaha). Coba kalian bayangkan kalau Bapak Ibu dulu mendengarkan kata saudara-saudara Bapak. Mungkin kalian nggak ada yang jadi Dokter, PNS, atau Perwira TNI. Mungkin kalian saat ini seperti sepupu kalian yang jadi petani atau pegawai pabrik. Karena itu, nanti cucu-cucuku juga harus sekolah yang tinggi.”

Suami sering menggoda Ibunya, ”Bu, sebenarnya Ibu gela (kecewa) nggak sih udah jual semua perhiasan, tanah, dan sawah untuk biaya kuliah. Lihat tuh, sekarang Ibu nggak pakai gelang dan kalung lagi. Dan tanah sawah dulu itu kalau dijual sekarang laku ratusan juta lho.”
“Ya, sebenarnya gela sih, Le, hehehe…Tapi kalau Ibu melihat anak-anak sudah jadi orang, ya Ibu ikhlas dan bangga. Nggak apa-apa nggak pakai perhiasan, lha wong sudah tua kok. Menyekolahkan anak itu kan sudah kewajiban dan tanggung jawab Bapak Ibu.”
Oh, so sweet…* peluk Ibu mertua dan sungkem sama Bapak mertua.





Minggu, 10 Agustus 2014

#LetterstoAubrey from Budhe Cicik

22.27 3 Comments
Dear Ubii,
Wah, Ubii barusan ulang tahun yang ke-2 ya. Happy birthday, Ubii cantik. Budhe doakan semoga Ubii selalu sehat, tambah pinter, dan jadi kebanggaan Mami dan Papi. Oh, ya, kenalin, ini Budhe Cicik, temen Mami Grace di dunia maya. Meski belum pernah bertemu muka, tapi Budhe kok rasanya kenal dekat dengan Mami, juga Ubii ya. Itu karena Mami rajin posting tentang Ubii di blog. Mami Grace emang keren, jago banget nulisnya. Perasaan Budhe campur aduk kayak naik jet coster waktu baca postingan Mami.

Ubii cantik,
Ubii harus bangga punya orang tua seperti Mami Grace dan Papi Adit. Begitu banyak anak yang terlahir spesial kayak Ubii, tapi diperlakukan tidak wajar oleh orang tuanya sendiri. Seperti dibuang dan diterlantarkan. Lihat, bagaimana Mami dan Papi melimpahkan perhatian dan kasih sayang pada Ubii. Di saat ada orang tua lain yang menyembunyikan atau menutupi kekurangan anaknya, Mami malah bercerita banyak tentang Ubii. Menurut Budhe itu luar biasa. Budhe yang tadinya awam soal apa itu penyakit campak Jerman, apa pengaruhnya terhadap janin, bagaimana menangani anak yang terkena virus Rubella, sekarang jadi lebih tahu.

Ubii sayang,
Tuhan menciptakan manusia sungguh sangat istimewa. Masing-masing dilengkapi dengan kelebihan dan kekurangan. Seperti contohnya Kak Rafi, yang tuna rungu. Dia diberi talenta pinter bikin gambar desain baju. Trus ada lagi, Kak Dewa, yang juga pernah tampil di acara “Kick Andy” kayak Ubii. Dia mengalami kelumpuhan pada tangan dan kaki tapi jago nulis loh. Itu bukunya Kak Dewa, Budhe foto di sebelah buku “Letters to Aubrey”. Tulisan Mami dan Kak Dewa sama kerennya. Eh, Ubii juga keren loh, kecil-kecil piala dari lomba fotonya sudah banyak.


Ubii imut,
Budhe yakin, Ubii bakal jadi anak yang hebat, karena punya orang tua yang hebat pula. Kalo sudah gedhe Ubii pengin jadi apa? Budhe doakan deh, semoga semua keinginan dan cita-cita Ubii bisa terwujud. Budhe juga mendoakan Mami dan Papi diberi kesehatan, dimudahkan segala urusannya, dan diberi kesabaran dalam merawat Ubii. Budhe berharap suatu saat kita bisa bertemu secara langsung. Budhe pengin cubit pipi Ubii dan Mami. Habis, kalian berdua sama-sama nggemesin, sih. Sekian dulu ya, coretan dari Budhe. Ubii, Mami dan Papi harus tetap semangat  menjalani hari-hari yang akan datang. Hadapi apa pun yang akan terjadi nanti dengan senyuman. Banyak sekali yang mencintai, mendoakan, dan mensupport kalian.

                                                                                                Salam sayang dari Kendal


                                                                                                Budhe Cicik














Kamis, 07 Agustus 2014

Andai Umurku Sama Seperti Umur Rasulullah

15.51 1 Comments
Seorang kerabat yang berumur 65 tahun pernah berujar, “Alhamdulillah, dapat bonus umur 2 tahun.” Maksudnya umur 63 (seperti umur Nabi Muhammad) plus 2 tahun. Ternyata, banyak orang yang menganggap bahwa usia Rasulullah adalah patokan umur normal manusia saat ini. Bukan seperti umur Nabi Adam atau Nabi Nuh yang mencapai ratusan tahun.

Hmmm…ini hanya berandai-andai, ya. Tahun ini saya genap berumur 43 tahun. Andai saya diberi umur 63 tahun seperti Rasulullah, itu artinya sisa umur saya tinggal 20 tahun lagi. Waktu yang lama bagi orang yang hidup di penjara, namun singkat bagi mereka yang asyik dengan apa yang dijalaninya.

Apa pun pendapat orang tentang lama tidaknya sisa waktu itu, ijinkan saya menuliskan 7 keinginan yang ingin bisa terwujud sebelum ajal menjemput saya.
1. Saya ingin melaksanakan ibadah haji bersama suami. Saya ingin menyempurnakan semua rukun Islam, setelah empat lainnya insya Allah sudah saya laksanakan.
2. Saya ingin melihat ketiga anak saya mandiri. Dalam arti ketiganya lulus kuliah, punya penghasilan, dan berumah tangga.
3. Saya ingin meninggalkan rekam jejak hidup berupa buku. Entah itu buku berisi penggalan kisah hidup saya, buku keterampilan, atau buku yang bermanfaat lainnya.
4. Saya ingin punya usaha di rumah. Tak perlu perusahaan besar, yang penting membuat saya punya kesibukan, tetap bisa beribadah, dan tidak mengganggu urusan rumah tangga.
5. Saya ingin semua keluarga besar saya terbebas dari hutang. Sedih rasanya bila di antara kami ada yang masih punya hutang pada pihak lain. Saya selalu ingat kisah Rasulullah yang tidak mau menyolati orang yang banyak hutang.
6. Saya ingin mengabdi pada suami dan anak-anak. Jujur saya juga tidak nyaman menjalani LDR alias hubungan jarak jauh dengan suami. Saya ingin tinggal serumah dan mengurus mereka semampu saya.
7. Saya ingin hidup saya bermanfaat untuk orang banyak. Tak perlu muluk-muluk, yang sederhana saja. Misalnya membagikan ilmu keterampilan yang saya miliki pada anak-anak dan para ibu di sekitar saya.

Semua keinginan itu memang tidak mudah, tapi saya yakin semua bisa terwujud asal saya bersungguh-sunguh mengusahakannya. Dan tentunya bila Allah menghendakinya. Trus, apa saja yang sudah saya lakukan untuk bisa mencapai semua itu?
- Mengumpulkan rupiah demi rupiah semampu saya. Uang, yang kata sebagian orang bukan segala-galanya, tapi sangat penting keberadaannya. Mau pergi haji, bayar hutang, atau membantu orang lain, semua harus pakai uang. Berbagai usaha sudah saya lakukan mulai dari jualan kerajinan dari kain flanel, menyusun buku masakan, sampai jualan buku online.
- Menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Saya sudah memulai pola hidup sehat akhir-akhir ini dengan cara rutin berolah raga dan menjaga pola makan. Saya sadar, itu adalah modal utama agar bisa merawat suami dan anak-anak, bahkan kalau mau bisa melihat cucu-cucu saya kelak. Beruntung putri sulung saya sering mengingatkan, saat nafsu makan saya sedang meningkat. Atau saat saya sedang malas berolah raga.
- Terus menerus menambah ilmu dan wawasan. Banyak membaca, banyak mencari berita, dan mengikuti perkembangan agar tidak ketinggalan. Saya harus tahu banyak hal, seperti trend buku apa yang diminati pembaca, model asesoris apa yang disukai penggemar mode, atau cara memaksimalkan penghasilan lewat gadget.
- Mulai menulis cerita tentang masa kecil saya, saat masih bekerja kantoran, dan saat tinggal di Jakarta. Semuanya saya simpan di file komputer. Suatu saat semua itu harus jadi buku.
- Berdoa pada Yang Maha Kuasa, agar diberi kesehatan, umur panjang, dan hidup berkah. Sekeras apa pun usaha yang kita lakukan, tak akan berhasil tanpa campur tangan-Nya.

Itulah 7 keinginan terbesar saya seandainya diberi umur sama seperti Rasulullah. Berbagai usaha juga sudah saya lakukan demi mewujudkan mimpi-mimpi saya. Tugas saya sebagai manusia hanya berusaha. Soal hasil saya serahkan sepenuhnya pada Allah, Sang Maha Penentu. Semoga keinginan saya itu bisa terwujud sebelum malaikat maut benar-benar datang menjemput. Amin.

Artikel ini diikutsertakan pada Giveaway Seminggu : Road To 64




Senin, 14 Juli 2014

Nikmatnya Wedangan di Cafe Tiga Tjeret

00.33 0 Comments
Berkunjung ke Solo tanpa mengunjungi warung hik? Seperti Tom tanpa Jerry atau seperti Masha tanpa Bear. Ya, terasa ada yang kurang. Warung hik, atau ada juga yang menyebut wedangan khas Solo adalah tempat makan berupa gerobak di pinggir jalan. Menu utamanya adalah sebungkus kecil nasi dengan sedikit lauk. Pendampingnya aneka baceman, aneka sundukan (sate), dan aneka wedang. Di daerah lain seperti Semarang atau Jogja, orang mungkin menyebutnya kucingan atau warung sego kucing. Disebut sego kucing bukan nasi dengan lauk kucing lho, tapi karena porsinya sedikit mirip buat ngasih makan kucing.

Pengunjung bisa memilih duduk di kursi panjang atau lesehan di trotoar. Kalau datang serombongan biasanya memilih untuk duduk lesehan. Warung hik mudah sekali ditemui di seluruh penjuru kota Solo. Saat berkunjung ke Solo bersama teman-teman Komunitas IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) Semarang beberapa waktu lalu, Mak Winda, sang putri Solo asli, merekomendasikan warung hik yang oke banget. Namanya Café Tiga Ceret. Letaknya di daerah Ngarsopuro, berhadapan langsung dengan halaman Pura Mangkunegaran, tepatnya di jalan Ronggowarsito no. 97 Solo.

tampak luar

Wow, kalau ini sih bukan warung hik biasa. Lebih tepatnya warung hik dengan format café. Begitu memasuki halaman, tampak bangunan dengan 2 lantai.  Pilihan makanan dan minuman yang ada sangat variatif, sampai bingung saya milihnya. Tapi berhubung sedang menjalani FC (meski abal-abal), saya bisa mengerem keinginan untuk memasukkan semua makanan itu ke dalam perut * hahaha…emang muat.

Begitu masuk tempat penyajian makanan, yang pertama tampak adalah nasi bungkus. Ada nasi rica bebek, oseng kikil, oseng tempe, sapi lada hitam, terik daging, dll. Belok sedikit terhidang aneka lauk dan jajanan. Ada bothok telur asin, pepes ayam, aneka sate, aneka gorengan, lemper, macaroni schotel, dll. Waduh, yang mana ya yang harus dipilih, enak semua sih kelihatannya. Benar-benar menggoda!

aneka nasi bungkus

aneka lauk dan jajanan

Ya sudah, berhubung perut nggak begitu lapar, saya ambil pisang kismis sama pesen teh panas * irit banget? Biarin. Anak saya, Nabila, juga nggak kalah irit, macaroni schotel sama es coklat. Dia tadinya pengin es puter, tapi kata si Mbak Kasir lagi kosong. Selesai membayar, sambil menunggu datangnya minuman dan makanan yang sedang dibakar, kami duduk berempat di halaman, di bawah payung lebar. Selain di bawah payung, ada pilihan lain sebenarnya. Di depan display makanan dan kasir, ada meja panjang dengan banyak kursi. Tapi meja itu sudah dipenuhi emak-emak yang lain. Ada lagi tempat di lantai 2 yang didesain layaknya cafe. Kalau yang itu males naik turunnya * dasar emak-emak uzur.

pesenan saya

Tak perlu menunggu lama, makanan dan minuman sudah terhidang. Hmm…saatnya makan. Soal rasa menurut saya (juga teman yang duduk semeja) sama saja dengan warung hik lainnya, lezat dan nikmat. Bau khas bakaran arang dan daun pisang membuat nafsu makan semakin menjadi. Jaman memang sudah berubah. Orang makan di luar bukan hanya untuk menikmati makanan tapi juga menikmati suasananya. Seperti juga di sini, makanan sama enaknya dengan warung hik lain, tapi suasananya cozy banget.

Ada yang menarik di café ini. Ketika saya perhatikan, kap lampunya terbuat dari rangkaian gelas plastik bekas. Hiasan dinding di depan kamar mandi terbuat dari bekas kemasan telur. Wow, benar-benar sejalan dengan konsep go green. Sementara tempat cuci tangan menggunakan ceret aluminium sebagai kerannya. Unik banget, kan?

gelas plastik bekas

Bagi yang sedang jalan-jalan ke Solo, jangan lupa mampir ke Café Tiga Tjeret ya * eh, kok saya jadi promosi ya. Harga makanan di sana sangat terjangkau, nggak nguras kantong, pokoknya. Per porsi antara Rp2.500 sampai Rp15.000. Café ini buka dari jam 11.00 sampai jam 01.00 dan bisa menampung 100 orang. Nah, tunggu apa lagi, yuk, datang rame-rame ke Café Tiga Tjeret. Sumpah, saya nggak dibayar, tapi kalo saya promo itu karena tempat itu memang keren * angkat 2 jempol.

Ini sebagian penampakan Cafe Tiga Tjeret:

foto, ttd, dan testimoni para artis

satu gigitan emang nggak cukup

si Mas asyik bakar2

bagian minuman

beberapa emak2 IIDN





Minggu, 13 Juli 2014

Ketika Orang Labil Ikut FC

23.25 0 Comments
Status temen-temen soal Food Combining yang bersliweran tiap hari di wall, membuat saya penasaran. Apa sih Food Combining atau FC, kok banyak banget yang mengikuti program itu. Ngalahin OCD nya Oom Dedy Kokbunder *ups. Langsung saya menuju FB Food Combining Indonesia. Info di sana ternyata komplit plit plit. Jadi intinya CF itu program pengaturan pola makan yang disesuaikan dengan sistem pencernakan kita. Yaitu apa yang dimakan, kapan waktu makannya, dan bagaimana cara makannya.

Patokannya gini kira-kira:
1. Apa yang dimakan? Pati, protein, sayuran, dan buah
2.Kapan waktu makannya?
- jam 12 sampai 20 waktu cerna à boleh makan
- jam 20 sampai 04 waktu penyerapan à nggak boleh makan apa pun
- jam 04 sampai 12 waktu pembersihan à ekslusif buah-buahan
3. Bagaimana memakannya? Kunyah makanan sampai lumat 33 X kunyahan

Trus ada patokannya lagi nih:
- Bangun tidur langsung minum jeniper alias jeruk nipis peras. Siapkan air hangat ½ gelas trus kucuri deh dengan jeruk nipis atau lemon. Minum pelan-pelan sambil dimasukkan ke bawah lidah dan sekitarnya
-Untuk sabu alias sarapan buah bisa buah apa saja kecuali duren, nangka, dan cempedak. Kira-kira dari jam 6 sampai jam 11
- Untuk makan siang dan makan malam rumusnya:
Pati + sayuran à OK
Pati + protein hewani à NO
Protein hewani + sayuran à OK

Setelah mikir selama 3 hari 3 malam, akhirnya saya memutuskan untuk ikut program FC. Mulai 1 April 2014 saya memberanikan diri bergabung * jiah istilahnya itu loh. Iya, soalnya saya tipe pemakan segala dan kapan saja. Jadi awalnya pasti beraaat banget.

Akhirnya 1 bulan berlalu sudah. Penasaran dengan program FC yang saya jalani? Baiklah saya akan berkata eh…nulis dengan jujur. Jadi, Saudara-saudara, memang lumayan berat program ini. Saya acungi jempol buat mereka yang konsisten melakoni selama berbulan-bulan bahkan tahunan. Selama 1 bulan ini saya berkali-kali melanggar aturan, diantaranya:
- Makan bakso, itu kan pati + protein hewani. Ceritanyanya saya lagi belanja bahan craft di Toko Satria, Semarang. Karena sejak pagi perut hanya terisi 2 butir apel, saya kliyengan siang itu. Saya nyari warung makan di pasar Johar, nggak ada yang sreg. Lha kok yang rame malah warung bakso. Yaudah, saya pesen 1 mangkok. Hahaha…nggak usah protes, dalam keadaan lapar saya nggak bisa mikir panjang
- Pernah beberapa hari nggak makan lalapan sayur mentah. Gara-gara liat ulat keluar dari selada, lalapan favorit saya, hiii…

Saya bener-bener takjub dengan mereka yang konsisten menjalani FC. Bahkan saat cheating makan enak-enak, mereka langsung pusing dan mual-mual (beberapa sampai muntah). Misalnya makan gorengan, makan cemilan manis, atau makan sate kambing. Lha, kok saya biasa-biasa aja ya saat cheating * namanya juga masih pemula. Misalnya nyicip cemilan coklat Nabil, makan gorengan, makan bakso atau siomay .

Eh, tapi ada hal positif yang saya rasakan loh. Misalnya saat belanja ke warung atau mini market, saya jadi belanja seperlunya saja. Nggak lagi ngambil roti, cemilan, atau minuman ringan. Kalau niatnya mau beli sabun, shampoo, atau deterjen ya…cuma itu aja yang diambil trus dibayar. Minum kopi, teh, dan susu juga nggak pernah saya lakukan selama sebulan itu. Kecuali pernah sekali minum teh saat bertamu ke rumah teman *jitak Diana.


Yang harus dicatat nih, selama 1 bulan ikut FC, badan terasa segar dan ringan. Kalau biasanya pas PMS kepala pusing dan badan meriang, sekarang enggak lagi. Huray…ternyata asyik ya, ikut FC. Sayang, saya orangnya masih labil * jiakakaka. Masih suka makan ini itu, nyemil ini itu, dan kadang lupa nggak sedia buah-buahan. Kalau minum jeniper dan makan sayur sih masih rutin sampai sekarang. Jadi dengan ini saya umumkan bahwa saya belum bisa konsisten menjalani FC. Mudah-mudahan setelah Lebaran nanti, saya siap menjalaninya lagi. Mohon maaf lahir batin, eh…mohon doanya ya.

maksi tanpa nasi


yg setia menemani maksi

buah lokal yg nggak nguras kantong

yg ini buah favorit