Sudah jadi agenda tahunan anak FLP Jakarta, setiap Ramadhan mengadakan
ifthar jama’i alias buka bersama. Biasanya bertempat di panti asuhan atau rumah
singgah di seputar Jakarta. Tahun ini saya berkesempatan mengikuti acara itu,
meski belum resmi menjadi anggota FLP Jakarta (kan belum mengikuti inagurasi).
Jadilah hari Minggu, 21 Juli 2013, saya diantar suami berangkat ke
Yayasan Sekar (Setia Kawan Raharja) di Jl. Pakin no.1 Penjaringan, Jakarta Utara.
Sebelumnya mampir dulu ke Museum Mandiri, karena udah janjian sama beberapa
teman FLP Pramuda 17. Bersama Mbak Nuke, Mbak Mimi, Nanis, dan Purwanto, jam
3-an mobil menuju ke TKP.
Ternyata, Yayasan itu berada di sebuah ruko berlantai 3, tepatnya Komplek
Ruko Mitra Bahari 2 Blok E no.23. Mereka menampung anak yatim dan anak jalanan
usia SD dan SMP. Lantai bawah tempat belajar dan administrasi, lantai 2 asrama
putri, lantai 3 asrama putra. Sampai di TKP kami langsung sholat ashar di
asrama putri diimami Mbak Yusi, ketua FLP Jakarta. Benar-benar seperti yang
pernah saya lihat di sinetron, kamar itu penuh berisi tempat tidur susun dua.
Usai sholat, kami sempat berbincang sejenak dengan Mbak Sri, pengurus
yayasan itu. Ternyata, yayasan mendapat bantuan dari Dinas Sosial, juga dari pihak
lain seperti Artha Graha, dll. Artha Graha? Tiba-tiba muncul celetukan, “Punya
Arthalita kan itu? Punya Bakri juga, kan? Ah, gapapa, buat mereka itu mah kecil
nggak ada 2,5 % penghasilan mereka.” Hehehe...itulah reaksi spontan perempuan
FLP.
Sementara di aula belajar semuanya sudah berkumpul. Usai sholat ashar,
saya bantu-bantu petugas konsumsi, jadi nggak begitu tahu apa saja yang terjadi
di aula. Kadang terdengar tenang, kadang terdengar rame dan heboh. Dipandu oleh
Mas Ervan, acara dimulai dengan pembacaan kalam Illahi oleh Dani Achmad
Ramadhan. Dilanjutkan dengan pelatihan menulis oleh Mas Sokat Rachman, Mbak Fira,
dan mendongeng/ story telling. Sebagai tugas dan latihan, anak-anak diminta
membuat cerita sehari-hari. Ada beberapa cerita yang dibacakan Mbak Fira,
sederhana tapi menyentuh. Salah satunya tulisan (lagi-lagi) Dani tentang cita-citanya
menjadi ustadz. Di sela-sela acara, ada penampilan anak-anak; ada yang main
rebana, dan yang paling heboh penampilan grup Rombeng. Berbagai peralatan rumah
tangga dari plastik (ada ember, drum air, baskom, dll) dipukul serempak dan
berirama mengiringi sholawatan.
Sebelum adzan maghrib, Mas Afilin memberikan kultum. Eh, belum 7 menit
dah maghrib. Berhenti dulu, deh...Buka bersama dimulai dengan minum es buah
buatan Mbak Anik dan takjil berupa kue manis dan asin. Dilanjut sholat maghrib.
Kumpul lagi, baru makan bersama nasi kotak pesan di D’Cost. Dengan lauk
sederhana, nasi, tumis baby buncis, dan ayam goreng tepung asam manis, kami
semua makan dengan lahap.
Sesuai jadwal, jam 7 acara ditutup dengan doa. Tak lupa foto bersama
untuk dokumentasi. Kami serombongan pulang naik Kopaja 02 sampai Stasiun Kota.
Setelah itu semua berpencar, ada yang naik kereta, ada yang naik Trans Jakarta,
ada pula yang pindah naik angkot. Alhamdulillah, Trans Jakarta malam itu tidak
penuh, jadi saya bisa duduk dengan nyaman sampai PGC.
Terima kasih, ya, Allah, Kau beri kesempatan hamba untuk duduk bersama
anak-anak yang kurang beruntung. Ada rasa haru dan bahagia saat melihat canda
tawa mereka. Jangan patah semangat, ya, Nak. Kalian harus tetap menuntut ilmu
di tengah himpitan ekonomi orang tua kalian. Sungguh, kami merasa berdosa bila meninggalkan
generasi yang lemah baik lemah ilmu maupun lemah iman. Dan sungguh, Ibu rindu
bertemu kalian lagi, Nak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar